Kiai Labib: Sudah Sepantasnya Orang Beriman Utamakan Nabi SAW

Mediaumat.id – Ulama KH Rokhmat S Labib mengatakan sudah sepantasnya orang-orang mukmin, jika beriman kepada Allah SWT menjadikan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam itu lebih utama bagi mereka.

“Dikatakan juga –minal mu’miniina– ini juga semacam mengingatkan kepada orang-orang mukmin seolah jika mereka mukmin, jika mereka beriman kepada Allah SWT, maka sepantasnya mereka menjadikan Nabi SAW itu lebih utama bagi mereka,” tuturnya saat menafsirkan Al-Qur’an surah al-Ahzab: 6 dalam acara Kajian Tafsir Al Wa’ie: Nabi Muhammad SAW Dihina? Kaum Muslim Harus Bersikap! di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Kamis (28/6/2022).

Ia mengatakan, angfus dalam kalimat min angfusihim dalam bahasa Arab itu bisa dua makna bisa berarti an-nafs yang berarti nyawa, roh. Bisa juga berarti diri (person).

“Jadi Nabi SAW itu lebih utama bagi orang-orang mukmin –min angfusihim– dari diri mereka,” ungkapnya.

Kiai Labib menyatakan, sebagaimana Sayyidina Umar Radhiyallahu Anhu berkata kepada Nabi SAW dalam hadits riwayat Bukhari, ‘Sungguh wahai Rasulullah, Engkau itu lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.’

Kemudian, Rasulullah mengatakan, ‘Tidak’, beliau kemudian tegaskan, ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sampai aku itu lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.’

Umar berkata, ‘Kalau begitu, sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’

Lalu Nabi SAW mengatakan, ‘Sekarang baru sempurna wahai Umar.’

“Jadi yang dituntut oleh ayat ini adalah Nabi SAW itu harus dicintai oleh orang mukmin melebihi segala apapun, bahkan dari diri mereka,” ungkapnya.

Kiai Labib mengatakan keputusannya, keinginannya termasuk jiwa raga Nabi SAW harus didahulukan. Karena seperti itulah yang dicontohkan, dilakukan para shahabat.

“Dalam satu waktu Rasulullah SAW itu tidur di pangkuan Sayyidina Abu Bakar, dan pada saat tidur pulas itulah Sayyidina Abu Bakar digigit oleh kalajengking bagian tubuhnya. Beliau tidak ingin Rasulullah bangun karena dia teriak kesakitan. Maka sepenuh tenaga dia menahan rasa sakitnya agar dia tidak bergerak, agar dia tidak berteriak yang membuat Nabi SAW menjadi terganggu,” bebernya.

“Sampai seperti itu. Bagaimana mereka mendahulukan jiwa Nabi daripada yang lain,” tambahnya.

Di sisi lain, ia juga menanggapi berbagai macam penghinaan terhadap Nabi SAW. Ia mengatakan, hukum bagi penghina nabi merupakan perkara yang sudah maklum. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tidak ada perbedaan pendapat telah sepakat pada umumnya ahli ilmi bahwasanya had (hukuman) orang yang mencela, orang yang menghina Nabi SAW adalah hukuman mati.

“Jadi menghina Nabi itu sesuatu yang terlarang dan itu sesuatu yang maklum, sesuatu yang sangat jelas, dan hukumannya itu sudah sangat jelas yakni hukuman mati. Oleh karena itu, semestinya tidak ada yang berani main-main dalam perkara ini,” tegasnya.

Ia juga mengatakan bahwa penghinaan terhadap Nabi SAW yang terus berulang menunjukkan bahwa umat Islam membutuhkan institusi khilafah.

“Ini menunjukkan umat Islam membutuhkan institusi yaitu yang disebut dengan khilafah yang dengan khilafah itu melakukan pembelaan kepada Nabi SAW secara riil,” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini: