Ketimbang Istana, Lebih Esensial Singgung Kebijakan Berbau Kolonial

Mediaumat.info – Terkait pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor berbau kolonialisme, Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menilai lebih esensial kalau Jokowi menyinggung kebijakan dan sistem yang berbau kolonial.

“Harusnya Pak Jokowi menyinggung tentang kebijakan-kebijakan dan sistem atau tata aturan yang itu sebenarnya berbau kolonial, ini lebih esensial,” ujarnya kepada media-umat.info, Rabu (14/08/2024).

Menurut Iwan, memang kedua Istana Kepresidenan tersebut dibangun pada masa penjajahan Belanda. Tapi berbicara kolonialisme kalau yang disinggung adalah yang sifatnya kebendaan atau bangunan, maka hari ini sebetulnya banyak produk-produk negara kolonial yang dipakai oleh rakyat Indonesia termasuk pejabat negara. Misalnya kendaraan bermotor. Sebab mobil atau motor itu banyak datang dari negara-negara kolonial.

Oleh karena itu, Iwan menyindir, kenapa Jokowi tidak merasakan bahwa pemberian HGU di IKN yang mencapai 90 hingga 190 tahun itu lebih kolonial dibandingkan kebijakan tanah di masa kolonial Belanda yang hanya 75 tahun?

Atau, lanjutnya, kenapa Jokowi tidak merasakan bahwa kebijakan hilirasi pertambanagan dan juga privatisasi sumber daya alam kepada pengusaha itu lebih bersifat kolonial karena dampak kemakmurannya tidak bisa dirasakan oleh masyarakat?

“Banyak data menunjukan lingkungan rusak, sementara tingkat kehidupan ekonomi masyarakat setemlat tidak juga terangkat, ini kan kolonial,” ucapnya.

Iwan juga mempertanyakan, mengapa Jokowi juga tidak menyinggung, merasakan atau mencium aroma kolonial ketika utang luar negeri Indonesia saat ini tembus di atas 8.0000 triliun, padahal dengan utang sebesar itu rawan kehilangan kedaulatannya. Sebab terancam masuk dalam jerat politik dan ekonomi yanb akan dikendalikan negara pemberi utang.

“Bukankah ini tercium sangat kuat aroma kolonialismenya?” tanya Iwan retoris.

Selanjutnya, kata Iwan, ketika berbicara aroma kolonial kenapa Jokowi juga tidak mencium bahwa budaya liberal dan hedonis yang datang baik dari barat maupun timur sebenarnya sangat kolonial karena telah merusak kehidupan kalangan remaja dan pelajar?

Ia juga menyatakan, mengapa juga Jokowi tidak merasakan bahwa demokrasi yang saat ini diberlakukan itu tercium juga aroma kolonialnya?

Sebab Iwan melihat, dengan demokrasi negara hanya dikuasai oleh segelintir orang di dalam partai politik, oleh para pengusaha dan juga nanti oleh pemerintah yang bukan lagi mewakili atau mencerminkan aspirasi dari rakyat tapi dari segelintir orang yang dikenal dengan oligarki. Sehingga banyak undang-undang yang dilahirkan justru tidak berpihak kepada rakyat.

“Nah ini jelas merupakan produk kolonial yang terasa oleh kita,” pungkas Iwan. [] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: