Khairu Ummah Tidak Ada Hubungannya dengan Moderasi Beragama
Mediaumat.id – Pembina Mutiara Umat Intitute (MUM) Puspita Satyawati menegaskan, khairu ummah (umat terbaik) sama sekali tidak ada hubungannya dengan moderasi beragama.
“Dari situ sangat jelas bahwa khairu ummah sama sekali tidak ada hubungannya dengan moderasi beragama,” jelasnya dalam acara Kritik#12: Resolusi 2023, Mengokohkan Identitas Muslim Sebagai Khairu Ummah, Kamis (5/1/2023) di kanal YouTube TintaSiyasi Channel.
Menurutnya, khairu ummah adalah istilah syar’i yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits. Sedangkan moderasi beragama adalah sebuah istilah yang dimunculkan di era sekarang dalam kepentingan tertentu bahkan mengarah kepada pengaburan konsep khairu ummah itu sendiri.
Selain itu, Puspita juga membeberkan empat kriteria agar menjadi umat Islam terbaik. Pertama, harus pandai membaca Al-Qur’an. Tentu pandai membaca Al-Qur’an di sini sampai memahaminya secara mendalam sehingga sekaligus mempraktikkan kandungannya.
“Saat ini sangat banyak umat Islam yang tidak punya kesadaran untuk pandai membaca Al- Qur’an sampai bisa memahami dan melaksanakannya. Kehiupan sekuler dan cinta dunia sudah sangat menyita waktu dan perhatian umat Islam sehingga lalai dari Al-Qur’an,” katanya.
Kedua, khairu ummah adalah yang paling takwa kepada Allah. Artinya, selalu berusaha melaksanakan hukum-hukum Allah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan Allah.
“Di masa sekarang, justru banyak kalangan yang menjauhi hukum Allah dengan alasan negara kita bukan negara Islam. Padahal melaksanakan hukum Allah adalah kewajiban seluruh umat Islam yang hidup di negara mana pun,” tegasnya.
Ketiga, khairu ummah juga adalah yang paling gencar melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu memerintahkan kepada kebaikan serta kebenaran dan mencegah kemungkaran. Sementara kondisi sekarang umat Islam dibuat takut untuk menyerukan kebenaran dengan adanya isu radikal. Keempat, khairu ummah adalah yang gemar bershilaturahim.
Tafsir
Menurutnya, keempat kriteria tersebut berdasarkan paparan kitab tafsir Ibnu Katsir mengenai tafsir ayat khairu ummah, di antaranya sebagai berikut.
“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah, dari Durrah binti Abu Lahab yang menceritakan: Seorang lelaki berdiri menunjukkan dirinya kepada Nabi ﷺ yang saat itu berada di atas mimbar, lalu lelaki itu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?” Nabi ﷺ menjawab, “Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam melakukan amar makruf dan nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara mereka dalam bersilaturahmi.” Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya, Imam An-Nasai di dalam kitab sunannya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadits Sammak, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Kalian adalah umat yang terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia” (Qs Ali Imran: 110), bahwa mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah.[] Sri Nova Sagita