Kilang Berulang Terbakar, AEPI: Penting Bentuk Tim Investigasi yang Bagus

Mediaumat.id – Kebakaran kilang PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) yang terjadi berulang kali dinilai Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng penting untuk membentuk tim investigasi yang bagus.

“Mengingat kebakaran yang berulang-ulang, tidak mungkin dapat dianggap sebagai insiden belaka, namun diduga disebabkan oleh latar belakang yang lebih kompleks. Itulah pentingnya tim investigasi yang bagus agar dapat melihat masalah ini secara utuh dan jujur,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Rabu (18/5/2022).

Daeng mengungkap, dalam setahun kilang milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sudah lima kali mengalami insiden terbakar. “Yakni kebakaran 2 kali kilang Balikpapan. 1 kali kilang Balongan dan 2 kali kilang Cilacap,” ungkapnya.

Menurutnya, investigasi terhadap penyebab kebakaran tampaknya belum dapat dijelaskan semuanya secara tuntas. “Padahal ini sangat diperlukan untuk menghindari agar masalah ini tidak terjadi dalam skala yang lebih luas yang berpotensi membawa dampak buruk pada ketahanan energi nasional,” tuturnya.

“Padahal diperlukan investigasi dan analisis yang bersifat menyeluruh terhadap masalah ini,” lanjutnya.
Menurutnya, Presiden Jokowi seharusnya segera membentuk atau mengerahkan tim yang berasal dari berbagai unsur untuk mencari tahu penyebab insiden kebakaran kilang yang tentu saja merugikan keuangan negara ini.

“Selain itu Presiden sendiri pernah memberikan peringatan kepada semua pihak mengenai pembangunan kilang yang tidak mengalami kemajuan meski 1 persen selama masa pemerintahannya,” tuturnya.

“Kenyataan yang dihadapi sekarang malah terbalik, bukan kilang yang terbangun akan tetapi malah kilang yang ada defisit akibat kebakaran,” tambahnya.

Lebih Strategis

Ia berpendapat, selain investigasi terhadap penyebab yang bersifat teknis yang menyangkut masalah-masalah di lapangan, perlu juga dilihat hal-hal yang lebih strategis. “Mulai dari masalah regulasi dan peraturan yang menaungi sektor migas, masalah keuangan Pertamina, masalah impor BBM, dan masalah sumber daya manusia di Pertamina. Ini semua harus dianalisis secara komprehensif apakah ada hubungannya dengan berbagai insiden yang terjadi di Pertamina belakangan ini,” jelasnya.

Daeng juga mengingatkan, Pertamina tidak hanya mengalami 5 kali kebakaran kilang dalam setahun terakhir, namun ada juga kecelakaan atau insiden lainnya seperti kebocoran Hulu ONWJ, kebocoran pipa dalam cukup besar dan lain sebagainya. “Sehingga beberapa waktu lalu Pertamina sempat dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak aman untuk investasi dikaitkan dengan insiden yang sering terjadi di Pertamina,” bebernya.

Ia menilai, investigasi dan analisis menyeluruh akan menghasilkan saran tindak yang lebih akurat untuk menghadapi tantangan sektor migas ke depan dan tantangan sektor energi yang tampaknya akan semakin berat di masa mendatang.

“Adanya isu transisi energi bisa saja ada kaitanya dengan berbagai peristiwa insiden yang dihadapi Pertamina. Di antaranya yang paling mungkin adalah semakin sulitnya perusahaan migas di masa mendatang mendapatkan sumber-sumber pembiayaan,” paparnya.

Lebih Baik

Ia juga menjelaskan, investigasi dan analisis menyeluruh nantinya dapat menjadi dasar untuk membangun regulasi yang lebih baik dan lebih kuat untuk menaungi sektor migas dari tekanan geopolitik, mengubah semua UU serta regulasi yang memberatkan sektor migas.

“Selain itu, analisis yang komprehensif dapat menjadi dasar untuk memperkuat keuangan Pertamina, sumber-sumber pembiayaan dan kepastian dalam dukungan kompensasi dan subsidi migas yang selama ini tidak pasti,” jelasnya.

Daeng juga menyoroti hal yang jarang dibicarakan dan kurang menjadi perhatian belakangan ini adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia Pertamina. “Presiden Jokowi dapat memberi atensi secara kuat terhadap masalah ini,” tegasnya.

Kembali Daeng mengingat, migas masih menjadi kunci ketahanan dan stabilitas nasional di tengah gejolak geopolitik global. “Kalau terjadi apa-apa dengan ketersediaan BBM di Singapura bagaimana Indonesia bisa dapat migas, sementara kilang-kilang di Indonesia defisit akibat kebakaran. Jadi, tinggalkan kebiasaan lama, segera berbenah dan berubah!” pungkasnya.[] Raras

Share artikel ini: