KH Yasin Muthohhar: Para Sahabat ra Generasi Islam Pertama yang Perjuangkan Khilafah

Dalam Acara Multaqa Ulama Aswaja Nusantara, Ahad 11 Muharram 1442 H / 30 Agustus 2020 Kyai Yasin, panggilan akrab beliau,  menurut beliau, “pembicaraan  tentang Khilafah, adalah konsen kita bersama, umat Islam”.

Kalau kita bicara perjuangan menegakkan Khilafah, bagaimana Khilafah senantiasa ada di tengah kaum muslimin, perjuangan ini diawali oleh para sahabat. Ini bisa kita lihat dari apa yang disampaikan oleh Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq ra, ketika Rasulullah SAW wafat. Ketika itu beliau menyatakan, ”Ingat sungguh Nabi walaupun sudah wafat tapi agama ini harus ada yang menjalankan. Abu Bakar adalah salah seorang sahabat utama Rasulullah SAW, yang menemani beliau hijrah dari Makkad ke Madinah. Abu Bakar bisa dikatakan sebagai salah seorang ulama di kalangan sahabat ketika itu. Sikap beliau menunjukkan bagaimana concernnya beliau tentang masalah kepemimpinan ini. Imamah, Khilafah adalah perkara urgent. Perkara  yang sangat penting. Adanya  kepemimpinan untuk satu negara untuk menegakkan agama Allah adalah fi ghaayatul ahammiyah.

Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh khalifah selanjutnya Sayyidina Umar bin al-Khottab ra. Beliau menegaskan bahwa, (hakekatnya) tidak ada Islam kecuali dengan adanya jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan adanya kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan adanya ketaatan.  Penegasan al-Faruq ra,  adalah bukti kongkrit betapa concernnya beliau dalam masalah kepemimpinan ini. Maka kalau kita kaji lebih seksama kitab-kitab sirah dan  tarikh yang muktabar, tentu akan kita temukan banyak sekali makalah-makalah Sahabat Rasulullah SAW tentang imamah dan khilafah ini. Ini menunjukkan bahwa betapa concernnya generasi terbaik umat ini, generasi shahabat nabi ra dalam masalah imarah, kepemimpinan, serta perjuangan untuk mewujudkan dan penjagaan keberlangsungannya.

Begitu pula dengan para ulama warasatul ambiya’. Imam Ahmad bin Hambal misalnya. beliau menyatakan, “para ulama salafus saleh mengatakan“, bahwa andaikata ada doa yang mustajab, maka kami akan mendoakan doa ini untuk kekuasaan, untuk kemaslahatan kekuasaan dan meminta kekuasaan.

Imam Izzuddin ibn Abd Salam, seorang ulama  yang dicatat dalam kitab-kitab biografi dengan sebutan sulthanul ulama. Beliau masyhur dengan perjuangannya mempertahankan Khilafah. Ketika Holako Khan meluluhlantakkan Baghdad ibu kota Khilafah Abasiyyah ketika itu. Khalifah dan keluarganya dibantai bersama dengan puluhan ribu kaum muslimin. Alhasil,  terjadilah  kevakuman kepemimpinan, terjadi kokosongan kekuasaan maka bangkitlah para ulama utamanya al Imam Izuddin ibn Abd Salam untuk memotivasi kaum muslimin untuk berjuang kembali menegakkan Khilafah Islamiyah. Beliau menyatakan, “Andai kata tidak ada khilafah maka jalan-jalan tidak akan aman bagi kita. Orang-orang yang lemah dari kita akan menjadi rampasan yang kuat dari kita.

Imam al Juwaini, Abul Ma’ali, rahimahullah berkata, “ bahwa Ulama suatu negeri negeri adalah layaknya  penguasa masyarakat, penguasanya ummat. Ini  menunjukkan pentingnya ulama. Ada juga ungkapan para penguasa itu menjadi pemimpin rakyat, sedangkan para ulama yang menjadi penguasa atas raja-raja. Ulamalah yang harus menunjuk para penguasa, ulamalah yang harus mengarahkan mereka. ini menunjukkan betapa peran ulama sangat penting dalam menegakkan Khilafah.

Alhasil,  ini semua menunjukkan betapa konsennya para ulama dalam masalah kepemimpinan dan bagaimana makalah-makalah para ulama terkait dengan kwajiban adanya imam, khalifah serta urgensitas khilafah dan imamah dalam kehidupan umat Islam, termasuk umat Islam di Indonesia, negeri kita tercinta.

Alhamdulillah tsumma alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah SWT bahwa pemahaman dan kesadaran kita umat Islam di negeri kita tercinta, Indonesia,  tentang pentingnya Khilafah sangat luar biasa. Bahkan seakan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika keagamaan mainstream di negeri kita.[]

Sumber: shautululama.co

Share artikel ini: