Oleh HM Ali Moeslim (Penulis Buku dan Pembimbing Haji & Umroh)
Bismillahirrahmaanirrahiim
“Dalam bidang sains dan teknologi Barat telah maju 100 tahun ke depan, namun mundur 1000 tahun ke belakang dalam nilai nilai kemanusiaan”
MARI kita perhatikan kisah nyata yang dialami tauladan kita Baginda Nabi Muhammad SAW setelah “dilantik” oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS menjadi Rasul pilihan Allah SWT di Gua Hiraa bukit Nur Makkah.
Nabi Muhammad SAW pulang dengan kondisi tubuh yang gemetar dan tergesa-gesa agar bergegas masuk ke rumah Sang Isteri tercinta Bunda Khadijah.
Kondisi tubuhnya gemetar, Nabi Muhammad SAW meminta kepada isterinya dengan berkata; “Selimuti aku, selimuti aku.” Siti Khadijah pun menyelimuti beliau yang gemetar dan ketakutan.
Kemudian Nabi Muhammad saw. bertanya, “Wahai Siti Khadijah, apa sebenarnya yang terjadi denganku ini?” Lalu Nabi Muhammad SAW menyampaikan kejadian yang telah beliau alami, “Aku sangat khawatir terhadap diriku.” Maka Siti Khadijah mengatakan, “Janganlah sekali-kali engkau takut, demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang selalu menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang yang kesusahan, pemberi kepada orang miskin yang membutuhkan, penjamu tamu, serta penolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Tidak berapa lama turunlah wahyu berikutnya yakni surat al Muzammil (yang berselimut);
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ ١ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلٗا ٢ نِّصۡفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلًا ٣ أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا ٤
Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu; dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan (Tafsir QS al-Muzzammil [73] 1-4)
Ada yang memaknai ayat ayat tersebut secara Majaziy, menurut Ikrimah, makna ayat ini adalah, “Wahai orang yang berselimut dengan kenabian dan menyampaikan risalah.” Ibnu Abbas ra. dalam sebuah riwayat juga menafsirkan, “Wahai orang yang berselimut dengan al-Quran.
Umat Islam atau umatnya Nabi Muhammad SAW adalah umat yang terbaik, yang Allah turunkan di muka bumi ini, sebagaimana dalam firman-NYA;
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ….
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..(QS Ali Imron 110).
Lebih dari 100 tahun sudah, Islam dengan syariatnya tidak memimpin dunia, tidak mengatur dunia dengan Islam yang diemban oleh khilafah Islamiyyah karena telah runtuh tahun 1923.
Di samping lemahnya umat dalam pemahaman dan pengamalan syariat Islam, keruntuhan khilafah Islam itu menyebabkan kemunduran dan penderitaan, malapetaka menimpa umat karena tidak ada lagi institusi besar yang melindungi umat Islam, namun juga telah menyebabkan peradaban maju dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan di dunia rusak dan hancur.
Hal tersebut telah diakui oleh para peneliti Barat sekalipun yang jernih melihat sejarah peradaban dunia, misalnya ketika kerkhilafahan runtuh, maka hilang pula peradaban agung yang justru menurut para sejarawan telah mewarnai dunia lebih dari 700 tahun.
Karen Armstrong sejarawan sekaligus penulis Yahudi dan Kristen, di dalam bukunya A History of Jerusalem: One City, Three Faiths (London: Harper Collins Publishers, 1997), menulis “Di bawah Islam, orang-orang Yahudi menikmati masa keemasan di Andalusia.” Artinya orang yahudi itu menikmati kebaikan itu bukan sekarang, bukan ketika negara Zionis itu berdiri.
Middle East Eye (MEE) mencatat, Charles III sering berkomentar tentang kontribusi umat Islam terhadap sains, seni, dan akademisi.
“Kita harus ingat bahwa kita di Barat berutang budi kepada para ulama Islam, karena berkat merekalah selama Abad Kegelapan di Eropa khazanah pembelajaran klasik tetap hidup,” katanya di Universitas Al-Azhar di 2006.
“Negara-negara Islam seperti Turki, Mesir, dan Suriah memberi perempuan hak pilih sejak Eropa memberikan hak pilih kepada perempuannya dan jauh lebih awal daripada di Swiss! Di negara-negara tersebut perempuan telah lama menikmati upah yang setara, dan kesempatan untuk memainkan peran kerja penuh dalam masyarakat mereka.”
Oleh karena itu, tegaknya kembali Islam kaffah di muka bumi dengan pelaksanaan syariat Islam dalam memimpin dunia akan menjadi rahmatan lil aalamiin, di tengah arus islamophobia, stigmanisasi, bahkan monsterisasi Islam, dakwah ilaa Islam adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Cepat atau lambat semuanya akan berujung manis, dengan kemenangan Islam dan tegaknya kembali kekhilafahan Islam yang kedua di muka bumi ini.
Yang dibutuhkan umat Islam saat ini adalah kemauan yang kuat dan sungguh-sungguh. Keyakinan dan kerinduan untuk meraih kemuliaan dalam Islam membutuhkan amal yang sungguh-sungguh dengan mengikuti sunnatullah dan kaidah kausalitas (sabab akibat).
Tidak cukup tahu bahwa Islam akan tegak kembali, tidak cukup yakin, tidak cukup berdoa. Wajib ada ikhtiar terindera dan syar’ie mengikuti metode Rasulullah dan para sahabat, berkorban serta istiqamah untuk meraih tujuan mulia ini.
Wallahu a’lam bishawab
Bandung, 14 Agustus 2024/9 Safar 1446
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat