Kerugian Orang Musyrik di Hari Kiamat
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”.(TQS al-Ahqaf [46]: 6-7).
Dalam ayat sebelumnya telah dijelaskan tentang kesesatan orang-orang yang menyembah selain Allah SWT. Mereka dinyatakan sebagai orang yang paling sesat lantaran mereka menyembah berhala yang selamanya tidak bisa mengabulkan doa-doa mereka. Bahkan, berhala itu pun abai terhadap doa-doa mereka. Jelas itu merupakan kesesatan sekaligus kerugian.
Jika dalam ayat sebelumnya kerugian mereka di dunia, maka ayat ini menjelaskan kerugian mereka di akhirat.
Musuh di Hari Kiamat
Allah SWT berfirman: Wa idzâ husyira al-nâs kânû lahum a’dâ`[an] (dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka). Ayat ini mengabarkan peristiwa yang akan dialami oleh orang-orang musyrik pada saat dibangkitkan dan dikumpulkan pada hari Kiamat. Makna firman Allah SWT: Wa idzâ husyira al-nâs (dan ketika manusia dikumpulkan), sebagaimana dijelaskan para mufassir, adalah hari Kiamat. Wahbah al-Zuhaili berkata, “Jumi’û yawm al-qiyâmah (mereka dikumpulkan pada hari Kiamat.”
Telah maklum bahwa pada hari Kiamat kelak, seluruh manusia akan dihidupkan kembali. Mereka semua dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian mereka dikumpulkan untuk dihisab dan diadili di mahkamah.
Diberitakan bahwa pada hari Kiamat itu, orang-orang musyrik itu akan dikumpulkan dengan berhala-berhala mereka. Kata kânû (mereka) menunjuk kepada sesembahan-sembahan orang musyrik, sedangkan dhamîr hum (mereka) pada kata lahum (bagi mereka) menunjuk kepada orang-orang kafir.
Jika dalam ayat sebelumnya diberitakan bahwa berhala-berhala yang disembah orang-orang kafir itu tidak bisa mengabulkan doa-doa para penyembahnya hingga hari Kiamat, seolah-olah bisa dipahami dengan mafhûm mukhâlafah (pemahaman sebaliknya), bahwa sesudah hari Kiamat berhala-berhala itu dapat mengabulkan doa-doa mereka.
Ayat ini menegaskan bahwa mafhûm mukhâlafah itu tidak digunakan. Setelah hari Kiamat, berhala-berhala itu tetap tidak bisa memenuhi doa dan permintaan mereka selama di dunia. Juga tidak memberikan pertolongan atau menyelamatkan mereka dari azab Allah SWT. Lebih dari itu, berhala-berhala yang mereka sembah itu justru menjadi musuh bagi mereka. Dalam ayat ini disebutkan: lahum a’dâ`[an] (musuh bagi mereka). Menurut para mufassir, itu terjadi disebabkan karena sesembahan-sesembahan mereka melepaskan diri dari mereka.
Imam al-Qurthubi berkata, “Sesembahan-sesembahan itu akan menjadi musuh-musuh bagi orang-orang kafir pada hari Kiamat. Maka, malaikat menjadi musuh bagi orang-orang kafir. Sementara jin dan setan besok akan berlepas diri dari orang-orang yang menyembah mereka.”
Ibnu Jarir al-Thabari berkata, “Dan ketika manusia dikumpulkan pada hari Kiamat berdiri untuk dihisab, maka tuhan-tuhan yang mereka sembah itu semasa di dunia itu menjadi musuh bagi mereka. Sebab, tuhan-tuhan tersebut berlepas diri dari mereka.”
Di samping berlepas diri, menurut al-Syaukani, mereka juga saling melaknat satu sama lain. Ada yang mengatakan bahwa Allah SWT menciptakan kehidupan pada patung-patung tersebut, lalu patung-patung itu mendustakan mereka (para penyembahnya). Yang lain mengatakan bahwa dalam mendustakan dan memusuhi mereka itu dengan sikap, bukan denngan perkataan. Sedangkan malaikat, Isa al-Masih, Uzair, dan setan-seetan, mereka berlepas diri dari orang yang menyembah mereka pada hari Kiamat sebagaimana diberitakan dalam firman Allah SWT: Kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami (TQS al-Qashash [28]: 63).
Mengingkari Ibadah Mereka
Kemudian diterangkan fakta kesesatan mereka dengan firman-Nya: Wakânû bi’bâdatihim kâfirîn (dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka). Kata kânû menunjuk kepada sesembahan orang kafir. Sedangkan dhamir hum (kata ganti mereka) pada kata bi’bâdatihim. Adapun kâfirîn bermakna jâhidîn mukadzdzibîn (mengingkari dan mendustakan). Tak jauh berbeda, al-Jazairi memaknainya: jâhidîn ghairi mu’tarifîn (mengingkari dan tidak mengakui).
Dengan demikian, ayat ini memberitakan bahwa berhala-berhala itu mengingkari penyembahan orang-orang kafir. Al-Syaukani berata, “Berhala yang disembah itu ingkar terhadap penyembahan orang kafir terhadap mereka.”
Menurut al-Baghawi, pengingkaran itu dijelaskan dalam firman Allah SWT: Kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami (TQS al-Qashash [28]: 63).
Penjelasan juga dikemukakan oleh oleh Ibnu Jarir al-Thabari. Menurutnya, tuhan-tuhan yang mereka sembah itu di dunia itu mengingkari penyembahan terhadap mereka. Sebab, mereka berkata pada hari Kiamat, “Kami tidak pernah memerintahkan mereka menyembah kami. Kami juga tidak merasa mereka menyembah kami. Kami pun berlepas diri kepadamu dari mereka, wahai tuhan kami.”
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini seperti firman Alalh SWT: Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka; Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka (TQS Maryam [19]: 81-82)..
Artinya, berhala-berhala yang mereka sembah itu akan mengkhianati mereka di saat-saat mereka sangat memerlukan pertolongannya. Al-Khalil alias Nabi Ibrahim juga mengatakan, seperti yang disitir oleh firman Allah SWT: Dan berkata Ibrahim: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu satu pun penolong” (TQS al-Ankabut [29]: 25).
Demikianlah. Orang-orang musyrik itu benar-benar merugi. Selama di dunia mereka telah bersusah payah menyembah berhala-berhala. Akan tetapi, upaya itu tidak memberikan manfaat baginya. Di dunia, doanya tidak didengarkan, apalagi dikabulkan. Sementara di akhirat, berhala-berhala itu justru memusuhi mereka. Berlepas diri dari dan melaknat mereka. Tidak mengakui bahwa mereka telah memerintahkan melakukan penyembahan.
Tentu saja, apa yang mereka alami berbeda sama sekali terhadap dengan apa yang didapatkan orang-orang Mukmin yang menyembah Allah SWT. Doa-doa yang mereka munajatkan kepada Allah SWT didengar oleh-Nya. Sebab, Dia Maha Mendengar. Dia juga sangat dekat dengan hamba-Nya. Bahkan lebih dekat dari urat leher. Allah SWT berfirman: Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (TQS Qaf [50]: 16).
Dia juga menjanjikan akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya (lihat QS al-Baqarah [2]: 186). Allah SWT juga berfirman: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (TQS Ghafir [40]: 60).
Dalam ayat tersebut, doa dinyatakan sebagai ibadah. Sebagai layaknya ibadah, maka orang yang berdoa pun berhak mendapatkan pahala. Oleh karena itu, semua doa yang ikhlas dan benar yang dimunajatkan oleh orang-orang Mukmin dan bukan pelaku maksiat akan dikabulkan. Jika tidak di dunia, akan diberikan kepada mereka di akhirat. Dengan demikian, tak ada kerugian sama sekali bagi mereka. Tentu saja ini berbeda sama sekali dengan orang-orang musyrik yang menyembah dan meminta pertolongan kepada selain Allah SWT. Sudahlah doa mereka tidak dikabulkan di dunia, di akhirat mereka jauh lebih menderita. Berhala yang mereka sembah semasa di dunia justru memusuhi mereka. Belum lagi ditambah dengan azab neraka selama-lamanya. Semoga kita dilindungi-Nya dari kemusyrikan. Wa-Llâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
- Pada hari Kiamat sesembahan orang musyrik akan menjadi musuh bagi penyembahnya
- Sesembahan selain Allah SWT itu berlepas diri dan melaknat penyembahnya. Juga, mengingkari penyembahan orang-orang kafir