Kiai Baihaki: Cinta Nabi, Perjuangkan Khilafah!

BANJARMASIN – Pengasuh Majelis Taklim Nida’ul Khair Banjarmasin, Kiai Baihaki Al Munawar, mengajak umat Islam memperjuangkan Khilafah Islamiah, sebagai wujud cinta kepada Rasulullah SAW. Hal itu disampaikan pada tausiahnya di Peringatan Maulid Nabi, Maulid Peradaban, melalui daring di Banuasyariah Channel, Sabtu (14/11/2020) malam.

Kiai Baihaki yang tampil sebagai pembicara terakhir, membawakan tema ‘Dakwah Adalah Wujud Kepedulian Nabi SAW’, mengisahkan di saat detik-detik wafatnya, Rasulullah masih terus memikirkan umatnya.

“Terbukti pada saat beliau mau wafat, yang disebut bukan istri-istri beliau, bukan anak-anak beliau, bukan kerabat maupun sahabat beliau, tapi yang beliau sebut adalah ummati.. ummati.. ummati… Hal ini menunjukkan Baginda Rasul Muhammad SAW sangat mencintai umatnya. Oleh karena itu, kita harusnya mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cinta kita kepada orang tua, melebihi cinta kita kepada keluarga,” tutur Kiai Baihaki memulai tausiahnya.

Bahkan tegasnya, Nabi Muhammad SAW membuktikan cintanya kepada umat, dengan cara sepanjang hidup Rasulullah yang selalu menyampaikan dakwah, mengajak kaum jahiliah untuk memperoleh keselamatan dalam Islam.

“Sepanjang hidupnya, beliau senantiasa menyampaikan dakwah, mengajak seluruh umat jahiliah saat itu untuk masuk Islam. Meninggalkan menyembah berhala, meninggalkan minum khamar, meninggalkan perzinaan, meninggalkan perjudian, karena Rasul SAW sayang sekali kepada umat manusia, agar mereka selamat fiddunya wal akhirah,” jelasnya.

Kiai Baihaki juga mengutip hadis sahih, saat Nabi Muhammad SAW dihalang-halangi dalam berdakwah.

“Di hadis Imam Ahmad, saat kaum Quraish menghalangi, beliau berkata, ‘Demi Allah, sekiranya matahari diletakkan di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini, meninggalkan dakwah ini, atau aku binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya.’ Ini bukti kecintaan Nabi kepada umatnya, menyampaikan dakwah meskipun dengan berbagai macam rintangan,” ucap Kiai Baihaki bersemangat.

Karena keistikamahan dan kegigihan beliau, tegas Kiai Baihaki, Allah SWT menurunkan pertolonganNya, dengan diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Kepala Daulah Islamiah di Madinah.

“Daulah Islamiah yang ditegakkan Rasul saat itu, menjadi awal tegaknya peradaban Islam, dan tercatat pada masa itu, seluruh jazirah arab berada dalam kekuasaan Islam,” urainya.

Kiai Baihaki melanjutkan, kegigihan dakwah Rasul dalam menegakkan Islam dan mendakwahkan ke segala penjuru bumi, diikuti oleh para sahabat beliau. Saat Rasul wafat, para sahabat tidak langsung memakamkan jasad Baginda SAW, namun memprioritaskan untuk lebih dulu mencari pengganti Rasul sebagai kepala negara untuk memimpin umat.

“Saat beliau wafat pada hari Senin, selama tiga hari dua malam, baru pada Rabu siang menjelang asar, beliau kemudian dikuburkan. Kenapa demikian? Apakah para sahabat tidak tahu bahwa menguburkan jenazah merupakan kefarduan dalam Islam? Tetapi para sahabat yakin, mereka adalah orang-orang yang paham, bahwa ada perkara yang lebih penting, yang lebih wajib, yaitu masalah kepemimpinan, apabila kosong dalam waktu lama, akan terjadi perpecahan di tengah umat Islam,” papar Kiai Baihaki.

Akhirnya lanjut Kiai Baihaki, diangkatlah Abu Bakar ra sebagai Khalifah yang pertama, yang kemudian saat Abu Bakar wafat, digantikan oleh Umar Bin Khatathab ra, dan seterusnya, hingga kepemimpinan Kekhilafahan selalu berlanjut oleh salaf saleh selama 13 abad. Baru kemudian umat Islam melemah akibat perpecahan, dan Kekhilafahan Islam akhirnya runtuh pada 1924 M di Turki.

“Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwasanya Khilafah Islamiah merupakan warisan dari Rasulullah, warisan syariat,” tegas ulama yang sering bersuara lantang dalam setiap tausiahnya ini.

Kiai Baihaki juga mengutip hadis riwayat Imam Muslim, “Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku. (Tetapi) nanti akan ada banyak Khalifah.”

Dari sejarah tersebut, jelas Kiai Baihaki, terlihat bagaimana salaf saleh selalu mempertahankan sistem khilafah untuk memimpin umat. Sementara pada momen Maulid Nabi ini, umat Islam tidak berada dalam kekhilafahan sudah hampir selama satu abad. Padahal menurut ijmak sahabat, kosongnya kepimpinan Islam hanya boleh selama tiga hari dua malam.

“Di bulan Maulid ini, mari kita memperbanyak mencintai Nabi dengan ibadah mahda, memperbanyak bersalawat kepada Nabi, sehingga Rasulullah juga mencintai kita. Namun tidak kalah pentingnya, merenungkan kewajiban kita untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiah!” ajak Kiai Baihaki yang disambut gemuruh takbir hadirin.

Menurutnya, dengan Khilafah Islamiyah, tidak akan terjadi lagi penghinaan kepada Nabi, seperti yang sekarang terjadi di Prancis.

“Dahulu di zaman Kesultanan Hamid III, saat ada kabar Prancis akan mementaskan teater yang menghinakan Nabi Muhammad. Khalifah Hamid II lantas mengirimkan surat kepada kepala negara Prancis. Maka saat itu, Prancis langsung tidak berani, karena Prancis tahu resikonya, mereka takut dengan kekuatan kekhilafahan yang memiliki pasukan besar, yang siap melawan para penghina Islam,” urai Kiai Baihaki.

Ini menurutnya berbeda sekali dengan kondisi sekarang, dimana karikatur yang menghinakan Nabi, dengan bebas dipublikasikan di Prancis. Namun umat Islam tidak berdaya melihat kondisi tersebut.

“Kenapa bisa terjadi? Karena umat tidak memiliki kepemimpinan Islam. Umat Islam seperti anak ayam kehilangan induknya. Maka peringatan Maulid di bulan Rabiul Awal ini, mari kita azamkan diri untuk istikamah hingga akhir hayat menyampaikan dakwah tegaknya khilafah,” ajak Kiai Baihaki.

Kiai Baihaki juga menampik anggapan, yang mengatakan jika memperjuangkan tegaknya Khilafah Islamiyah merupakan tindakan radikal dan teroris.

“Khilafah adalah peradaban Islam, sistem yang agung, yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam,” pungkas Kiai Baihaki menutup tausiahnya.

[]

Share artikel ini: