Pusat Kajian Pemikiran Islam Daarunnahdlah menggelar acara “Talk show Refleksi Akhir Tahun” yang bertajuk “Rapor Merah Rezim Anti-Islam” dilaksanakan pada pukul 20.30 bertempat di Ponpes Tahfidzul Qur’an Miftahul Khair, Bandar lampung, Jum’at (28/12/2018).
Agenda Darrunahdlah Ngopi Bareng Intelektual ini, diawali dengan indahnya lantunan Al-Qur’an yang dibacakan oleh Qori dari Ponpes Miftahul Khair menjadikan suasana talk show ini menjadi khidmat.
Ngopi bareng kali ini sangat spesial, dikarenakan tema yang menggugah pemikiran dan intelektual sebagai nara sumbernya, Ir. Dudy Arfian, M.Si. dan Dr. Warji, S.T.P, M.Si. Sementara Kyai ini, shohibil majelis Kyai Bustomi Al-Jawy menjadi hostnya.
Sesi pertama berupa pemaparan fakta-fakta tentang rezim sekuler anti-Islam disampaikan oleh Ir. Dudy Arfian, M.Si.
“Rezim ini banyak ingkar janji, seperti stop utang luar negeri, namun faktanya utang Indonesia per-Agustus 2018 capai Rp. 4.636 triliun. Lalu janjinya persulit investasi asing, tapi faktanya perizinan dan agresifitas untuk menarik investasi asing di Indonesia semakin bertubi-tubi. Dan yang bohong lagi adalah janji merebut indosat dari tangan asing, namun hingga kini tidak ada wujudnya”, papar beliau.
Bahkan masih banyak lagi kebohongan, mulut besar rezim ini jika dipaparkan.
“Saking ‘sayangnya’ rezim ini sama rakyat, tahun 2018, tiga kali harga BBM naik (Januari, Juli, Oktober)”, canda beliau.
Rezim yang gagal ini tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinan karena tidak memiliki konsep yang kuat dan benar serta berbasis pada azas yang salah dan batil.
Lebih lanjut lagi, rezim penguasa ini sangat anti-Islam yang bisa dilihat dari berbagai ‘kebijakannya’.
“Penerbitan Perppu dan UU Ormas yang berujung pada pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia yang sepihak tanpa melalui proses peradilan, menolak Khilafah sebagai ajaran Islam, dan mengkriminalisasi ulama seperti Habib Rizieq, Gus Nur, dan yang terbaru adalah Habib Bahar”, jelas beliau.
Selain Anti-Islam ternyata penguasa kali ini telah menunjukkan muka aslinya yaitu antek asing.
“Menjamu hajatan IMF, lalu yang bikin heboh adalah divestasi freeport yang sebenarnya tidak ada uangnya atau bisa dikatakan yang untung tetaplah freeport”, kata beliau.
Dari paparan tersebut, rezim sekuler anti-Islam akan mendatangkan malapetaka berupa murkanya Allah.
Sebelum masuk sesi narasumber yang berikutnya, host Kyai Bustomi Al-Jawy, mengatakan bahwa selama memakai sistem kufur yang berasal dari ideologi kapitalisme, maka tidak akan beres segala masalah-masalah manusia.
“Hutang negara tidak akan lunas, bayi yang baru lahir saja sudah menanggung hutang”, tegas Kyai Bustomi.
Sesi kedua, berupa pemaparan tentang solusi dari berbagai permasalahan ummat akibat rezim disampaikan oleh Dr. Warji, S.T.P, M.Si.
“Jika ingin perubahan, maka perubahan itu harus hakiki, bukan hanya ganti rezim tapi sistemnya juga harus diganti”, kata beliau.
Sistem Islam yang harus menjadi pengganti dari sistem kapitalis, bukan yang lain.
“Khilafah adalah solusi tuntas”, tegas beliau.
Kita wajib tunduk pada hukumnya Allah, sedangkan sistem pemerintahan yang mampu menerapkan seluruh hukum Islam adalah Khilafah.
“Oleh karena itu jangan ragu-ragu para ustadz dan para kyai, untuk menyeru pada penegakkan Khilafah”, seru beliau.
Beliau juga memaparkan bahwa syarat sistem islam itu harus memiliki wilayah teritorial yang tidak statis. Namun dikembangkan dengan dakwah dan jihad, kepemimpinan yang dipimpin Khalifah, aturannya berpijak pada Al Qur-an, As-Sunnah, Ijma, serta Qiyas, dan syarat yang terakhir adalah keamanan yang dijaga oleh militer Islam.
“Sifat pemimpin menurut Islam adalah menepati janji, mampu melaksanakan tugas, dan menjaga kedaulatan dan kemandirian negara,” papar beliau.
Lebih lanjut Dr. Warji, S.T.P, M.Si menanyakan kepada peserta.
“Apakah kriteria pemimpin sekarang sesuai dengan Islam?”, tanya beliau.
“Tidaak!”, jawab peserta kompak.
“Kalau begitu layak untuk diganti”, kata beliau.
Realitas kemunduran peradaban di negeri ini telah tampak kasat mata, sehingga semakin jelas bahwa rezim ini harus diganti dengan Khalifah dan sistemnya diganti dengan sistem Islam yaitu Khilafah.
“Metode penegakkan Khilafah harus mengikuti metode Rasulullah SAW yaitu dengan membentuk opini umum tentang pentingnya penegakkan sistem Islam serta didukung oleh Ahlul-Quwwah,” tutup beliau.
Setelah sesi tanya jawab, pembacaan doa oleh Ustadz Erwani menandakan acara ngopi spesial berakhir. Acara yang dihadiri ratusan orang ini lalu dilanjutkan menikmati kopi yang telah tersedia. Serta tidak lupa mengabadikan momen spesial ini dengan foto bersama.[]
Sumber: shautululama.net