Khutbah Jumat Peringatan ke-104 Tahun Runtuhnya Khilafah Pada Tanggal 28 Rajab 1342 H./3 Maret 1924 M

 Khutbah Jumat Peringatan ke-104 Tahun Runtuhnya Khilafah Pada Tanggal 28 Rajab 1342 H./3 Maret 1924 M

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan memohon ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah SWT berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (TQS. Ali Imran {3] : 102).

Ammā Ba’da:

Hai hamba-hamba Allah, sepanjang kurun waktu yang kita jalani ini, umat kita telah menyaksikan berbagai peristiwa besar dan menyakitkan pada saat yang bersamaan. Kita telah merenungkan berbagai peristiwa yang telah mengubah wajah umat kita, berbagai peristiwa besar yang beragam, antara sikap terhormat yang menjunjung tinggi keteguhan serta keimanan, dan berbagai peristiwa menyakitkan yang menyingkapkan hati yang telah mengeras dan hati nurani yang telah terkecewakan. Kita menyaksikan entitas Yahudi menyerang rakyat kami di Gaza tanpa ragu-ragu, dengan keterlibatan serta konspirasi internasional dan regional yang mengungkapkan fakta kemunafikan dalam bentuknya yang paling buruk. Namun pada saat yang sama kami menyaksikan ketabahan dan keteguhan hati yang tak terlukiskan dari rakyat kami di Gaza dan seluruh Palestina, mereka mewujudkan makna sabda Rasulullah SAW:

«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ»

Senantiasa ada sekelompok ummatku yang menolong kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang mengecewakannya.” (HR. Muslim).

Bagaimana tidak? Mereka adalah penduduk tanah yang diberkahi, yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah SAW. Namun keteguhan yang kita saksikan di Gaza hanyalah bagian dari gambaran yang lebih besar, gambaran sebuah umat yang punya potensi untuk bangkit meski menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana kita menyaksikan kezaliman dan agresi di Gaza, kita juga menyaksikan di Suriah jatuhnya seorang tiran yang menyebarkan kerusakan di bumi hingga ke langit, seakan-akan Allah SWT telah menumbangkan kezaliman ini untuk mengumumkan bahwa saat perubahan telah tiba. Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya:

﴿وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik.” (TQS. An-Nūr [24] : 55).

Perubahan akan datang, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Kita telah melihat gambaran yang cerah tentang konsep satu umat, seperti yang telah kita lihat bahwa kaum Muslim di mana-mana merasakan penderitaan yang sama atas apa yang terjadi di Palestina, terlepas dari batas-batas imajiner dan bendungan-bendungan buatan. Kita melihat mereka menyerukan agar perbatasan dibuka dan meneriakkan jihad. Itulah perasaan satu umat, sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah SAW:

«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى»

Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim).

Berbagai peristiwa dan realita yang terjadi di depan mata kita ini bukanlah sekadar pemandangan yang berlalu, akan tetapi semua itu merupakan bukti nyata akan suatu kebenaran, suatu hasil yang patut untuk direnungkan secara mendalam, bahwa umat Islam bisa saja jatuh sakit, tetapi tidak akan mati, bahkan masa kejayaan dan kebangkitan yang dijanjikan pada umat sudah sangat dekat.

﴿وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَن يَكُونَ قَرِيباً﴾

Mereka berkata: Kapan itu akan terjadi. Katakanlah, barangkali waktunya sudah dekat.” (TQS. Al-Isrā’ [17] : 51).

Saudara-saudara: Umat kita adalah sebuah raksasa yang memiliki semua elemen kekuatan, namun membutuhkan satu kepemimpinan untuk menyatukannya dan mengembalikannya ke posisi yang seharusnya. Inilah yang diajarkan oleh sejarah kita, diwajibkan oleh agama kita, dan inilah yang kita warisi dari para imam kita yang mulia, yang mengingatkan kita akan hari-hari dan angka-angka sejarah! Lebih dari seratus tahun yang lalu, pada hari-hari di bulan Rajab ini, tepatnya pada tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, yang bertepatan dengan 3 Maret 1924 Masehi. Pada tanggal ini, umat Islam mengalami tragedi yang tiada duanya sejak wafatnya Rasulullah SAW, sebuah tragedi yang menimpa bangunan besar yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabat setelahnya, dimana mereka merupakan orang-orang terbaik yang membangunnya. Bahkan umat ini akan tetap bermartabat dan dihormati selama mempertahankan struktur dan bangunan tersebut, hingga tibalah hari nahas itu, ketika orang-orang fasik mengambil alih tampuk kendali negara, sedang musuh-musuh mengambil alih kendalinya, kemudian setelah itu kaum Muslim menjadi seperti anak yatim di pesta orang-orang hina yang tidak punya belas kasih!

ضَـجَّـتْ علـيـكِ مآذنٌ ومـنابرٌ   *   وبَـكتْ عليـكِ ممالـكٌ ونـَـــواحِ

الهـندُ والهـةٌ ومصــرُ حـزينة   *  تـَبْـكي عليـكِ بمَدمَـعٍ سَحّــــاحِ

والشّامُ تسْألُ والعِراقُ وفَارسٌ  *  أَمَحى من الأَرضِ الخِلافةَ ماحٍ؟

Menara dan mimbar bergemuruh, kerajaan menangis dan meratapimu

India berduka dan Mesir bersedih dengan air mata yang mengalir deras menangisimu

Syam, Irak dan Persia bertanya, siapa yang menghapus Khilafah dari muka bumi itu?

Dengan syair-syair ini, huruf-huruf dari syair sang penyair Ahmad Shawqi keluar meratapi runtuhnya Khilafah. Pada hari dimana umat tidak pernah menyaksikan hal yang semisalnya setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW. Sungguh kejahatan terbesar terhadap kaum Muslim telah terjadi, karena negara-negara Eropa yang dipimpin Inggris, melalui anteknya, sang kriminal Mustafa Kemal, mampu menghapus Khilafah Islam. Sementara tentara pendudukan Inggris tidak meninggalkan Selat Bosphorus dan ibu kotanya, Istanbul, sampai mereka yakin akan runtuhnya negara Khilafah, berdirinya republik sekuler di atas reruntuhannya, dan pengusiran Khalifah dari negara tersebut.

  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka aturan yang diturunkan Allah dan penerapan hukum Allah dihapuskan pula, sehingga umat diperintah oleh sistem buatan manusia dan hukum-hukum jahiliyah.
  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka konsep negara yang dibangun berdasarkan ideologi Islam pun lenyap, kemudian yang berlaku adalah konsep negara sipil sekuler, republik, federalisme, batas-batas nasional, dan entitas nasional, hasil dari Perjanjian Sykes-Picot.
  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka umat Islam kehilangan kepemimpinan, kepeloporan, kedaulatan dan pengaruh terhadap konstelasi internasional. Sebaliknya, para ruwaibidhah dan sampah masyarakat merajalela, memenuhi bumi dengan kejahatan, pengkhianatan dan bencana.
  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka hilanglah nilai-nilai keadilan dan kebaikan, sehinga bumi dipenuhi dengan ketidakadilan, penindasan, kemiskinan, kelaparan, pembunuhan, dan pengungsian.
  • Negara Khilafah, yang melindungi agama, tanah, dan kehormatan, serta menjaga tumpah darah kaum Muslim dihapuskan, dengan penghapusannya, maka umat, tanah, dan rakyat terpecah belah menjadi negara-negara lemah dan rezim-rezim palsu.
  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka negara Khilafah terakhir bagi kaum Muslim pun lenyap. Umat Islam tidak lagi memiliki entitas yang mempersatukan, serta tidak memiliki kepemimpinan umum, dan tidak pula negara yang mewakilinya. Umat Islam tidak lagi hidup dalam komunitas kaum Muslim yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang telah dibaiat dengan baiat yang sah untuk menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW.
  • Negara Khilafah yang politik luar negerinya dijalankan untuk tujuan mengemban Islam ke seluruh dunia melalui dakwah, jihad, dan membimbing umat manusia kepada agama Allah yang benar, telah dihapuskan.
  • Negara Khilafah dihapuskan, dengan penghapusannya, maka negeri-negeri kaum Muslim dijarah, kaum Muslim diserang di pusat negara mereka sendiri, kekayaannya dijarah, dan negara Islam yang menaungi kaum Muslim dari timur sampai barat diubah menjadi negara Kafir, bahkan negeri-negeri kaum Muslim menjadi negeri-negeri yang jajahan.

Penghapusan Khilafah adalah hasil konspirasi besar yang dicetuskan oleh kekuatan kolonial, bekerja sama dengan para pengkhianat dari bangsa Arab dan orang-orang Turki yang jiwanya lemah, yang bersembunyi di tengan umat ini, mereka menjual agamanya untuk kehidupan duniawi orang lain. Kolonialisme mulai menabur benih nasionalisme dan perpecahan di kalangan kaum Muslim, serta berambisi untuk menghancurkan ikatan persaudaraan Islam yang menyatukan mereka di bawah satu panji. Hasilnya adalah kaum Muslim berubah dari satu umat yang diperintah oleh satu negara kuat dan sangat ditakuti yang memimpin peperangan … menjadi negara yang lemah, serta tunduk pada dominasi asing secara politik, ekonomi, dan dalam semua aspek kehidupan.

Namun mengapa membicarakan peringatan ini?! Peringatan runtuhnya Khilafah tidak pernah menjadi peringatan keagamaan dalam arti hukum, meskipun peringatan ini terkait dengan kewajiban agama yang paling utama, yaitu kewajiban mendirikan negara Islam untuk menerapkan syariah. Peringatan ini juga bukan peringatan yang diharapkan akan menuai kesedihan dan kedukaan, melainkan peringatan untuk membicarakan hal-hal berikut:

Pertama: Menyadarkan mayoritas kaum Muslim tentang kebesaran negara mereka, kewajiban berjuang untuk menegakkannya, dan dosanya bagi orang lalai dari menegakkan kewajiban besar ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu al-Abbas al-Qalqasyandi: “(Khilafah) adalah kandang Islam, pagar yang mengelilinginya, tempat berkumpul rakyatnya, dan padang rumput bagi ternaknya. Dengan Khilafah, agama terpelihara dan terlindungi, tumpah darah Islam dijaga sehingga aman dari serangan, hudud (hukuman) ditegakkan sehingga mencegah terjadinya pelanggaran terhadap hal yang sakral, kemaluan wanita terpelihara sehingga garis keturunan terlindungi dari percampuran, perbatasannya dibentengi sehingga tidak dapat ditembus, dan tempat-tempat suci dilindungi sehingga tidak ada yang mengotori.” Makna-makna tersebut hari ini benar-benar telah hilang dan lenyap seiring dengan dihapuskannya Khilafah.

Kedua: Untuk mengingatkan kaum Muslim bahwa mereka yang dibebani kewajiban tidak akan dapat melaksanakannya dengan sempurna kecuali di bawah naungan negara Khilafah. Dan mereka tidak akan dapat menjalani kehidupan yang baik dan mulia sebagaimana yang diridhai oleh Rabb mereka kecuali dengan menegakkan negara yang diwajibkan kepada mereka, yaitu negara Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah.

Ketiga: Untuk memperingatkan orang-orang yang abai dan lalai, dan orang-orang yang ingkar terhadap besarnya dosa yang akan mereka terima dan betapa beratnya azab yang akan menimpa mereka jika mereka tidak ikut berjuang menegakkan negara Khilafah.

Keempat: Membersihkan debu dari sejarah kuno yang telah dilupakan, diabaikan, ditutupi, atau dipalsukan. Umat ini punya sejarah panjang, mengakar, dan gemilang, yang dibanggakan oleh banyak generasi, sehingga umat ini harus berjuang untuk masa kini dan menatap masa depan agar menempati posisi terdepan di antara bangsa-bangsa yang lain, yaitu sejarah umat Islam penuh dengan tingkat kemajuan tertinggi dan makna peradaban paling luhur, guna mempertajam tekad mereka dalam berjuang untuk mendirikan negara ini, negara Khilafah, sebab sejarah ini bukan hanya terkait dengan masa para sahabat dan masa setelahnya saja, namun di era modern ini, kita wajib menegakkannya kembali untuk menduduki posisi internasional dan memimpin dunia sekali lagi.

Kelima: Seruan untuk menyebarluaskan konsep-konsep Islam dan menyampaikannya kepada kelompok terpenting umat, yakni para pemuda, di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, lembaga pendidikan, dan masjid-masjid, guna mengemban risalah Islam untuk membangun kebangkitan dan membangun peradaban di atas dasar ideologi Islam.

Keenam: Meningkatkan kepedulian umat terhadap budaya Islam, termasuk fiqih politik sehingga memandang segala sesuatu berdasarkan tolok ukur syariah, menjelaskan kerusakan sistem kapitalis dengan ide-ide palsu dan rusaknya, seperti demokrasi dan kebebasan, serta memperjelas kesalahan ikatan yang disponsori oleh negara-negara yang menjadi sumber bencana saat ini, apakah ikatan nasionalis yang sempit dan menjijikkan atau nasionalisme yang dekaden, merosot atau mundur, kemudian menggantinya dengan ikatan ideologi yang berlandaskan akidah Islam.

Wahai kaum Muslim: Pembicaraan tentang Khilafah bukanlah sekadar mengulang sejarah masa lalu, namun pembicaraan tentang sistem Islam yang autentik, yang menjamin tegaknya keadilan, menyebarluaskan rahmat dan kedamain, serta menegakkan syariat Allah di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda:

«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ، كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَ نَبِيٌّ، وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ»

Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para Nabi. Setiap kali seorang nabi wafat maka diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, yang ada adalah para khalifah dan mereka banyak.” (HR. Bukhari).

Khilafah bukan hanya sebuah sistem politik, tetapi merupakan negara yang telah memenuhi penjuru dunia dan menyatukan kaum Muslim. Khilafah menyatukan pemikiran dan barisan mereka, sehingga membuat mereka menjadi satu umat yang kuat dan ditakuti. Menegakkan Khilafah berarti menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia, mengembalikan hak-hak pemiliknya, mengakhiri kezaliman dari orang-orang yang lemah dan tertindas, menolong orang-orang yang tertimpa musibah, menyebarkan kebaikan ke seluruh dunia, serta menyapu bersih sistem kapitalis yang telah menyebarkan kerusakan dan kebobrokan di muka bumi.

Para sahabat radhiyallahu anhum sangat menyadari pentingnya hal ini, maka setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelum memakamkannya, mereka segera memilih Khalifah. Mereka meyakini bahwa Khilafah merupakan kewajiban dan keniscayaan demi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara menurut syariat Islam.

Ya, begitulah para sahabat memahami kedudukan Khilafah dalam Islam, dan mereka sangat menyadari bahwa agama ini tidak akan tegak dengan sempurna tanpanya. Dalam hal ini, Amirul Mukminin, Umar radhiyallahu anhu, berkata:

«لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ»

Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati.” (HR. Ad-Darimi).

Hai hamba-hamba Allah: Sungguh kaum Muslim generasi awal, mereka memandang Khilafah sebagai tājul furūdh (mahkota kewajiban), sebab Khilafah memelihara agama dan dunia sekaligus. Buku-buku sejarah telah menunjukkan berbagai kedudukan besar yang meneguhkan kemuliaan ini.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang merenungkan sejarah umatnya untuk mengambil pelajaran dan hikmah. Ya Allah, satukanlah barisan kaum Muslim dan satukanlah ucapan mereka di atas kebenaran, tegakkanlah untuk kami negara Islam, negara Khilafah, yang memerintah dengan syariah-Mu dan mempersatukan umat-Mu, mengibarkan panji-Mu, panji Lā Ilāha Illallah Muhammad Rasūlullah (tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah), berjihad di jalan-Mu, dan membebaskan Masjidil Aqsa dari kotoran kaum Zionis penjajah … Āmīn, āmīn, āmīn yā rabbal ālamīm!

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Aku sampaikan perkataanku ini, dan aku memohon ampunan kepada Allah untuk diriku dan kalian, maka mohonlah ampunan kepada-Nya, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

=====

Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah, Penolong hamba-hamba-Nya yang lemah, Penghancur para tiran dan Penakluk orang-orang yang sombong, Yang menjanjikan kemenangan, Khilafah dan kekuatan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan para Rasul dan Pemimpin para Mujahidin, Pembawa kabar gembira tentang kemenangan yang nyata, orang yang jujur ​​dan dapat dipercaya, yang untuknya bumi dilipat, sehingga dia melihat kabar gembira tentang kerajaan (kekuasaan) kaumnya yang akan membentang antara masyriqain dan maghribain, yakni kedua tempat terbit (matahari pada musim panas dan musim dingin) dan kedua tempat terbenam (matahari pada kedua musim itu), juga semoga keberkahan bagi keluarganya dan semua sahabatnya ….

Wahai kaum Muslim: Setelah penghapusan Khilafah, umat Islam memasuki fase kebinasaan, kerugian, kelemahan dan kehinaan … Umat menderita perpecahan, lalu dikuasai oleh musuh-musuhnya, negerinya dijajah, kekayaannya dijarah, dan syariahnya disia-siakan. Di antara tragedi paling menonjol yang diakibatkan oleh penghapusan Khilafah adalah pendudukan Palestina, munculnya entitas Yahudi yang merampas kekuasaan, dan penganiayaan terhadap kaum Muslim di Kashmir, Myanmar, China, Krimea, India, dan negeri-negeri kaum Muslim lainnya, serta apa yang saat ini dihadapi oleh umat Islam di Yaman, Suriah, Sudan, Libya, Mesir, Najd dan Hijaz dalam bentuk cobaan, dendam dan permusuhan; darah ditumpahkan, kehormatan dilanggar, dan tempat-tempat suci tidak dilestarikan, hingga membuat rambut anak-anak memutih (begitu menyedihkan). Sedangkan apa yang terjadi di Gaza saja, orang tidak dapat menggambarkan keburukannya. Adapun kisah-kisah yang terjadi di penjara tiran Damaskus, maka hal itu membuat kita tak bisa berkata-kata akibat kengerian yang terjadi di dalamnya. Sementara negeri Najd dan Hijaz, maka pada masa kekuasaan dinasti Al Saud, menjadi surga bagi para penari, orang-orang cabul, pelacur, dan orang-orang tidak bermoral.

Wahai hamba-hamba Allah: Apa yang dialami umat ini, bukan saja karena lemahnya kaum Muslim, namun karena kita telah kehilangan kepemimpinan yang mempersatukan, dan kita telah kehilangan tekad yang dulu mampu membangkitkan harga diri kita dan mempersatukan barisan kita. Sedangkan musuh-musuh umat ini menyadari betul bahwa kekuatan umat terletak pada Khilafah, maka langkah pertama mereka untuk menghancurkan Khilafah adalah dengan memecah belah dan melemahkannya melalui politik devide et Impera (politik pecah belah atau adu domba), serta menghilangkan kekuatan dan kepemimpinannya.

Wahai kaum Muslim: Kaum kafir Barat tengah berusaha dengan segala kekuatannya untuk menjaga agar umat Islam tetap dalam kondisi lemah dan terpecah-belah. Mereka takut akan tegaknya kembali Khilafah, karena itu berarti berakhirnya kekuasaan mereka dan dimulainya kebangkitan Islam yang menyeluruh. Tidaklah tersembunyi bagi kita semua apa yang telah dinyatakan secara terbuka oleh beberapa pemimpin Barat, ketika Lord Curzon, Menteri Luar Negeri Inggris, saat menandatangani Perjanjian Lausanne dengan sang kriminal Mustafa Kemal, yang menetapkan penghapusan sistem Khilafah di Turki dan menggantikannya dengan negara republik nasionalis sekuler, mengatakan: “Turki benar-benar telah kita hancurkan hari, dan tidak akan pernah bangkit lagi setelahnya, karena kita telah menghancurkan rahasia kekuatannya yang tercermin dalam dua hal: Islam dan Khilafah.” Meskipun peperangan ini dideklarasikan terhadap kita, namun umat Islam tetap memiliki kekuatan yang tak terkalahkan dalam hatinya, yaitu keimanannya yang teguh dan cita-citanya yang luhur.

Wahai kaum Muslim, wahai hamba-hamba Allah: Hari ini kita menghadapi tahap yang sangat penting dalam sejarah bangsa kita. Terlepas dari semua tragedi yang terjadi, umat Islam memiliki potensi dan energi untuk mengubah realitasnya, serta memiliki keyakinan yang membuat musuh-musuhnya tidak mampu menghadapinya. Namun kita membutuhkan kepemimpinan yang membawanya pada satu tujuan, yakni menegakkan Khilafah. Jika umat telah menjadi lemah dan terpecah-pecah, maka tentara yang mewakili harapannya yang terakhir untuk perubahan. Kita tahu bahwa kekuatan ada di tangan kita, dan tentara sudah dalam kondisi siap, sehingga tentara wajib bergerak ke arah yang benar untuk menolong agamanya.

Wahai kaum Muslim, wahai hamba-hamba Allah: Pada hari ini kami menyeru kepada para pemegang kekuasaan negara, para perwira dan prajurit, agar mengingat kewajibannya untuk menolong agama, dan bergerak bersama para pejuang yang tulus untuk menegakkan Khilafah. Mereka kini lebih dari sebelumnya, bahwa mereka diseru untuk menunaikan kewajibannya ini, karena jika tentara bergerak di jalan Allah dan mengibarkan panji Islam, maka mereka akan seperti kaum Anshar yang menolong Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejarah akan mencatat nama-nama mereka dengan huruf-huruf dari cahaya.

Wahai hamba-hamba Allah: Di antara berbagai peristiwa yang telah kita saksikan, jelas bagi kita bahwa krisis terbesar kita adalah krisis kepemimpinan. Saat ini, para penguasa kaum Muslim telah menjadi jelas bagi semua orang bahwa mereka adalah antek-antek kaum kafir penjajah di negeri-negeri kita; merekalah yang memaksakan sistem Barat kepada kita, dan merekalah yang melindungi entitas penghisap darah, sehingga mereka inilah yang harus disingkirkan dan dilemparkan oleh umat ke jurang yang dalam, kemudian mengangkat seorang Khalifah yang kuat dan saleh sebagai pengganti mereka.

Wahai hamba-hamba Allah: Kita harus tahu bahwa menegakkan Khilafah adalah kewajiban agama, dan para sahabat telah bersepakat (berijma) bahwa haram hukumnya jika Khilafah dibiarkan kosong lebih dari tiga hari! Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, para sahabat bersepakat tentang masalah pengangkatan seorang Khalifah, mereka menghentikan pasukan yang dikirim Rasulullah untuk menghadapi bangsa Romawi, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakamkan setelah diangkatnya Khalifah, yakni setelah tiga hari tiga malam kemudian, padahal mereka dapat mempercepat pemakaman, atau mereka mampu mengingkari orang-orang yang sibuk dengan pengangkatan Khalifah, namun tak satu pun dari hal itu yang terjadi. Sehingga hal ini hanya menunjukkan pada satu kewajiban, yaitu kaum Muslim wajib membaiat Khalifah yang akan memerintah mereka berdasarkan apa yang telah diwahyukan, bahwa tidak halal (haram) bagi mereka jika tiga hari berlalu tanpa ada Khalifah. Lalu, bagaimana dengan kita yang telah melewati tiga puluh delapan ribu hari tanpa Khalifah?! Namun, bisakah Khilafah tegak kembali? Ya bisa, sebab janji Allah itu benar, namun tegaknya kembali Khilafah membutuhkan:

Kepercayaan (keyakinan) pada janji Allah, kerja sama antar kaum Muslim, serta keteguhan pada pemikiran Islam dan metodenya, kesadaran terhadap Islam dan hukum-hukumnya, kepemimpinan umat untuk menegakkan kewajiban ini di tingkat global, dengan berjuang keras dan terorganisasi di tingkat umat untuk mengubah realita serta mengembalikan Islam ke puncak kekuasaan, juga butuh pada kesadaran politik yang menuntut umat untuk menyadari pentingnya Khilafah dan perannya dalam kehidupan, serta kesadaran terhadap setiap konspirasi para musuh.

Wahai hamba-hamba Allah: Perpecahan yang dialami umat saat ini bukanlah hal yang biasa, melainkan suatu keadaan luar biasa dalam sejarah umat ini, yang akan segera berlalu dan segala sesuatunya akan kembali pada jalur yang semestinya. Imam Ahmad meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, dari hadis Hudzaifah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكاً عاضاً فيكون ما شاء الله أن يكون، ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها، ثم تكون ملكاً جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، ثم سكت»

Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kalian, dan itu ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhājin nubuwwah), dan itu ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Ādhdhan), dan itu ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), dan itu ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhājin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.”

Ingatlah bahwa kabar gembira (busyra) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, cepat atau lambat, pasti akan terjadi.

Saya akhiri khutbah saya dengan ayat-ayat dan kabar gembira dari Allah. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman:

﴿وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik.” (TQS. An-Nūr [24] : 55).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ اللهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْكَ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا»

Sesungguhnya Allah telah menghimpunkan bumi kepadaku sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang telah dihimpunkan kepadaku darinya.” (HR. Abu Dawud).

Rawi hadis ini adalah Tsauban, ia adalah budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.

Ya Allah, hancurkanlah para penguasa yang menjadi sumber bencana dan menjadi antek kaum kafir penjajah. Ya Allah, mereka telah mengecewakan kaum Muslim, sebaliknya mereka menolong musuh-musuh kaum Muslim dan musuh-musuh-Mu, menormalisasi hubungan dengan para musuh (khususnya dengan entitas Yahudi), juga mereka tetap diam menyaksikan kezaliman dan penindasan terhadap kaum Muslim. Ya Allah, kuatkanlah kami untuk melawan mereka, serta selamatkan kami dari semua keburukan dan kejahatan mereka.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, hancurkan musuh-musuh agama, dan kecewakanlah orang-orang yang telah mengecewakan kaum Muslimin. Ya Allah, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Pemelihara langit dan bumi, wahai Yang Maha Memiliki keagungan, kemuliaan, karunia, dan kemurahan hati, kami memohon kepada-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dan Pengasih di dunia akhirat, semoga Engkau meringankan beban kami dan melapangkan dada kami dengan tegaknya Khilafah, semoga dengannya tubuh kami bermanfaat, dan dengannya mata kami menjadi terhibur, sebab tiada seorang pun yang menolong kami dalam memperjuangkan kebenaran kecuali Engkau, dan tiada seorang pun yang membawakannya kepada kami kecuali Engkau, serta tiada daya dan kekuatan kecuali dengan karunia Engkau! Ya Tuhan, kembalikan kepada kami keinginan untuk meraih kemenangan dan kekuasaan di muka bumi, serta kembalikan kepada kami hari-hari penuh kemuliaan dan kepemimpinan! Ya Allah, percepatlah tegaknya negara Khilafah, dan jadikanlah kami termasuk di antara prajuritnya yang setia dan ikhlas. Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami sebagai kaum Muslim. Ya Allah, teguhkanlah kami dengan perintah-Mu dan kuatkanlah kami dengan pertolongan-Mu. Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan Pemilik ‘Arsy yang agung. Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, Tuhan bumi, dan Tuhan ‘Arsy yang mulia. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

عباد الله، ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾ اللهم صل على محمد في الأولين والآخرين وعلى آله وصحبه أجمعين.

Wahai hamba-hamba Allah, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dari kalangan orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, kepada keluarganya dan semua sahabatnya. []

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *