Ketum PP NA: Tepuk Anak Sholeh Tidak Ada Kaitannya dengan Radikalisme dan Intoleran

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) Diyah Puspitarini menyoroti kegaduhan yang baru-baru ini terjadi tentang larangan tepuk anak sholeh yang dianggap tidak toleran (Intoleran). Diyah mengatakan bahwa lagu tersebut sudah lama diajarkan di masjid dan TPA serta Taman Kanak-Kanak sejak puluhan tahun yang lalu.

“Saya mendengar tepuk anak sholeh sejak SD hingga hari ini berusia 33 tahun. Toh selama ini tidak ada yang protes dan berlangsungnya beberapa rezim juga tidak ada yang melarang,” jelas Diyah, ketika dihubungi pada Selasa (1/8).

Pelarangan ini menurut Diyah sangat tidak beralasan dan sangat mengada-ada. Tepuk anak sholeh memiliki muatan pada teksnya, yakni terdapat pesan kehidupan dan keagamaan yang ditanamkan sejak kecil.

Tepuk anak sholeh ini hanya untuk anak-anak beragama Islam. Dan tidak dipaksakan kepada pemeluk agama yang lain. “Dalam agama Islam memang ada istilah kafir bagi bukan umat islam,” ungkap Diyah.

Dia menegaskan, istilah ‘Islam yes dan kafir no’ dimaksudkan agar anak-anak memahami dan yakin dengan agama Islam. Sehingga jangan disalahartikan akan mengkerdilkan pemeluk agama yang lain.

Menurutnya, tepuk anak sholeh justru memberi pemahaman yang baik bagi anak, karena sejak kecil harapannya anak semakin mantap untuk meyakini agamanya, sehingga agama Islam tidak lagi dianggap sebagai agama warisan akan tetapi kemantapan dari pemeluknya.

Lebih lanjut, Dia menilai bahwa persoalan ini tidak ada kaitannya dengan radikalisme dan toleransi. Karena hal ini menyentuh dan hanya diperuntukkan untuk umat Islam.[]

Share artikel ini: