Kemendikbud: Ada 68 Juta Peserta Didik Terdampak Pandemi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan ada 68 juta peserta didik mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Mereka semua terpaksa belajar dari rumah.
“Secara global terdapat 1,25 miliar peserta didik di dunia yang terdampak, sekitar 5,44 persennya berada di Indonesia,” kata Direktur Jenderal PAUD dan Dikdasmen Kemendikbud Jumeri mengutip Antara, Selasa (4/8).
Selain peserta didik, Kemendikbud juga mencatat sedikitnya 13 juta orang menjadi pendidik di rumah selama virus corona mewabah.
“Karena selama belajar dari rumah ini 75 persen tanggung jawabnya orang tua dan 25 persen tanggung jawab guru PAUD,” katanya.
Komentar:
Apakah pemerintah suda mendata berapa juta dari sekian puluh juta peserta didik yang terdampak pandemi, tidak bisa mengakses pendidikan? Pemerintah seperti mengabaikan fakta bahwa masih terdapat ratusan juta warga Indonesia belum mengakses internet.
Data terakhir menunjukkan dari total 272,1 juta populasi di Indonesia, sebesar 64 persennya telah terkoneksi internet, yaitu sekitar 175,4 juta jiwa. Artinya masih terdapat sekitar 98 juta orang warga belum terakses ke internet.
Sementara itu masih banyak warga Indonesia yang belum memiliki ponsel pintar. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Itu berarti lebih dari separuh orang Indonesia belum memiliki smartphone. Ditambah lagi, belum semua daerah di tanah air – terutama di pelosok – terjangkau jaringan telepon seluler. Keadaan semakin berat karena orangtua dan guru juga harus mengeluarkan biaya tambahan membeli kuota internet.
Persoalan semakin bertambah dengan tidak adanya kurikulum khusus selama pandemi dan pengajaran via daring. Keadaan ini menyulitkan guru, peserta didik, juga orang tua. Tidak ada terobosan kreatif dari Mendikbud dan instansi pendidikan untuk memudahkan proses pembelajaran selama pandemi.
Pemerintah juga tidak memberikan insentif pendidikan seperti kuota bagi para siswa dan guru selama pengajaran via daring ini. Atau memberikan wifi gratis bagi peserta didik untuk memudahkan kegiatan belajar.
Minimnya kreatifitas dan perhatian pada peserta didik akan berdampak pada merosotnya kualitas pendidikan di tanah air. Hal ini membuat banyak orang tua memaksa agar sekolah dibuka padahal pandemi belum berakhir, dan justru membahayakan guru dan peserta didik.[] Iwan Januar/ LS