Mediaumat.info – Kendati menuntut penghentian pendudukan di semua wilayah Arab yang diduduki sejak 4 Juni 1967, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, keputusan dari KTT Liga Arab-OKI terkait konflik Palestina-Zionis Yahudi dinilai sebagai pengkhianatan terhadap umat Islam.
“Hasilnya tidak lain hanyalah serangkaian keputusan lemah yang hanya dapat digambarkan sebagai pengkhianatan,” demikian bunyi siaran pers dari Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir (HT), Kamis (14/11/2024).
Menurut HT, segala bentuk dukungan politik dan diplomatik dari negara maupun perlindungan internasional bagi rakyat Palestina selama ini, tak lebih dari sekadar tinta di atas kertas. Pun demikian desakan terhadap Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang mengikat dalam hal gencatan senjata di Gaza dan memberlakukan embargo senjata terhadap entitas penjajah Yahudi.
Pasalnya, para peserta yang merupakan perwakilan dari negara anggota yang hadir tak mengusulkan rencana atau mekanisme apa pun untuk melaksanakan tuntutan yang menurut HT sangat sedikit dibanding tuntutan-tuntutan protes publik.
Seperti diketahui, suara-suara bergema keras justru datang dari protes di jalan-jalan dan alun-alun. Dan inilah yang menurut HT, mungkin meresahkan para pengambil keputusan di ibu kota-ibu kota kolonial.
Tak ayal, tuntutan dan keputusan dari KTT tersebut dipandang sekadar suara teredam yang terkurung di dalam dinding-dinding ruang kedap suara. “Tuntutan-tuntutan pertemuan puncak itu tidak lebih dari sekadar suara-suara teredam yang terkurung di dalam dinding-dinding ruang kedap suara,” lontar HT.
Hal ini bertambah jelas dari langkah selanjutnya pasca-mengeluarkan tuntutan kosong tersebut, yakni sikap mengutuk tindakan entitas penjajah Yahudi seraya menekankan pentingnya mencapai perdamaian dengan penjajah.
Padahal, entitas penjajah Yahudi sebelumnya telah efektif melegitimasi pencurian berikut demiliterisasi dan pelucutan kedaulatan dengan istilah ‘perbatasan sebelum 4 Juni 1967’ yang mencakup tiga perempat wilayah Palestina. Tetapi, kata HT kembali menambahkan, para penguasa negeri Muslim malah menegaskan komitmen terhadap solusi dua negara.
Adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Gabungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab, yang diadakan di Riyadh pada 10 November 2024. KTT Luar Biasa sendiri diselenggarakan pada 11 November 2024, untuk kembali membahas upaya OKI dan Liga Arab menghentikan kekejaman entitas penjajah Yahudi di Palestina dan Lebanon.
Saatnya Ambil Tindakan Tegas
Untuk itu, HT pun menyerukan umat untuk mengambil tindakan tegas terhadap para penguasa negeri Muslim semacam ini. “Sudah saatnya bagi umat Islam untuk mengambil tindakan tegas terhadap para penguasa ini, menggulingkan mereka dari tahta dan merebut kembali kekuasaannya yang telah dirampas,” serunya.
Namun, untuk bisa mencapai ke sana, hanya dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan kepada individu-individu tulus di dalam pasukannya untuk membantu Hizbut Tahrir dalam mendirikan Khilafah Rasyidah Kedua, yakni kekhalifahan yang dibimbing secara benar dengan metode kenabian.
Menurut HT, khilafah seperti itulah yang akan melenyapkan entitas penjajah Yahudi, serta membebaskan seluruh Palestina dari sungai hingga laut, dan mengembalikannya ke tempat yang seharusnya.
“Tanpa ini, umat dan pasukannya tidak dapat membebaskan diri mereka di hadapan Allah, Yang Mahakuasa dan Pemberi Kuasa,” pungkas HT seraya mengutip QS at-Taubah ayat ke-38 yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu apabila diperintahkan untuk berperang di jalan Allah, kamu sangat mementingkan dunia? Apakah kamu merasa cukup dengan kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat? Bukankah kenikmatan kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat