Ketidaksinkronan Data Covid-19 Penyebab Luar Negeri Tidak Percaya Indonesia
Mediaumat.news – Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Ph.D. mengungkapkan alasan pihak luar negeri tidak percaya dengan angka-angka statistik terkait Covid-19 yang selama ini disampaikan pemerintah Indonesia.
“Banyak ketidaksinkronan. Misalnya, angka di Semarang, itu yang dilaporkan ke pusat dan ke lokal bisa berbeda. Dan ini sebetulnya masalah kronis di Indonesia. Di Indonesia itu, masalah data selalu tidak nyambung,” tuturnya dalam acara Pilkada Maut: Syahwat Politik atau Nyawa Rakyat? Ahad (27/09/2020), di kanal YouTube Fokus Khilafah Channel.
Lebih lanjut, Ahmad menyebutkan, ada satu laporan daerah Covid-19 tertentu, lab-nya kehabisan reagen PCR. “Kok bisa? Ini seakan-akan negara ini tidak profesional. Karena kalau kita profesional, enggak ada ceritanya lab sampai kehabisan reagen PCR. Itu bisa diperkirakan. Berapa kebutuhannya, bagaimana stoknya, inventorinya. Ini juga clear (masalah) manajemen,” sesalnya.
Ia juga menyangsikan target-target yang katanya mau diturunkan dengan target dua pekan. Ini batas lininya apa? Alasannya apa?
“Seakan-akan kita ini tidak pernah belajar SMART. Tidak bisa membuat target yang smart. Padahal kita tahu, mahasiswa manajemen semester awal pasti belajar SMART, Specific, Measurable, Achievable, Relevant and Timebound. Tapi kalau kita membuat asal target. Ya, saya bisa memahami mengapa orang luar negeri tidak yakin dengan apa yang kita kerjakan,” terangnya.
Bahkan, menurutnya, dari program 3T (testing, tracing dan treatment) yang diterapkan pemerintah belum maksimal. Program T yang pertama yaitu testing itu belum maksimal melakukan tracing yaitu kontak telusur.
Menurut Ahmad, penyakit ini berbeda dengan SARS. Kalau SARS cukup dicari orang yang bergejala. Kalau Covid-19 justru intinya mencari yang tidak bergejala. Kalau yang bergejala cara mencarinya dengan kontak telusur. Setiap orang yang positif, dicari siapa kontak eratnya dan di-PCR semua. Ini belum maksimal.
“Jadi, sebetulnya kalau ada dana tunda dulu Pilkada, fokuskan ke program 3T dan 3M (memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan). Pemerintah melalukan 3T dan masyarakat yang melakukan 3M,” terangnya.
Terkait dengan Pilkada, justru Ahmad menanyakan, “Pertanyaannya, yang pertama sisi biologisnya, dari penularan ini sudah dijalankan belum? Yang kedua, Saya kok belum melihat konsep mitigation case?” pungkasnya.[] Achmad Mu’it