Kiai Labib: Nilai-Nilai Haji Harus Mewujud dalam Kehidupan Nyata

Mediaumat.info – Terkait hikmah haji dan perjuangan dakwah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, Cendekiawan Muslim KH Rokhmat S Labib menuturkan, nilai-nilai yang terdapat dalam seluruh rangkaian ibadah haji seharusnya mewujud di dalam kehidupan manusia.

“Apa yang ada di haji, bagaimana juga mewujud di dalam kehidupan nyata sekarang,” ujarnya dalam Bincang Spesial Idul Adha: Keimanan, Ketaatan & Perjuangan, Ahad (16/6/2024) di kanal YouTube UIY Official.

Dengan kata lain, Allah SWT mensyariatkan ibadah haji tidak hanya sebatas tentang ibadah biasa, namun lebih dari itu, ibadah haji justru sebagai bukti persatuan dan kejayaan Islam, serta bukti kekompakan pemeluknya.

“Dalam pengertian bahwa jika dalam haji itu umat Islam bersatu tidak karena kesamaan bangsa, kesamaan suku, kesamaan segala macamnya. Tapi karena akidah maka dalam kehidupan nyata itu pula yang harus diwujudkan,” jelasnya.

Namun, kata Kiai Labib lebih lanjut, perkara ini tak akan terwujud kecuali kaum Muslim memiliki sebuah negara yang mewujudkan nilai-nilai yang menyatukan mereka tersebut. Pasalnya, negara dimaksud bakal tunduk/patuh kepada seluruh aturan Allah SWT.

Harus Diselesaikan

“Kalau bicara perjuangan (mengembalikan kehidupan Islam), berarti ini yang harus diselesaikan,” lontarnya, sembari mengutip sebuah hadits riwayat Imam Abu Dawud tentang hilangnya wibawa umat Islam yang artinya:

Dari Tsauban berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja umat-umat menyerang kalian sebagaimana para pemakan menyerbu piringnya.” Maka ada seorang yang mengatakan, “Apakah karena jumlah kami sedikit ketika itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Akan tetapi kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi kalian seperti buih seperti buih-buih di air yang mengalir dengan deras. Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuhmu rasa takut. Dan sungguh Allah akan melemparkan di dalam hatimu al-Wahn.” Maka ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu al-Wahn?” Rasulullah SAW menjawab, “Cinta dunia dan benci kematian.”

Di dalam suatu syarah (penjelasan) hadits, kata Kiai Labib, buih dimaksud bermakna tidak mempunyai kekuatan atau keberanian melawan musuh-musuh Allah SWT, persis kondisi umat Islam saat ini.

“Persis seperti sekarang. Sudah diambil, dijajah, enggak bisa (melawan), ikut saja,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: