Khilafah, Horor Atau Menggelikan?

Oleh: Nindira Aryudhani | Koordinator LENTERA

“Menggelikan”, demikian seloroh salah seorang elit politik tanah air, saat dirinya disebut-sebut sebagai pendukung ide Khilafah. Sungguh, tak perlu redaksional panjang lebar. Realita ini sudah sangat menjelaskan arah perjuangan politik sang politisi. Yakni takkan memberi kesempatan pada cita-cita besar umat Islam, kendati sebagian besar parpol Islam, ulama, dan ormas Islam berada di belakangnya untuk mendukung dirinya menuju kursi panas calon kepala negara.

Karena itu, umat ini selayaknya berbesar hati dan harus semakin bersabar. Politik praktis di negeri ini masih enggan memberi panggung untuk sistem Khilafah. Sistem demokrasi-sekular takkan pernah rela berbagi ruang dengan sistem yang meniscayakan penerapan Islam secara kaffah. Namun demikian, dakwah harus tetap dilangsungkan.

Jadi, kalau dukungan, minimal kerinduan, akan tegaknya Khilafah disebut sebagai sesuatu yang “menggelikan”, ya memang menggelikan. Dakwah “Khilafah” itu dianggap lucu, bagi mereka pasti lucu bahkan seolah percuma. Kondisi ini sungguh tak jauh berbeda ketika dakwah Rasulullah ﷺ di Makkah masih selalu ditertawakan oleh kaum kafir Quraisy. Selain itu, kaum muslimin di Makkah juga sudah diboikot dan dipersekusi. Dan padahal di abad ini, dakwah “Khilafah” sebagaimana yang diperjuangkan Rasulullah ﷺ dan para shahabat dulu, seringkali disebut omdo (omong doang) juga utopis. Tapi nyatanya, penguasa telah tega mengaborsinya dengan Perppu Ormas yang lalu. Jadi, apakah dakwah “Khilafah” ini sebegitu mengerikan hingga para elit politik praktis mendadak bergurau seolah-olah dakwah yang omdo ini sebaiknya disebut “menggelikan”? Mungkin agar tak terlalu nampak horor.

Fakta ini harus membuka mata semua kalangan, khususnya umat Rasulullah ﷺ. Bahwa memang benar, sistem politik sekular tidak akan pernah menyatu dengan sistem yang mewajibkan keterikatan mutlak pada aturan Sang Khaliq. Landasan pemikirannya saja sudah bertolak belakang.

Sekali lagi, fakta ini hendaklah menjadi alarm bersama, bahwa perjuangan penerapan Islam kaffah tidak akan pernah diberi harapan oleh pion-pion kapitalisme beserta setiap pilar penjaganya. Jangankan kesempatan, bermimpi saja sebaiknya tak usah kita harapkan. Satu-satunya solusi hanya dengan kembali pada khiththoh dakwah Rasulullah ﷺ yang tiada meniscayakan intra parlemen. Itulah perjuangan yang lurus. In syaa Allah.[]

Share artikel ini: