KH Hafidz Abdurrahman: Rukyatul Hilal adalah Aktivitas Penting Jelang Ramadhan

 KH Hafidz Abdurrahman: Rukyatul Hilal adalah Aktivitas Penting Jelang Ramadhan

Mediaumat.id – Aktivitas rukyatul hilal atau melihat bulan, menurut Khadim Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman adalah aktivitas penting yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat menjelang bulan Ramadhan.

“Rukyatul hilal adalah aktivitas penting secara fiqih Islam yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW dan shahabat menjelang bulan Ramadhan,” tuturnya dalam rubrik Fokus:  Gembira Sambut Ramadhan, Ahad (19/3/2023) di kanal YouTube UIY Official.

Kiai Hafidz menyatakan jika berbicara tentang kapan mulai puasa, maka harus merujuk pada QS al-Baqarah ayat 185, yang artinya, “…Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…”

Dari ayat di atas, ia menjelaskan harus ada pembuktian bahwa memang orang itu menyaksikan atsar bulan Ramadhan. “Kapan dihitungnya satu Ramadhan tentu menggunakan hitungan Komariah. Di situlah kemudian Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mencari hilal Ramadhan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan sebuah hadits, yang artinya, “Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya’ban menjadi 30 hari” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadits tersebut, ia menegaskan perintahnya adalah untuk melakukan rukyah. “Jadi rukyah ini hukumnya fardhu kifayah. Karena itu menjadi tugas negara yang seharusnya untuk melakukan rukyah agar betul-betul satu Ramadhan bisa ditemukan. Jika mendung atau tidak bisa dilakukan rukyah secara langsung, maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari,” urainya.

Penetapan satu Ramadhan atau satu Syawal, lanjutnya, adalah merupakan thariqah syar’iyah (metode yang ditetapkan syara).

Ia juga mengungkapkan, pada zaman Islam pertama kali diturunkan di Jazirah Arab, mereka termasuk umiyyun atau orang-orang yang tidak mengenal huruf.

“Yang paling mudah bagi mereka adalah dengan melihat fenomena alam. Fenomena alam bagi mereka yang paling bisa dilihat oleh semuanya tanpa mengenal tempat adalah terkait dengan mathla (tempat terbitnya bulan),” imbuhnya.

Ia menerangkan, jika merujuk kepada semua madzhab kecuali mazhab Syafi’i, maka satu mathla itulah yang berlaku untuk seluruh kaum Muslim tanpa dibatasi dengan jarak. “Setelah melalui pembuktian bahwa satu mathla inilah yang paling rajih atau kuat baik dari segi sains maupun teknologi,” ucapnya.

Selain itu, dari sisi fakta tentang aspek politik dan lain sebagainya, ia memastikan akan ada syiar tentang pelaksanaan ibadah shalat Tarawih, puasa, dan pelaksanaan shalat Idul Fitri. “Ini kan syiar semua dan bisa dilakukan dengan serentak. Itu juga sekaligus menunjukkan al- wihdah al-islamiyyah (persatuan Islam),” tutupnya.[] Erlina

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *