KH Hafidz Abdurrahman: Entitas Yahudi Ibarat Duri di Tubuh Umat Islam

Mediaumat.info – Membahas keberadaan entitas Yahudi di kawasan Timur Tengah, Khadim Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman justru mengibaratkannya sebagai duri di tubuh umat Islam.

“Entitas Yahudi di Timteng itu ibarat duri yang ditanam oleh Inggris, di tubuh umat Islam,” ujarnya dalam sebuah tulisan berjudul Logika Penjajah, yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @har030324, Sabtu (2/12/2023).

Untuk diketahui, semula entitas Yahudi tak memiliki tanah atau wilayah untuk tinggal, hingga muncul Deklarasi Balfour 1917, dokumen yang berisi 67 kata yang diteken oleh Arthur Balfour, kanselir Inggris, yang mendasari pembentukan wilayah yang kemudian disebut sebagai Israel, yang sekaligus mengubah sejarah bangsa Palestina.

Namun menurut Hafidz, pasca Perang Dunia (PD) II, Amerika Serikat (AS) menggantikan peran Inggris, baik dalam hal menjaga, merawat, dan menghidupi entitas Yahudi di wilayah Palestina.

Celakanya, hal itu dilakukan untuk kepentingan imperialisme AS di kawasan Timur Tengah. “Untuk kepentingan imperialisme Amerika Serikat di Timteng,” tulisnya.

Padahal, secara logika, meski menjadi adidaya, AS sebelumya pernah mengalami apa yang disebut dengan penjajahan oleh Inggris. Tetapi, menurut Hafidz, hal ini tidak lantas kemudian menjadikan AS memiliki empati kepada wilayah yang dijajah, sebutlah Palestina.

Dengan kata lain, AS justru menjelma menjadi negara penjajah. “Setelah merdeka, Amerika Serikat telah menjelma menjadi negara penjajah,” ungkapnya.

Bahkan imbuhnya, AS melakukan segala cara untuk mempertahankan posisi dan hegemoninya di kancah dunia. Semisal, dikarenakan alasan tidak mampu mencegah terjadinya PD II, Liga Bangsa-Bangsa (LBB), sebuah organisasi internasional yang didirikan setelah Konferensi Perdamaian Prancis 1919, tepatnya pada 10 Januari 1920, pun dibubarkan.

Kemudian sebagai gantinya, didirikanlah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), organisasi internasional, pada 24 Oktober 1945 setelah berakhirnya PD II.

“Pertanyaannya, apakah PBB bisa mencegah perang yang terjadi di seluruh dunia? Jawabannya sama (tidak),” sebutnya.

Untuk itulah, justru Hafidz memandang seluruh instrumen politik yang ada di PBB, mulai dari Unesco, Unicef, Nato, World Bank, IMF, ICC, sebenarnya adalah alat-alat penjajahan untuk kepentingan mereka.

Tumbal

Sementara, tambahnya, sangat aneh ketika para penguasa negeri Muslim yang berjumlah lebih dari 50 negara bangsa, malah tidak ada satu pun yang tidak menjadi kaki tangan mereka.

Pun, untuk mempertahankan imperialisme di dunia Islam, mereka (Barat) melakukan apa pun, termasuk genosida, kebijakan tangan besi, bahkan pemiskinan (siyasah ifqar).

Dengan kata lain, entitas Yahudi di wilayah Palestina, sebenarnya dijadikan tumbal untuk berhadapan dengan kaum Muslim oleh AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara penjajah lainnya.

Makanya, kata Hafidz, apabila kaum Yahudi memahami, harusnya merekalah yang pergi dari tanah Palestina. Tetapi permasalahannya, alih-alih meninggalkan Palestina, mereka malah melakukan pembantaian terhadap penduduk Palestina, dengan alasan mempertahankan diri. “Ini logika ngawur,” ulasnya.

Padahal, pungkas Hafidz, warga Palestina, dalam hal ini Hamas, berikut Brigade Izzuddin al-Qassamlah yang sebenarnya berhak melakukan pembelaan diri, karena selain diserang, mereka juga dibantai selama 77 tahun.[] Zainul Krian

Share artikel ini: