Kerajaan Arab Saudi: Wanita Saudi Butuh Khilafah Rasyidah untuk Emansipasi Yang Sesungguhnya
Pewaris tahta Arab Saudi, Muhammad Bin Salman, yang dikenal dengan nama inisial MBS baru-baru ini diwawancarai oleh CBS, sebuah jaringan televisi Amerika.
Dalam wawancara pertamanya dengan saluran televisi Amerika itu, dia membahas banyak masalah dari masalah ekonomi hingga reformasi sosial yang dilakukan secara masif.
Dia juga mendiskusikan rencana emansipasi wanita Saudi dengan memberikan mereka hak yang sama seperti hak yang diberikan kaum laki-laki seperti: hak untuk memulai bisnis, bergabung dengan dinas militer, menghadiri konser dan acara olahraga dan hak untuk mengemudi dll.
Dia juga mengatakan bahwa kaum wanita boleh memakai pakaian yang layak dan pakaian terhormat sebagaimana kaum laki-laki dan keputusan itu sepenuhnya diserahkan kepada kaum wanita untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan hormat yang mereka pilih untuk dipakai.
Dia juga menunjukkan kekhawatirannya bahwa hanya 22 persen kaum wanita Saudi yang bekerja di luar rumah sehingga dia mendorong lebih banyak dari mereka untuk bergabung dalam angkatan kerja negara itu.
Dia juga mengatakan bahwa pada hari ini, kaum wanita Saudi tidak mendapatkan hak penuh meskipun hak-hak mereka telah ditetapkan dalam Islam tetapi karena mereka telah sedemikian maju, hanya ada cara singkat untuk menetapkan hak-hak penuh kaum wanita Saudi.
Komentar:
Telah diketahui oleh dunia termasuk kaum Muslim apa yang terjadi di Arab Saudi dengan dalih memerangi korupsi, reformasi sosial dan emansipasi wanita. Ini juga bukan rahasia bagi dunia bahwa selama beberapa dekade, Arab Saudi memiliki hubungan seperti seorang budak dan tuan dengan pemerintah AS yang berkuasa berturut-turut. Sekarang, rezim Saudi Arabia saat ini yang dipimpin oleh Raja Salman yang berusia 82 tahun dan putranya yang memiliki kekuasaan yang kuat, Muhammad Bin Salman (MBS) melakukan hal terbaik untuk membuktikan kesetiaan mereka sepenuhnya kepada tuan mereka yang berumur puluhan tahun.
Meskipun banyak wanita Saudi menyambut gagasan MBS tentang apa yang disebutnya sebagai “emansipasi” wanita Saudi dan memimpikan sebuah negara di mana mereka akan menyingkirkan segala macam pelanggaran dan akan mendapatkan hak-hak dan kebebasan tertinggi tetapi kenyataannya jauh api dari panggang. Sebagian alasannya adalah sebagai berikut:
1 – Definisi sebenarnya dari emansipasi wanita tidak ada hubungannya dengan hak mengemudi, atau hak untuk memulai bisnis sebagaimana kaum laki-laki atau pergi ke gedung konser atau menonton olahraga. Jika memang demikian, maka para wanita di Barat akan menjadi wanita paling bahagia di dunia dan bebas dari segala macam pelanggaran dan eksploitasi. Menurut sebuah laporan terbaru dari Gallup, lebih dari satu dari tiga wanita di AS takut diserang secara seksual dan dari 77 negara yang melaporkan ke PBB, Swedia, Inggris, Botswana dan Australia memiliki tingkat kekerasan seksual tertinggi yang dilaporkan. AS khususnya, memiliki tingkat pemerkosaan yang tinggi. Oleh karena itu, jelaslah bahwa bagaimana konsep “kebebasan dan pembebasan” barat telah membawa malapetaka bagi kehidupan kaum wanita di barat dan mengubahnya menjadi komoditas seksual belaka untuk memenuhi hasrat laki-laki yang tidak tahu malu.
2 – Atas nama Islam moderat, MBS sebenarnya mensekulerkan negara sesuai keinginan tuannya. Di masa lalu, para penguasa negara itu berturut-turut menerapkan Wahabisme, bentuk Islam yang terdistorsi yang diciptakan oleh Inggris, yang mengeksploitasi dan mensalahgunakan kaum wanita atas nama Islam. Dan sekarang MBS akan mensekulerkan negara dengan memberantas setiap jejak Islam. Jadi, di bawah bendera kebebasan dan pembebasan, kaum wanita Saudi sekarang akan menghadapi penundukan dan eksploitasi yang berbeda. Tidak ada keraguan bahwa dalam waktu dekat, kebebasan palsu ini akan menghapus martabat mereka sebagai wanita Muslim dan mengubahnya menjadi komoditas seksual pada perusahaan-perusahaan multi-nasional.
3 – Meskipun MBS telah mengakui bahwa Islam menjamin hak-hak wanita Muslim tetapi wanita Saudi perlu memahami bahwa Arab Saudi yang sekuler dengan kelas penguasa bonekanya telah meninggalkan Islam dan tidak akan pernah menerapkan hukum Syariah untuk melindungi hak-hak kaum wanita Saudi yang diberikan oleh Islam.
Setiap wanita Muslim yang sadar akan sejarah Islam yang agung, tahu bahwa di bawah wanita pemerintahan Islam, wanita Muslim telah mencapai tingkat tertentu dalam hal partisipasi politik mereka, mengelola urusan ekonomi, mengikuti kegiatan sosial, menyalurkan aspirasi mereka dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi mulai dari astronomi hingga kedokteran, dan yang paling penting, martabat dan keselamatan sebagai manusia berada di luar pemahaman terhadap apa pun yang disebut sebagai wanita liberal Barat. Sepanjang sejarah Islam, hukum Syariah melindungi hak-hak wanita Muslim sebagai anak perempuan, istri dan ibu. Dan Negara Khilafah menggambarkan mereka sebagai kehormatan negara, dimana kehormatan dan martabatnya itu tidak dapat diganggu gugat dengan cara apa pun. Oleh karena itu, untuk mendapatkan emansipasi sejati, dengan mengikuti jejak kaum wanita sahabat Rasulullah ﷺ, kaum wanita Saudi harus berjuang untuk mengembalikan sistem Islam sejati di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang kedua dan membuang semua konsep-konsep palsu lainnya tentang kebebasan dan emansipasi.
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh Fehmida Binte Wadud