Soal:
Washington: Amerika Serikat membekukan penyerahan pesawat tempur F-35 kepada Turki… Juru bicara Pentagon mengatakan: “Menunggu keputusan tegas Turki untuk menahan diri dari menerima sistem S-400, maka pengiriman dan kegiatan yang terkait dengan operasionalisasi kemampuan operasional pesawat tempur F-35 di Turki telah ditangguhkan.” Dia menambahkan, “Dialog kami berlanjut dengan Turki tentang masalah penting ini”. (i24news.tv, 1/4/2019).
Pertanyaannya: kesepakatan Turki dengan Rusia atas transaksi S-400 telah mulai beredar sejak bulan September 2017. Ketika itu Amerika tidak menolak keras kesepakatan itu, tetapi sikap Amerika lebih mirip menahan diri. Lalu apa yang membuat sekarang setelah sekira satu setengah tahun, Amerika menampakkan penolakan keras yang lebih menyerupai ancaman kepada Turki jika menerima transaksi dari Rusia? Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Supaya jawaban pertanyaan tersebut jelas, kami paparkan perkara-perkara berikut:
1- Agresi Rusia terhadap Suria dimulai pada 30/9/2015 dengan persetujuan Amerika di mana “agresi itu didahului langsung oleh pertemuan Obama dan Putin pada 29/9/2015. Pertemuan itu berlangsung selama 90 menit… Pada bagian pertama, pertemuan itu membahas krisis Ukraina. Sedangkan pada bagian kedua, kedua kepala negara memfokuskan pada situasi di Suriah. Hasil pertemuan itu langsung tampak. Pada 30/9/2015, Dewan Federasi Rusia pada 30/9/2015 secara aklamasi menyetujui permintaan Putin menggunakan angkatan udara Rusia di Suriah… (Rusia today, 30/9/2015). Amerika ketika itu paham bahwa Rusia jika perang berkepanjangan dan dilema makin menghimpit Rusia maka Rusia akan tergesa-gesa melakukan aksi-aksi yang tidak diperhitungkan menurut Amerika. Maka Amerika ingin menjadikan Erdogan Turki sebagai mata bagi Amerika untuk menyesuaikan ritme Rusia sesuai batasan-batasan Amerika. Maka Amerika mendorong Turki terlibat dengan Rusia dalam apa yang menyerupai koalisi sehingga Turki bisa mengendalikan serangan Rusia agar tidak melampaui batasan-batasan yang diminta, yaitu agar tidak menghancurkan oposisi yang dikumpulkan di Idlib sebelum berakhirnya rencana Amerika tentang solusi final untuk krisis Suriah. Sebab Amerika ingin mempertahankan oposisi agar berunding dengan rezim pada saat solusi final.
2- Tetapi masalahnya, Turki secara zhahir bersama oposisi sedangkan Rusia bersama rezim, artinya keduanya ada dalam pertikaian… Kemudian, masalahnya makin memburuk ketika pesawat Rusia ditembak jatuh oleh pilot Turki pada 24/11/2015. Erdogan pun menunggangi gelombang itu! dan menolak meminta maaf… Dan karena Amerika memandang penting agar Turki sepakat dengan Rusia, maka Amerika berpandangan, Turki hendaknya meminta maaf dan mendekat ke Rusia, dan begitulah yang terjadi… Sebelumnya Turki mengatakan bahwa pesawat Rusia melanggar wilayah udara Turki dan Turki tidak layak untuk meminta maaf. Namun akhirnya Turki melakukan dan menyampaikan permintaan maaf pada 27/6/2016: “juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa “presiden Turki mengungkapkan simpati dan belasungkawa mendalam kepada keluarga pilot Rusia yang tewas, sebagaimana ia menyampaikan permintaan maafnya”. Peskov menambahkan bahwa Erdogan mengatakan bahwa dia “akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk memperbaiki hubungan pertemanan tradisional antara Turki dan Rusia” (al-Arabiya, 27/6/2016). Demikian juga, satu hal yang menyerupai pendelegasian. “Walikota resort Kemer Turki dalam pertemuan dengan konsul umum Rusia di kota Anatolia pada hari sebelumnya, Jumat, menawarkan memberikan tempat tinggal untuk keluarga pilot yang tewas” (Rusia today, 1/7/2016). Setelah sebelumnya Putin adalah musuh membom warga khususnya gunung at-Turkman, akhirnya pembicaraan dengan Putin menjadi dalam suasana hangat. Erdogan menelepon Putin pada 29/6/2016. “Menurut sumber-sumber di kepresidenan Turki, pembicaraan berlangsung dalam suasana sangat hangat” (al-‘Arabiy al-Jadid, 29/6/2016)… Kemudian, Turki dan Rusia menjadi dalam potret teman. Erdogan memanggil Putin dengan panggilan teman, meski Rusia terus membom kaum Muslim di Suriah…!
3- Dan begitulah, persahabatan pun menjadi hangat dan Erdogan bersama Putin masuk dalam berbagai kesepakatan dan pertemuan… Kami katakan di dalam Jawab Soal terdahulu pada 5/2/2017: “Turki terus memainkan peran ini melayani Amerika sebagai pengikut yang tulus sampai setelah pengumuman kemenangan presiden terpilih Trump pada 9/11/2016. Erdogan tidak berpikir hingga pada perubahan apapun yang mungkin setelah menerima tampuk jabatan pada 20/1/2017. Mengingat bahwa Trump menampakkan kefleksibelan terhadap Rusia dalam kampanyenya, maka Rusia beranggapan bahwa penentuan tanggal Astana yakni setelah penobatan Trump akan membuat Amerika mengangkat bobot konferensi dengan dihadiri oleh pejabat tinggi. Rusia menunggu gelisah sampai presiden Trump menerima jabatannya dengan harapan menteri luar negeri Trump akan hadir dalam konferensi Astana. Begitulah, Rusia berharap konferensi Astana menjadi titik tolak untuk perundingan-perundingan damai menyeluruh antara oposisi Suriah dan pemerintahan Bashar dengan dukungan Trump… Hal itu hasil dari kebodohan politiknya dalam beranggapan bahwa Trump mendukung Rusia! Dan berikutnya, Rusia menyampaikan undangan kepada Washington untuk menghadiri konferensi. Rusia berharap kehadiran delegasi tingkat tinggi. Yang diterima oleh Rusia adalah tamparan, yaitu Washington-Trump berpartisipasi dalam perundingan Astana dengan mengutus duta besar Amerika di Astana sebagai pengamat! Begitulah, perundingan Astana diselenggarakan dari 23/1/2017 dan berakhir pada 24/1/2017 tanpa hasil apapun yang signifikan terkait penghentian tembak menembak. Bahkan terungkap terjadinya penembakan di Wadi Barda! Tentu saja juga tanpa solusi politik apapun. Maka perundingan Astana anjlok dari posisi yang diinginkan oleh Rusia. Perundingan berakhir dengan putaran kotak gencatan senjata!”, selesai kutipan ringkas dari Jawab Soal tersebut.
4- Situasi terus berlanjut seperti itu sampai akhir 2017. Situasi Rusia makin memburuk. Rusia akhirnya memberi tanda atas penghancuran oposisi di Idlib. Perhatian itu sangat besar sampai pada tingkat Amerika khawatir Rusia menggerakkan kepalanya dan keluar dari ketaatan kepada Amerika sehingga Rusia menyiapkan serangan final atas Idlib sebelum ada solusi final model Amerika untuk krisis Suriah. Pada tahapan ini, maka penting Turki mendekat dengan kuat kepada Rusia dalam apa yang menyerupai koalisi. Dengan begitu, tidak akan terjadi serangan besar-besaran terhadap Idlib kecuali dengan persetujuan kedua pihak. Begitulah, terjadi kesepakatan S-400 senilai 2,5 miliar merupakan kesepakatan yang memikat Rusia apalagi dalam krisis ekonomi yang sedang dijalaninya. Erdogan menjustifikasi bahwa lebih dari separuh pilot Turki ditangkap setelah upaya kudeta militer yang gagal yang terjadi pada pertengahan Juli 2016. Akibatnya angkatan udara Turki tidak memiliki pilot dalam jumlah yang cukup yang mampu menggunakan semua pesawat tempur F-16 yang dimiliki Turki. Dengan begitu, Turki memerlukan transaksi S-400 Rusia yang modern untuk mengkompensasi kekurangan pilot yang mengawaki pesawat tempur, sehingga Turki tetap dalam keamanan dari sisi pertahanan udara.
5- Rusia terbuka terhadap kesepakatan ini. Rusia fokus untuk memperoleh keistimewaan materiil. Kesepakatan S-400 dengan Turki senilai 2,5 miliar dollar. Moskow ingin mengkompensasi kerugiannya akibat sanksi Eropa Amerika terhadap Rusia dan pemutusan banyak dari negara Eropa atas minyak dan gas Rusia. Kesepakatan ini bisa dianggap sebagai obat perekat baru antara Rusia dan Turki. Turki mensyaratkan untuk sempurnanya kesepakatan itu adanya produksi bersama. “Surat kabar Oxfam mengutip menteri luar negeri Turki Mevlud Oglu pada Senin 9/10/2017 mengatakan bahwa negaranya telah berusaha di belakang perjanjian dengan negara lain untuk memiliki sistem pertahanan rudal jika Rusia tidak menyetujui produksi bersama sistem rudal S-400 (DW, 9/10/2017). Kemudian Rusia menolak produksi bersama sehingga Turki menarik diri dan menyetujui kesepakatan untuk menghentikan serangan Rusia terhadap Idlib yang dimulai oleh Rusia secara riil. AFP: minimal 28 warga sipil tewas pada Jumat malam Sabtu dalam sebuah serangan udara atas kota Armanaz di provinsi Idlib yang ada di antara daerah penurunan ketegangan di barat laut Suriah. Hal itu menurut apa yang diumumkan oleh the Syrian Observatory for Human Rights. Sebanyak 12 korban tewas ada dalam hasil sebelumnya yang diumumkan pada Jumat sore oleh Pengamat… Propinsi Idlib diumumkan sebagai darah penurunan ketegangan berdasarkan kesepakatan Astana. Meski demikian Rusia menyerangnya… Rami Abdurrahman direktur the Syrian Observatory for Human Rights menunjuk kepada “pesawat-pesawat tempur menjalankan serangan kedua menyasar kota Armanaz di pedalaman Idlib barat laut. Pesawat-pesawat itu membom daerah ini dalam serangan pertama selama operasi penyelamatan korban luka dan pengangkatan mereka yang terjebak dari bawah reruntuhan bangunan yang dihancurkan oleh pesawat-pesawat tempur itu”. The Syrian Observatory for Human Rights melanjutkan dari aspek yang lain bahwa 13 warga sipil lainnya terbunuh dalam operasi pemboman di berbagai daerah provinsi Idlib sejak dua minggu serangan Rusia dan serangan Suria secara masif…” (Akhbar al-Khaleej, 30/9/2017). Begitulah, kesepakatan itu ditandatangani tanpa produksi bersama! Erdogan selama perjalanan pulang dari perjalanan ke Ukraina dan Serbia mengatakan, “ di situ tidak ada produksi bersama pada tahapan pertama dari rudal S-400” yang akan dibeli negaranya. Tetapi, pada tahapan kedua “dengan izin Allah kami akan mengambil langkah-langkah terkait produksi bersama”. Dan “S-400” merupakan sistem rudal modern yang mampu menghancurkan target-target dari jarak jauh. Jumlah target yang bisa disasar dalam satu waktu mencapai 300 target. Sedangkan jangkauan penghancuran pesawat tempur antara 3-240 kilometer. S-400 bisa menghancurkan semua jenis pesawat tempur dan mencegat rudal balistik. Di samping kemampuan destruktifnya, sistem “S-400“ hanya perlu lima menit agar rudal siap diluncurkan. Militer Rusia telah dibekali dengan ini sejak tahun 2007… (al-Jazeera, 29/12/2017).
6- Tentu saja, Amerika bersikap kepada kesepakatan itu dengan sikap yang tenang menyerupai sikap menjaga diri dan berhitung. Turki adalah anggota NATO dan organisasi senjata di dalam NATO adalah sistem barat yang menentang adanya di antara mereka senjata dari Rusia khususnya S-400 yang mampu menerobos sistem senjata di dalam NATO…. Meski demikian, Amerika dan NATO ketika itu menampakkan sikap yang lunak dikarenakan dua pertimbangan: Pertama, Amerika memerlukan kelangsungan menempelnya Turki dan Rusia tetap ada untuk menghalangi Rusia menyerang Idlib sebelum sempurnanya solusi final model Amerika untuk krisis Suriah. Kedua, Amerika menjauhkan pelaksanaan kesepakatan ini selama Turki ada di dalam NATO. Amerika tidak mengizinkan Turki mengadakan sistem Rusia di dalam sistem barat di dalam NATO… Karena dua pertimbangan ini, sikap Amerika dan berikutnya sikap NATO adalah tenang tidak melampaui sikap menahan diri! “… Washington terus bersikeras pada sikapnya menahan diri terhadap pembelian Turki atas rudal ini dalam apa yang dianggap oleh NATO bahwa diantara hak Turki adalah memiliki senjata yang membantunya mempertahankan keamanannya setelah Ankara mengumumkan bahwa sistem utama tidak akan digabung dalam sistem NATO…” (ash-Sharqu al-Awsath, 28/12/2017).
7- Hasil dari kesepakatan itu, hubungan antara Rusia dan Turki menggeliat dengan mencolok dan front Idlib pun mereda secara relaitf… Rusia beranggapan, pertemanan dan pembicaraan bersama dengan Turki ini akan membuat Rusia bisa sampai ke solusi Rusia keluar dari dilemanya. Tetapi kondisinya tetap bertahan sekira selama setahun sampai akhir 2018 dan tidak berubah sedikitpun berkaitan dengan dilema Rusia. Amerika tidak memberi perhatian untuk pembicaraan yang berlangsung khususnya di Astana, tetapi Amerika menghadirinya sebagai pengamat seperti Yordania atau diwakili oleh duta besarnya di Kazakhstan! Dan Rusia paham bahwa tidak ada solusi jika Amerika tidak berpartisipasi secara serius… Tampak bahwa Rusia memahami permainan Amerika. Maka Rusia memutuskan serangan terhadap Idlib. Karena kebodohannya Rusia beranggapan bahwa Turki akan berdiri bersamanya, maka Rusia pun dikejutkan dengan sikap Turki yang menolak dan berikutnya Rusia mengembalikan pasukannya ke baraknya! Kami telah menjelaskan perkara ini dalam Jawab Soal pada 22/9/2018:
[Dan ketika revolusi Suria bersenjata bercokol di Idlib, Rusia ingin melanjutkan operasi militernya. Maka Rusia memobilisasi, mengancam dan melakukan manuver di laut Mediterania menggunakan kapal perang besar, artileri udara strategis dan menutup ruang udara di timur Mediterania untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia. Rusia telah menempatkan dirinya di depan dilema besar di mana Rusia menyaksikan perkara-perkara yang belum diperhitungkannya. Di antara hal itu:
a- Penentangan Turki terhadap operasi menyeluruh di Idlib: Turki tidak setuju atas perang menyeluruh terhadap Idlib. “Menteri Turki menganggap bahwa harus diidentifikasi dan ditemukan. Tidak benar melancarkan perang menyeluruh terhadap Idlib dan membombardirnya secara membabi buta” (‘Inab al-Baladi, 14/8/2018). Penentangan Turki terhadap perang mencuat dengan jelas selama konferensi Teheran di antara para kepala negara Rusia, Turki dan Iran. Turki mengejutkan Rusia dengan mengungkapkan kekhawatirannya dari perang terhadap Idlib dan gelombang pengungsi ke Turki. Turki keberatan dengan Rusia dengan menganggap perang sebagai alat untuk menghancurkan solusi politis di Suriah. “Presiden Turki Racep Tayeb Erdogan pada hari Jumat mengatakan bahwa berlanjutnya serangan terhadap provinsi Idlib yang dikuasai oleh oposisi akan menyebabkan runtuhnya proses politik di Suria…” (al-Yawm as-Sâbi’, 7/9/2018). … Dengan ini, Turki menjadi halangan di depan ambisi Rusia untuk menghancurkan faksi-faksi militer di Idlib. Karena hal itu, digelarlah pertemuan yang kedua antara Erdogan dan Putin di Sochi pada 16/9/2018, yakni hanya sembilan hari setelah pertemuan keduanya di Teheran…
b- Begitulah, Amerika ingin Rusia tetap terganjal di Suriah, tidak bisa keluar dari sana sampai Amerika selesai menjalankan solusi politis sesuai rencananya. … Rusia jadi paham politik Amerika ini. Boleh jadi Rusia paham implikasi keterlibatan Amerika terhadapnya di Suriah. Rusia benar-benar terganjal di Suriah, tidak bisa keluar kecuali dengan izin Amerika yang memiliki semua alat pengaruh di Suriah. Oleh karena itu Rusia tidak menyempurnakan serangannya yang telah didesain untuk mengakhiri krisis di Idlib menurut cara Rusia dikarenakan Turki dengan dorongan Amerika menolak dan Iran ikut bergabung menolak… Begitulah, pertemuan Iran pada 7/9/2018 gagal dalam menyetujui rencana Rusia untuk menyerang Idlib dan mengakhiri krisis menurut cara Rusia. Hanya beberapa hari saja setelah itu diselenggarakan pertemuan Erdogan Putin dan serangan pun digantikan dengan pembangunan kawasan demiliterisasi! Hal itu atas restu Amerika. Kantor berita Novosti mengutip pada 18/9/2018 dari seorang pejabat di kementerian luar negeri Amerika yang mengatakan kepada Novosti, “kami menyambut dan mendorong Rusia dan Turki untuk mengambil langkah-langkah praktis untuk menghalangi serangan militer dari pemerintahan Asad dan sekutunya terhadap provinsi Idlib…” … Presiden Rusia mengatakan dalam penutupan pertemuannya dengan sejawatnya presiden Turki di resor Sochi Rusia, “kami memutuskan dibangunnya kawasan demiliterisasi dengan luas antara 15 dan 20 kilometer sepanjang garis kontak mulai 15 Oktober tahun ini”. Menteri pertahanan Rusia Sergei Shweigo mengatakan kepada kantor berita Rusia bahwa kesepakatan ini akan menghalangi serangan yang hampir terjadi sejak beberapa hari terhadap benteng terakhir faksi-faksi di Suriah. Menjawab pertanyaan seputar apakah kesepakatan ini berarti tidak akan ada serangan terhadap Idlib, menteri pertahanan mengatakan, “benar”, hal itu seperti yang diberitakan oleh kantor berita Interfax dan Tass. … Sebaliknya, Erdogan dalam konferensi pers pasca pertemuan di antara kedua presiden mengatakan: “Rusia akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin tidak terjadinya serangan apapun terhadap kawasan penurunan eskalasi di Idlib” (France 24, AFP, 17/9/2018)… Begitulah, Rusia menghentikan pembomannya terhadap Idlib dan menarik kembali kapal perangnya yang bermanuver di laut Mediterania…. Artinya, perhatian Turki dan di belakangnya Amerika, untuk menghalangi serangan Rusia terhadap Idlib pada tingkat pertama adalah untuk kepentingan Amerika dan bukan untuk menghalangi rezim sampai ke Idlib atau untuk melindungi warga sipil, tetapi pada waktu di mana Amerika mengendalikan solusi yang diinginkan dan Rusia tunduk padanya maka pada saat itu darah Idlib pun jadi remeh, baik darah warga sipil ataupun bukan, bersenjata ataupun tidak bersenjata… Sejarah mereka mengatakan yang demikian itu di wilayah-wilayah Suriah yang berbeda-beda dan berbagai kejahatan mereka mendahului mereka dari semua sisi …] selesai kutipan ringkas dari Jawab Soal tersebut.
8- Dengan itu, Amerika yakin akan keberhasilan rencananya. Amerika juga yakin bahwa Turki mamu menggagalkan serangan apapun dari Rusia terhadap Idlib sebelum sempuranya solusi model Amerika untuk krisis Suriah dengan Amerika mengadakan agen baru yang menggantikan agen sekarang dan agen baru itu memiliki penerimaan dari oposisi saat ini. Dan ini tentu saja mengharuskan tetap bertahannya oposisi di Idlib untuk berunding dengan rezi guna memutuskan pemerintahan baru sesuai rencana Amerika… Berdasarkan hal itu, Amerika menjadi tidak memerlukan kerjasama Turki dengan Rusia. Rusia tidak lagi mampu memobilisasi pasukan dan menyerang Idlib. Oleh karena itu, sebab diamnya Amerika dari kesepakatan Turki dengan Rusia atas transaksi S-400. Atas dasar itu, mulailah sikap keras dan mengancam Amerika kepada Turki jika Turki menjalankan transaksi sistem Rusia di dalam sistem NATO, sistem barat… Akhirnya sikap-sikap Amerika menentang transaksi itu menjadi keras, padahal sebelumnya sikap Amerika lunak ketika transaksi itu disepakati. Hal itu karena berbedanya keperluan Amerika atas saling mendekatnya Turki dengan Rusia ketika diikatnya kesepakatan pada 2017. Dan keperluan itu telah berakhir pada 2019…
9- Di antara sikap keras yang diumumkan itu adalah:
a- Para pejabat Amerika Serikat dan NATO memperingatkan Ankara bahwa selain tidak mungkin menggabungkan sistem Rusia di dalam sistem rudal udara NATO, pembelian sistem S-400 akan melemahkan kemungkinan pembelian Turki atas pesawat tempur F-35 dari Lockheed Martin Amerika dan boleh jadi menyebabkan sanksi-sanksi dari Washington.. (Sky News arabic, 26/2/2019).
b- Juru bicara kementerian pertahanan Amerika Charles Summers pada Jumat 8/3/2019 mengumumkan bahwa Turki boleh jadi akan menghadapi akibat berbahaya jika membeli sistem Rusia. Dia menambahkan dalam konferensi pers di Pentagon, “dalam kondisi Turki membeli S-400 maka akan ada akibat-akibat berbahaya terhadap hubungan kami secara umum dan hubungan militer kami secara khusus… Dan Turki tidak mungkin mendapat pesawat F-35 dan rudal Patriot…” (DW, 8/3/2019).
c- Seorang pejabat di Departemen Luar Negeri Amerika pada Selasa mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memberitahu Turki bahwa terus berlanjutnya Turki melangkahkan kaki dalam kesepakatan S-400 maka akan mengancam partisipasi Turki dalam program F-35. Kesepakatan itu juga mengancam transaksi senjata mendatang dengan Washington. Dalam tindakan pertama Amerika untuk menghalangi serah terima pesawat F-35 ke Turki, juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Pentagon pada Senin mengatakan bahwa Amerika Serikat menghentikan pengiriman peralatan terkait pesawat ini (F-35) ke Ankara… Dua sumber kantor berita Reuters menyampaikan bahwa para pejabat Amerika memberitahu sejawat Turki mereka pada beberapa hari lalu bahwa mereka tidak akan mendapatkan pengiriman lain dari peralatan berkaitan dengan F-35 dan peralatan yang diperlukan mempersiapkan pesawat agar menjadi pesawat stealth (hantu) yang dibuat oleh Lockhed Martin… Juru bicara Pentagon letnan kolonel Mike Andrews dalam sebuah keterangan mengatakan, “menunggu keluarnya keputusan tegas Turki meninggalkan pengiriman S-400 maka pengiriman dan kegiatan berkaitan dengan kemampuan Turki untuk menggunakan pesawat F-35 akan berhenti” (al-‘Arabiya.net, 2/3/2019).
d- Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Robert Paladino mengatakan bahwa Washington sangat khawatir dengan kesepakatan itu. Paladino menegaskan bahwa ada kemungkinan peninjauan ulang produksi bersama pesawat F-35 dengan Turki. Demikian juga, kesepakatan senjata lainnya di masa depan. Dia juga menyebutkan bahwa negara-negara atau lembaga-lembaga swasta dan person-person yang berpartisipasi dalam pembelian S-400 bisa dikenai sanksi-sanksi yang mungkin menurut hukum “CAATSA” (Kurdstreet, 11/3/2019).
10- Adapun yang bis diprediksi terkait pelaksanaan kesepakatan S-400 itu maka hal itu sebagai berikut:
a- Turki memutuskan tidak melanjutkan kesepakatan itu mengingat keterkaitan rat Turki dengan Amerika secara politik dan ekonomi, dan Turki mengkompensasi kesepakatan itu dengan membeli senjata taktikal semisal helikopter dari Rusia menggantikan kesepakatan S-400. Sebab senjata taktikal semisal ini tidak akan mendapat reaksi bermusuhan dari NATO atau Amerika Serikat. Dengan begitu, Turki mendapat kembali peralatan pertahanan yang menjaga keamanannya… Patrick Chanahan penjabat pelaksana menteri pertahanan Amerika mengatakan kepada wartawan di Pentagon pada Selasa, “saya berharap persoalan itu kami selesaikan di mana mereka (yakni Turki) mendapatkan peralatan pertahanan yang sesuai dalam hal berkaitan dengan rudal Patriot dan pesawat F-35” (al-Arabiya.net, 2/3/2019).
b- Atau Amerika menawarkan “solusi model Yunani”, yakni menempatkan rudal Rusia di gudang penyimpanan dan dibiarkan dimakan karat, dengan kompensasi pembelian rudal Patriot dari Amerika Serikat yang biayanya mencapai tiga setengah miliar dolar. Cerita rudal Rusia di Yunani itu, bahwa Moskow pada asalnya menjualnya kepada Siprus yang membayar harganya. Tetapi, penolakan keras Ankara memaksa Athena untuk menyimpan rudal itu untuk menghindari krisis berbahaya dengan Turki. Itu artinya, Turki membayar jumlah tambahan (3,5 miliar) itu di samping 2,5 miliar dolar harga rudal Rusia! Solusi ini sesuai bagi Donald Trump. Tetapi, biaya finansialnya yang besar akan menempatkan pemerintah Turki menjadi sasaran tembak oposisi Turki yang adalah hak mereka untuk menuduh pemerintah menghambur-hamburkan harta rakyat Turki di atas altar kesalahan politik luar negeri pemerintah.
c- Atau dimungkinkan mengirim sistem ini ke negara ketiga seperti India untuk tidak membuat marah Rusia, dan hal itu juga sejalan dengan strategi Amerika untuk mengepung China.
Tampak bahwa kemungkinan yang paling rajih adalah kemungkinan pertama (point a) di mana bisa diperhatikan bahwa pernyataan-pernyataan saat ini dari pihak-pihak masalah itu mengarah ke hal itu. Misalnya, pernyataan Chanahan yang disebutkan di atas pada 2/3/2019. Demikian juga pernyataan deputi perdana menteri Rusia untuk urusan industrialisasi militer: “tidak ada kekhawatiran pada kami dari kemungkinan Turki menarik diri dari kesepakatan S-400” (al-Jazeera, 3/4/2019). Juga apa yang dikutip oleh al-Jazeera pada hari yang sama 3/4/2019, “ketua komite pertahanan di majelis Duma Vladimir Shamanof tidak menjauhkan kemungkinan Turki berlepas diri dari kesepakatan sistem rudal S-400 dengan Rusia” (al-Jazera.net, 3/4/2019). Juga apa yang dikutip oleh al-Arabiya, kejadian hari ini 4/4/2019: “Turki menyerukan kelompok kerja dengan Washington membahas bahaya sistem rudal Rusia S-400”… Semua ini merajihkan kemungkinan pertama yakni tidak dijalankannya kesepakatan rudal dengan Rusia, yakni pembatalan kesepakatan tersebut.
28 Rajab 1440 H
4 April 2019 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/59191.html