Mediaumat.id – Founder Institut Muamalah Indonesia KH Muhammad Shiddiq al-Jawi, M.Si., menyebut setidaknya ada empat persiapan dalan menyongsong datangnya bulan Ramadhan.
“Setidaknya ada empat persiapan yang harus kita siapkan untuk menyongsong datangnya bulan Ramadhan,” tuturnya dalam acara Kajian Fiqih: Persiapan-Persiapan Menyambut Ramadhan, Jumat (1/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.
Pertama, persiapan mental atau persiapan nafsiah. Yaitu perasaan gembira menyambut datangnya Ramadhan. “Karena banyak keutamaan yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya di bulan yang sangat istimewa ini. Di antaranya pahala amal kita di bulan Ramadhan dilipatgandakan hingga 10 kali bahkan lebih. Tentu kita akan merasa bergembira,” ungkapnya.
Kiai Shidiq mengingatkan, jangan sampai umat Islam melihat Ramadhan itu dari segi lahiriahnya yaitu lapar dan dahaga. Kalau itu yang dilihat maka orang menyambut Ramadhan tidak gembira. Tapi mungkin akan bersedih karena kemarin bisa makan dengan nikmat bisa minum dengan segar ini ternyata sekarang enggak bisa.
Di sinilah, lanjutnya, mengapa perintah shaum itu diawali dengan seruan ‘Wahai orang-orang yang beriman’. “Karena keutamaan Ramadhan itu perkara iman bukan perkara empiris. Pahala, ampunan dari Allah itu tidak bisa kita indra tapi perkara yang harus diimani,” tuturnya.
Kedua, persiapan kesehatan atau persiapan fisik. “Persiapan kesehatan atau fisik ini penting karena Ramadhan ibadah fisik, tidak boleh makan dan minum selama shaum, sehingga fisik harus fit, tidak boleh sakit. Meski kalau sakit bisa diganti di hari lain tapi pahalanya tentu tidak sama dengan pahala saat ditunaikan di bulan Ramadhan. Makanya usahakan kesehatan dalam keadaan prima sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa secara optimal tanpa ada hambatan kesehatan,” bebernya.
Rasul pun mengingatkan agar umatnya memohon pada Allah ampunan dan kesehatan. “Dengan sehat kita bisa melakukan ibadah-ibadah lain yang lebih banyak. Bisa membaca Qur’an. Bisa i’tikaf. Itu semua kalau kondisi kita sakit bisa tapi kurang optimal,” jelasnya.
Ketiga, persiapan ilmu. Ilmu penting sebelum memasuki Ramadhan karena ilmu mendahului amal. Ilmu harus ada terlebih dahulu sebelum beramal. “Kalau seseorang melakukan suatu amal tanpa ilmu maka ini tidak akan diterima oleh Allah SWT,” tegasnya.
Kiai Shidiq mencontohkan, niat saja wajib punya ilmu agar shaumnya sah. “Walaupun mungkin sudah pernah mempelajari hukum-hukum puasa alangkah baiknya kita ulang lagi karena yang namanya manusia tempatnya salah dan lupa. Tidak ada salahnya kita buka-buka lagi kitab-kitab kita, power point kita terkait hukum-hukum tentang puasa, ilmu tentang zakat, shalat, i’tikaf perlu kita review lagi,” terangnya.
“Mari kita me-review kembali, mempelajari kembali berbagai macam fikih ibadah yang bisa kita amalkan atau yang akan kita amalkan pada bulan Ramadan ini,” ajaknya.
Terakhir adalah persiapan harta. “Kita perlu mempersiapkan harta dalam menyongsong Ramadhan karena ibadah yang kita lakukan di bulan Romadhan ini ada hubungannya dengan harta,” katanya.
“Kita berpuasa, kemudian berbuka. Berbuka puasa itu perlu makanan. Kalau kita sahur harus ada yang kita makan. Bagaimana kita bisa buka puasa, bisa sahur, kalau kita tidak punya uang? Apalagi kewajiban zakat. Kita tidak bisa zakat kalau tidak punya uang,” ungkapnya.
“Artinya, persiapan harta itu menjadi sesuatu yang tidak boleh kita abaikan karena ibadah-ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan tidak lepas dari harta yang menjadi pendukungnya,” tegasnya.
Rasul memerintahkan bersedekah meski hanya dengan setengah dari kurma. Banyak sekali hikmah dan keutamaan sedekah. Di antaranya Rasul mengatakan setiap orang nanti di hari kiamat akan dinaungi dengan bayang-bayang. Bayang-bayang itu berasal dari sedekahnya.
“Pada hari kiamat itu sangat panas. Matahari akan didekatkan kepada kita,” jelasnya.
Tapi kalau orang itu banyak bersedekah itu akan ada bayangan yang menaungi dia. “Itu dari apa? Dari sedekah kita. Semakin banyak kita bersedekah insyaallah naungan kita itu semakin besar sehingga nanti insyaallah mudah-mudahan di hari kiamat kita tidak kepanasan,” ujarnya.
Persoalannya adalah bagaimana bisa bersedekah kalau uang saja tidak punya. “Maka di sinilah diperlukan persiapan harta benda supaya kita bisa melaksanakan ibadah, bisa melaksanakan amal amal shalih yang itu mempersyaratkan keberadaan harta itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun