Mediaumat.id – Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ukhuwah al-Islamiyah Semarang KH Ainul Yaqin menyampaikan bahwa demokrasi adalah ide yang utopis.
“Demokrasi sebenarnya adalah ide yang utopis,” tuturnya dalam acara Dirasah Siyasah Syar’iyah Majelis Taqarub Ilallah Klaten: Bedah buku Ad-Dimuqrathiyatu Nizhamu Kufrin (Demokrasi Sistem Kufur), Ahad (26/6/2022).
Menurutnya, ide demokrasi bahwa pemerintahan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, dengan menjadikan anggota parlemen sebagai wakil dari kehendak rakyat, ternyata pada faktanya tidaklah demikian.
“Rakyat dalam sistem demokrasi tidak mempunyai kekuasaan apa pun. Mustahil seluruh rakyat menjalankan pemerintahan, sehingga rakyat harus diwakili oleh wakil-wakilnya di parlemen. Benarkah para anggota parlemen betul-betul mewakili rakyat dan membawa aspirasi mereka?” tanyanya retoris.
Ia menilai bahwa demokrasi merupakan sistem kufur. Oleh sebab itu, seorang Muslim haram untuk mengambil, menerapkan, dan mendakwahkannya. “Demokrasi bersumber dari manusia, akal menjadi hakim dalam memutuskan sesuatu,” tandasnya.
Begitupun, lanjutnya, ketika menentukan baik dan buruk akan didasarkan pada pertimbangan akal manusia. “Ini tidak mengherankan karena akidah yang menjadi landasannya adalah pemisahan agama dari kehidupan dan memisahkan agama dari negara,” tandasnya.
Landasan ini, katanya, diambil sebagai jalan tengah antara pihak gereja dengan filosof Barat pada Abad Pertengahan yang melarang agama ikut campur lagi dalam masalah kehidupan. Agama diletakkan di rumah ibadah dan hanya boleh mengurusi masalah privat.
“Ini jelas bertentangan dengan Islam yang baik-buruknya sesuatu harus didasarkan kepada syariat yang berasal dari Allah. Semua hukum yang berlaku wajib disesuaikan dengan ketentuan syara’, dan tidak boleh diambil dari mana pun kecuali hanya dari syariat Islam saja. Artinya, hanya diambil dari wahyu yang terkandung dalam kitabullah, sunnah Rasul-Nya, dan apa-apa yang ditunjukkan oleh keduanya, yaitu ijma’ sahabat dan qiyas. Serta sama sekali tidak boleh diambil dari selain sumber-sumber tersebut,” terangnya.
“Sebab dalam hal ini Allah SWT telah memerintahkan kita untuk mengambil apa saja yang dibawa oleh Rasul SAW kepada kita dan meninggalkan apa saja yang dilarang oleh beliau,” pungkasnya.[] ‘Aziimatul Azka