Khilafah Jadi Idaman Generasi Muda (Tanggapan atas Survey Tentang Khilafah Kepada Siswa dan Mahasiswa)

 Khilafah Jadi Idaman Generasi Muda (Tanggapan atas Survey Tentang Khilafah Kepada Siswa dan Mahasiswa)

Oleh : Achmad Fathoni | Direktur el-Harokah Research Center

Nearly 20 persent of hight school and university students in Indonesia support the establisment of chaliphate in the world’s largest Muslim-majority country over the current secular goverment, a new survey showed this week. The Survey by a Jakarta-based organization polled over 4.200 Muslim students, mostly in top school and universies on Java Island, home to over half the country’s polulation. Nearly one in four students said they were, to varying degrees, ready to wage jihad to achieve a caliphate. (http://www.reuters.com/article/us-indonesia-islam-radicalism/one-in-five-indonesian-students-support-islamic-caliphate-survey-idUSKBN1D20KW).

Survey tersebut dipublis oleh www.reuters.com dengan penjelasan bahwa hampir 20 persen pelajar SMA dan mahasiswa di Indonesia mendukung petegakan khilafah di negeri mayoritas muslim yang  dipimpin pemerintahan sekuler saat ini. Sebuah survey baru menunjukkan hal ini. Survey oleh sebuah organisasi berbasis di Jakarta telah men-survey 4.200 pelajar dan mahasiswa di SMA dan Perguruan Tinggi terkemuka di Pulau Jawa, yang merupakan tempat tinggal bagi lebih dari separoh populasi negeri ini. Hampir 1 dari 4 siswa dan mahasiswa menyatakan bahwa mereka dengan derajat yang bermacam-macam, siap berjihad untuk mencapai kekhilafahan.

Dari hasil survey tersebut tentu patut untuk mendapat apresiasi positif dari publik. Karena meskipun akhir-akhir ini ide khilafah diopinikan negatif media mainstrem bahkan “dikriminalkan” oleh rezim, ternyata masih cukup banyak mendapatkan dukungan dan pembelaan dari siswa SMA dan mahasiswa perguruan tinggi, bahkan di antara mereka siap berjihad membela tegaknya kembali khilafah Islamiyah. Hal ini patut mendapat dukungan dari semua pihak terutama umat Islam, karena di saat gempuran gaya hidup hedonisme, permisivisme,  pergaulan bebas, mabuk-mabukan, narkoba, foya-foya, tawuran antar pelajar, bahkan tindakan kriminal yang melanda remaja-pemuda bangsa ini, ternyata masih cukup banyak di antara mereka yang peduli terhadap nasib dan kemajuan agamanya. Yang pasti nasib bangsa, negara, dan Islam 25 sampai 30 tahun mendatang sangat ditentukan kiprah mereka di era sekarang. Tidak berlebihan kiranya Bung Karno dulu pernah berujar,”berikan sepuluh orang pemuda kepadaku, pasti aku akan bisa mengubah dunia”. Itulah pengakuan jujur sang proklamator tersebut terhadap potensi pemuda kita dalam mengubah warna dunia ke arah yang lebih baik.

Tentunya sangat tepat untuk menjadi teladan bagi para pemuda dan remaja di era modern sekarang, bahwa di awal dakwah Islam yang dilampaui oleh Rasulullah SAW, pengikut beliau dari kalangan shahabat, yang merupakan generasi pertama kebanyakan dari kalangan pemuda dan remaja bahkan ada yang masih anak-anak. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda, keduanya ketika itu berusia 8 tahun. Thalhah bin Ubaidillah berusia 11 tahun. Al-Arqam bin  Abi Al Arqam berusia 12 tahun. Abdullah bin Mas’ud berusia 14 tahun, yang kelak menjadi ahli tafsir yang terkemuka. Sa’ad bin Abi Waqqash berusia 17 tahun, yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan negara super power di jamannya yaitu kerajaan Persia. Ja’far bin Abi Thalib berusia 18 tahun. Zaid bin Haritsah berusia 20 tahun, Ustman bin Affan berusia 20 tahun, Mus’ab bin Umair berusia 24 tahun, Umar bin Khattab berusia 26 tahun, Abu Ubaidah ibnul Jarah berusia 27 tahun, Bilal bi Rabbah berusia 30 tahun, Abu Salamah berusia 30 tahun, Abu Bakar Ash Siddiq berusia 37 tahun, Hamzah bin Abdil Muthalib berusi 42 tahun, Ubadah bin Al Harist yang paling tua di antara semua shahabat berusia 50 tahun.

Dan masih terdapat puluhan ribu pemuda lain yang terlibat aktivitas dalam dakwah menegakkan panji-panji Islam di masa hidup Rasulullah SAW. Umumnya mereka adalah pemuda, bahkan remaja yang baru beranjak dewasa. Adalah Usamah bin Zaid, ketika itu berusia 18 tahun, yang diangkat Nabi SAW sebgai panglima perang pasukan Islam ketika menyerbu Syam. Padahal di antara pasukan Islam terdapat shahabat seperti Abu Bakar,  Umar bib Khattab yang lebih tua darinya. Begitu juga Abdullah bin Umar, jiwa perjuangan Islam telah memanasi jiwanya sejak usia 13 tahun. Alkisah, suatu ketika Rasulullah SAW tengah menyiapkan pasukan untuk perang Badar. Datang kepada Rasulullah dua remaja Ilam, Abdullah bin Umar dan Al-Barra’ meminta agar diterima sebagai pasukan Islam. Tapi Rasulullah SAW menolak karena mereka masih terlalu kecil. Tahun berikutnya, menmjelang perang Uhud, mereka datang lagi kepada Rasulullah SAW dengan maksud yang sama. Yang diterima hanya Al-Barra’. Pada perang Ahzab barulah Ibnu Umar diterima sebagai anggota pasukan Islam (Sumber: Shahih Bukhari VII / hal. 226 dan 302). Walhasil, memang di sepanjang sejarah perubahan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi mudanya.

Tegaknya khilafah untuk kali yang kedua telah dijanjikan Allah SWT melalui lisan Rasulullah SAW di banyak hadist shahih, di antaranya Nabi SAW pernah bersabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian Allah akan menghapusnya, jika ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan yang mengikuti metode kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu Allah menghapusnya jika ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian masa penguasa yang menggigit (yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu Allah menghapusnya, jika ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa penguasa diktator, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu Allah akan menghapusnya jika ia berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Kekhilafahan yang mengikuti metode kenabian. Setelah itu beliau diam” (HR. Ahmad). Sumber: Musnad Imam Ahmad, Hadist no. 17680,  Juga dalam Musnad al-Bazzar hadist no.2796. Riwayat ini termasuk hadist marfu’ (bersambung hingga sampai Rasulullah SAW).

Selain itu pihak Barat sekalipun juga telah memprediksi akan tegaknya kembali Khilafah di masa mendatang. Adalah NIC (National Inteligent Counsil), yang merupakan Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat, pada Desember 2004 telah merilis laporan dalam bentuk dokumen yang berjudul Mapping The Global Future. Dokumen ini berisikan prediksi tentang masa depan dunia tahun 2020. Dalam dokumen tersebut NIC memperkirakan bahwa ada empat hal yang akan terjadi pada tahun 2020-an yakni, (1) Dovod World: Kebangkitan Ekonomi Asia; Cina dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia, (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh Amerika Serikat, (3) A New Chaliphate : Kebangkitan Kembali Khilafah Islam, yakni Pemerintahan Global Islam yang akan mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat, (4) Cyrcle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia), yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia. Dari dokumen tersebut jelas sekali bahwa negara-negara Barat meyakini bahwa Khilafah Islam akan bangkit kembali. Menurut mereka, Khilafah Islam tersebut akan mampu menghadapi hegemoni nilai-nilai peradaban Barat yang kapitalistik dan sekularistik.

Dari paparan tersebut, publik dapat memahami bahwa baik secara dalil syar’i maupun secara empiris khilafah itu merupakan keniscayaan, sekaligus menjadi dambaan umat manusia yang bercita-cita mewujudkan perdamaian, keadilan, kemakmuran yang sebenarnya. Tanda-tanda akan kemunculannya kembali sudah semakin kuat. Opini tentang khilafah merupakan opini yang mendominasi dunia dalam satu hingga dua dekade terakhir. Termasuk di dalamnya yaitu survey khilafah kepada siswa SMA dan mahasiswa dalam bulan November 2017 ini. Menunjukkan arah perubahan menuju khilafah semakin besar dan tidak terbendung oleh kekuatan apapun. Tentu sikap yang tepat dan objektif adalah mempersiapkan diri untuk menyongsong kehadirannya dengan cara terus-menerus tanpa lelah mengopinikan secara positif ide khilafah kepada siapapun, di tempat manapun , dan kepada siapapun. Hingga Allah SWT memilih salah satu pemimpin kaum muslimin di negeri-negeri muslim untuk siap menegakkan sistem kenegaraaan warisan Nabi SAW tersebut. Wallahu a’lam.  []

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *