Kiai Labib: Negara yang Amalkan Al-Qur’an Jadi Khairu al-Daulah

 Kiai Labib: Negara yang Amalkan Al-Qur’an Jadi Khairu al-Daulah

Mediaumat.info – Memperingati malam turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an 1445 H, Cendekiawan Muslim KH Rokhmat S Labib menyinggung siapa pun termasuk suatu negeri, kalau mau menerapkan Al-Qur’an bakal menjadi negara terbaik.

“Kalau negara yang mau mengamalkan Qur’an menjadi apa? Khairu al-daulah, negara terbaik,” ujarnya dalam Live, Memperingati Nuzulul Qur’an 1445 H, Rabu (27/3/2024) di kanal YouTube One Ummah TV.

Bukan tanpa dasar, mula-mula ungkapan ini ia sandarkan kepada firman Allah SWT dalam hal ini QS al-Bayyinah, yang artinya, ‘Sungguh, orang-orang yang beriman dan beramal shalih (kebajikan), mereka itu adalah sebaik-baik makhluk’.

“Mengapa disebut sebaik-baik makhluk? Karena yang mereka imani, yang mereka amalkan adalah khair al-huda, sebaik-baik petunjuk (Al-Qur’an),” jelasnya.

Karenanya pula, menurutnya, wajar apabila mengimani, lantas mengamalkan atau terlebih menerapkan Al-Qur’an di seluruh aspek kehidupan, mereka bakal menjadi manusia yang terbaik.

Lantas, jika diperluas dengan istilah yang sama, kembali Kiai Labib menegaskan, suatu negara yang menerapkan Al-Qur’an pun bakal menjadi negara terbaik di antara negara-negara di dunia.

Malahan bukan hanya terbaik, tetapi menjadi negara yang penuh keberkahan jikalau konsisten mengamalkan Al-Qur’an.

Ia pun mengutip QS al-Furqan ayat pertama, yang bunyi dan artinya, Tabaarakalladzii nazzalal-furqaana ‘alaa ‘abdihii liyakuuna lil-‘aalamiina nadziiraa, (Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam).

Istilah tabaraka, kata Kiai Labib, berasal dari al-barakah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Fakhr ad-Din ar-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib, adalah kebaikan yang sangat banyak dan bertambahnya kebaikan itu.

“Bukan hanya baik, khair, karena kata ‘barakah’ itu, itu di sana ada dua unsur, unsur kebaikan itu ada dua, (pertama), kebaikan yang tetap, artinya tidak akan hilang, kemudian unsur kedua, tumbuh dan bertambah,” terangnya.

Karena itu, sebagaimana membaca saja sudah berpahala, apalagi mengamalkan seluruh isi Al-Qur’an. “MasyaAllah, kalau diamalkan betapa besar barakahnya nanti,” tambahnya.

Paling Mulia

Di sisi lain, Al-Qur’an sarat dengan kemuliaan. Di antaranya, diturunkan melalui malaikat bukan sembarang malaikat. Dialah Jibril dikenal sebagai sayyidul malaa`ikah (pemimpin para malaikat).

Sekadar ditambahkan, kedudukan ini didapatkan karena Jibril memang menjadi satu-satunya malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu Al-Quran kepada sayyidul anbiya` (pemimpin para nabi).

Dengan kedudukan ini, maka malaikat-malaikat Allah yang lainnya tunduk dan patuh kepada Jibril AS. “Kalau di dalam Al-Qur’an disebutkan muthaa’in tsamma amiin, yang membawa adalah Jibril yang ditaati di sana, yang ditaati di langit, yang terpercaya,” ucapnya, menukil QS At-Takwir: 21.

Pun demikian, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada nabi termulia (pemimpin para nabi). Lebih istimewa, ternyata nabi dimaksud, Muhammad SAW, diutus oleh Allah SWT kepada seluruh manusia.

“Itu keutamaan dan keistimewaan beliau yang tidak diberikan kepada nabi-nabi yang lain,” tandasnya.

Bahkan seputar waktu, Allah SWT memilih bulan mulia Ramadhan. Pula di malam yang mulia, malam qadar (lailatul qadar), malam yang masyhur disebut lebih baik dari seribu bulan.

Syariah Kaffah

Lantaran itu, seperti yang ia sebutkan tentang betapa keberkahan bakal mengalir ketika mengamalkan Al-Qur’an, di saat yang sama muncullah istilah syariah kaffah yang sebenarnya juga lahir dari Al-Qur’an.

Dengan kata lain, bisa dikatakan syariah kaffah ketika orang-orang beriman dan bertakwa senantiasa berusaha menjalankan seluruh perintah Allah SWT, sekaligus menjauhi seluruh larangan-Nya di dalam seluruh aspek kehidupan. Baik individu, keluarga, masyarakat, hingga bernegara, senantiasa sesuai dengan apa yang Allah SWT inginkan.

“Syariah kaffah ini lahir yang diajarkan Qur’an, maka Qur’an ini isinya keberkahan, ketika dibaca, ketika dikerjakan, ketika diterapkan, menghasilkan keberkahan,” pungkasnya, sembari mengutip QS Al-A’raf: 96, yang artinya:

’Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.’ [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *