Buku berjudul “Kematian Barat (The Death of the West)” adalah buku sangat penting dan menarik untuk dikaji dan dibaca, buku karya seorang penulis Amerika bernama, Patrick J. Buchanan.
Bagi mereka yang tidak mengenal penulis, dia adalah seorang politikus dan pemikir Amerika yang terkenal, dia menjabat sebagai penasihat tiga presiden Amerika (Richard Nixon, Gerald Ford, dan Ronald Reagan), dia penulis untuk kolom jurnalistik permanen di sejumlah surat kabar Amerika, dan dia pendiri tiga program televisi paling terkenal di dua channel Amerika terbesar (NBC) dan (CNN).
Dia menulis banyak buku, antara lain:
– Day of Reckoning (Hari Pembalasan).
– State of Emergency (Keadaan Darurat).
– Where the Right Went Wrong (Ketika yang Benar Menjadi Salah).
– The Great Betrayal (Pengkhianatan Terbesar).
Dan ada dua buku yang sangat terkenal, yaitu:
– Right from the Beginning (Benar Sejak Awal).
– A Republic, Not an Empire (Republik, Bukan Kerajaan).
Keduanya menjadi best seller di Amerika Serikat.
Sementara buku yang kami maksudkan, “The Death of the West”, adalah buku penting yang harus dibaca dan dikaji oleh semua elit di dunia.
Buku mengisyaratkan kematian dan akhir dari Barat. Dalam buku ini, penulis memperingatkan bahwa kematian yang tampak di cakrawala Barat sebenarnya adalah dua kematian: (1) Kematian moralitas yang disebabkan oleh dekadensi moral yang menghapus semua nilai pendidikan, keluarga, serta moral tradisional, dan (2) kematian demografis serta biologis (depopulasi oleh kematian alami).
Terlihat begitu jelas dalam keluarga dan catatan pemerintah yang menunjukkan penurunan tenaga manusia (human power) di Barat, dan kelemahan lainnya di antaranya oleh usia tua yang tidak dapat diatasi kecuali dengan membawa lebih banyak imigran muda, atau dengan melakukan kontra- revolusi peradaban yang mengembalikan nilai-nilai agama dan moral ke posisi sebelumnya.
Penulis berkata: Kematian yang akan datang itu menyeramkan dan menakutkan, karena itu adalah epidemi dan penyakit yang kita ciptakan sendiri dan buatan pikiran kita, bukan penyebab eksternal, sehingga hal inilah yang membuat kematian jauh lebih buruk daripada “wabah hitam”, yaitu pandemi yang membunuh sepertiga dari populasi Eropa pada abad keempat belas.
Epidemi baru hanya membunuh kaum muda, sehingga hal ini mengubah Barat pada umumnya dan Eropa pada khususnya menjadi “benua untuk orang-orang lemah (manula)”!
Cerita itu bukan hanya tebakan, ramalan, atau kemungkinan, melainkan kenyataan, dan itu akan mengejutkan Anda sebab begitu jelasnya, terutama ketika angka-angka mulai berbicara!
Menurut statistik baru-baru ini, tingkat kesuburan wanita Eropa telah turun menjadi satu anak per wanita. Padahal diketahui bahwa tingkat minimum adalah dua anak yang diperlukan untuk menggantikan kematian populasi yang ada, tanpa berbicara tentang peningkatan jumlah mereka. Jika tingkat kesuburan saat ini tetap seperti itu, maka populasi Eropa, yang berjumlah 728 juta orang, menurut sensus tahun 2000, akan menyusut menjadi 207 juta pada akhir abad ini, menjadi kurang dari sepertiga.
Di sisi lain, pada saat Eropa sekarat akibat berkurangnya angka kelahiran, dunia ketiga India, China dan negara-negara Amerika Latin, terutama kaum Muslim, menyaksikan ledakan populasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, rata-rata 80 juta setiap tahun. Pada tahun 2050 M, pertumbuhan populasi total mereka akan mencapai tambahan 4 miliar. Dengan demikian, mimpi buruk Barat akan menjadi kenyataan, dan tidak lama kemudian, Eropa akan menjadi milik mereka!
Penulis mengatakan: Angka tersebut akan menjadi lebih menakutkan ketika ditujukan untuk mendiagnosis penyakit depopulasi pada tingkat negara dan bangsa, setelah 50 tahun dari sekarang.
Di Jerman, populasi akan turun dari 82 juta menjadi 59 juta, dan jumlah orang lanjut usia di atas 65 tahun akan mencapai lebih dari sepertiga populasi.
Adapun Italia, yang populasinya 57 juta akan menyusut menjadi 41 juta, dan orang tua akan menjadi 40% dari populasi umum.
Di Spanyol, penurunan akan menjadi 25%.
Rusia akan melihat penurunan tenaga manusianya dari 147 juta menjadi 114 juta.
Jepang tidak jauh ketinggalan dalam mengejar laju kematian penduduk. Angka kelahiran di Jepang telah turun setengahnya dibandingkan tahun 1950, dan Jepang menunggu angka mereka menurun dari 127 juta menjadi 104 juta pada tahun 2050.
Angka yang menakutkan, namun pertanyaan yang membingungkan: Mengapa bangsa-bangsa dan orang-orang Eropa berhenti memiliki anak dan mulai menerima gagasan hilangnya mereka dari tanah ini dengan acuh tak acuh?
Penulis berkata: Jawabannya terletak pada konsekuensi mematikan dari budaya baru ini di Barat, dan kematian moralitas yang ditimbulkan oleh budaya ini pada orang-orang Barat, maka itu penyebab kematian biologis mereka.
Runtuhnya nilai dasar pertama dalam masyarakat (yaitu keluarga), dan merosotnya norma moral dan agama yang ada di masa lalu, merupakan kendala dalam menghadapi kontrasepsi, aborsi dan hubungan seksual di luar kerangka lembaga rumah tangga, termasuk mendorong hubungan abnormal yang menyimpang, yakni hubungan seks dengan pasangan sejenis. Semua ini secara bertahap telah menghancurkan sel pusat masyarakat dan dasar untuk kelangsungannya, yaitu keluarga.
Bahkan bahasa angka terkait hal ini jauh lebih menyeramkan! Jumlah angka aborsi pertahun di Amerika Serikat meningkat dari 6.000 kasus setiap tahun pada tahun 1966 menjadi 600.000 pada tahun 1976, setelah aborsi diizinkan dan proses pembunuhan janin dianggap sebagai hak perempuan yang dilindungi oleh Konstitusi!
Sepuluh tahun kemudian, jumlahnya mencapai 1,5 juta aborsi per tahun.
Adapun proporsi anak-anak hasil dari hubungan yang tidak sah, saat ini berjumlah 25 persen dari jumlah total anak-anak Amerika, dan sepertiga dari anak-anak Amerika tinggal di rumah tanpa salah satu orang tua (baik tanpa ayah—yang dominan, atau tanpa ibu).
Dan indikator berbahaya lainnya!
Jumlah kasus bunuh diri di kalangan remaja Amerika meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 1960.
Adapun jumlah pecandu narkoba (pecandu, bukan pengguna narkoba), telah mencapai lebih dari enam juta orang di Amerika Serikat saja!
Jumlah pria dan wanita muda yang ingin menikah berkurang drastis.
Hal yang demikian itu tentu wajar di tengah masyarakat yang memberikan kebebasan seksual sepenuhnya, dan membolehkan hidup serumah antara seorang pria dan seorang wanita tanpa ikatan hukum, atau undang-undang rumah tangga, dan ketakutan pria akan undang-undang perdata yang tidak adil, ketika istri mengambil setengah dari kekayaannya dalam hal perceraian, serta wanita yang terpaksa menerima hidup serumah tanpa ikatan pernikahan karena kebutuhannya akan seorang pria yang bersamanya dan melindunginya, belum lagi kebutuhan biologis yang menuntut untuk dipenuhinya!
Adapun masalah homoseksualitas dan hukum perkawinan antar sejenis kelamin, benar-benar terjadi dan bukanlah masalah, karena telah mencapai tingkat yang bahkan tidak mungkin dibayangkan di masa lalu!
Hillary Clinton yang arogan adalah ibu negara pertama di Gedung Putih yang berjalan dalam demonstrasi untuk (kaum gay) untuk mengungkapkan simpatinya atas masalah mereka, dan tuntutan untuk legalitas mereka!
Akhirnya, penulis menyimpulkan dengan mengatakan: Ini adalah statistik dari masyarakat yang dekaden, serta peradaban yang sekarat dan menanti kematian. Sungguh, negara seperti ini tidak bisa bebas. Sebab tidak ada kebebasan tanpa kebajikan, dan tidak ada kebajikan tanpa keimanan.
**** **** ****
Ini adalah ringkasan singkat dari poin-poin penting dalam buku “Kematian Barat (The Death of the West) tersebut.
Betapa indahnya buku ini menjadi seruan kesadaran bangsa Arab, bahwa ketika kita berpegang teguh pada nilai-nilai moral, jauh dari fanatisme buta dalam segala bentuknya, agar menjadi “kematian Barat dan kehidupan umat Islam”.
“Dengan demikian, menjadi jelas bahwa agama dan religiositas bukanlah sebuah kemewahan, atau hal sekunder dalam hidup manusia, melainkan kebutuhan hidup yang primer bagi manusia”. [Ahmad Al-Qashash]
Sumber: https://web.facebook.com/100042496744876/posts/635665257860027/?_rdc=1&_rdr