Kesadaran Politik Umat Islam Lemah, Afghanistan Bisa Kembali Terjajah

 Kesadaran Politik Umat Islam Lemah, Afghanistan Bisa Kembali Terjajah

Mediaumat.news – Lemahnya kesadaran politik umat Islam yang disadari dan diketahui oleh Amerika dan Barat dinilai Direktur on Forum Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi bisa menjebak kembali Afghanistan pada penjajahan.

“Kesadaran politik ini yang lemah dan Amerika sangat tahu. Maka, sekarang mereka masuk ke dalam pendekatan penjajahan politik. Nah, ini yang bisa kembali menjebak Afghanistan,” tuturnya dalam acara Menjadi Politisi Muslim: Afghanistan, Perubahan Strategi Global AS Era Biden, Senin (7/9/2021) di kanal YouTube Peradaban Islam ID.

Menurutnya, umat Islam masih lemah di kesadaran politik sehingga bisa ditipu dan disesatkan. “Ini yang kemudian disadari oleh Amerika dan Barat. Sehingga Amerika beralih dari pendekatan militer ke negosiasi politik yang dia kuasai,” ujarnya.

Farid menyebut faktor-faktor yang menjebak Afghanistan dapat kembali dalam penjajahan Amerika adalah penjajahan politik dan ekonomi. “Ya, penjajahan politik ini. Penjajahan politik dan ekonomi. Nanti bisa kita lihat jalan-jalan penjajahan politik itu apa?” ungkapnya.

Pertama, dari sistem kenegaraan nanti akan menjadi indikator, apakah Afghanistan akan mengadopsi sekularisme dan liberalisme atau tidak? “Kalau mengadopsi sekularisme dan liberalisme atau mencampurkan antara Islam dengan sekularisme dan liberalisme itu artinya akan masuk dalam jebakan politik,” ujarnya.

“Karena sistem ini sangat berpengaruh. Penjajahan itu bisa berjalan ketika sistem Amerika ini masih diadopsi oleh sebuah negara, seperti di Indonesia,” imbuhnya.

Kedua, apakah Afghanistan akan melakukan hubungan dengan penjajah yang sebenarnya musuh-musuh umat Islam? “Pertama, Amerika. Apakah nanti Afghanistan justru menjalin hubungan dengan Amerika? Misalnya dalam bentuk ekonomi. Ini berarti sudah terjebak dalam jebakan politik Amerika. Kedua, apakah nanti Afghanistan juga menjalin hubungan dengan Cina? Ini juga akan menjebak. Karena Cina ini adalah musuh umat Islam. Dia punya kepentingan. Apalagi kalau kemudian tawar menawarnya dengan nasib Muslim Uighur. Ini sangat berbahaya,” jelasnya.

“Ada dua kepentingan Cina sebenarnya. Pertama, kepentingan politik itu terkait dengan ancaman Islam karena berbatasan dengan Turkistan Timur atau Xinjiang. Kedua, kepentingan ekonomi yakni Cina ingin membangun kembali jalur sutra dalam proyek one belt one road (OBOR) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek belt and road initiative (BRI). Jalur sutra itu melewati Afghanistan. Kalau nanti Afghanistan menjalin hubungan dengan Cina berarti masuk jebakan politik yang akan menjerumuskan Afghanistan ke dalam penjajahan baru,” tambahnya.

Ketiga, apakah Amerika melepaskan kontrol dari pemain-pemain regional? Pemain-pemain regional yang selama ini sering digunakan oleh Amerika untuk kepentingannya. “Apakah Afghanistan nanti bekerja sama dengan Pakistan? Pakistan ini belakangnya pasti Amerika. Apakah Afghanistan nanti akan bekerja sama dengan Iran, termasuk Turki dan sebagainya? Nah kalau masuk dan ikut di bawah kendali pemain-pemain regional ini. Sementara pemain-pemain regional ini di belakangnya adalah Amerika. Ini adalah jebakan politik,” tegasnya.

Keempat, sistem negara. Apakah Afghanistan ke depan membatasi sistem negara nation state atau imarah Islam? “Al-Imarat al-Islamiyah fii Afghanistan itu kan sebenarnya negara yang basisnya nation state. Negara yang berbasis regional atau teritorial. Ini yang membedakan dengan al-khilafah al-islamiyah. Al-khilafah al-islamiyah itu adalah negara untuk kepentingan umum bagi umat Islam di seluruh dunia. Kalau Afghanistan mengadopsi al-imaratul al-islamiyah ini, maka ini juga menjadi jebakan politik,” bebernya.

Menurutnya, ini sebenarnya yang pernah disesali oleh pemimpin Taliban sebelumnya, Mullah Umar. “Mullah Umar pernah ditawarkan oleh gerakan Islam Hizbut Tahrir Afghanistan agar menegakkan khilafah. Pada waktu itu Mullah Umar menolak. Tapi kemudian, dalam satu pertemuan, Mullah Umar mengatakan bahwa penolakannya terhadap khilafah disesali oleh Mullah Umar. Karena dengan membatasi hanya pada al-imaratul al-islamiyah itu akan menjadikan persoalan yang ada di Afghanistan itu hanya persoalan regional saja. Bukan menjadi persoalan umat Islam di seluruh dunia,” ujarnya.

Farid menilai, itulah jebakan-jebakan politik yang mungkin terjadi. “Tentu, kita tidak berharap Afghanistan menempuh jalan-jalan jebakan politik itu. Rakyat Afghanistan dengan Taliban sudah menang secara militer dengan prinsip jihad fisabilillah. Tantangan berikutnya itu adalah menang secara politik,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *