Kematian Akibat Covid-19 Indonesia Lebih Tinggi dari Rata-rata Dunia, Ilmuwan: Harus Introspeksi!
Mediaumat.news – Merespon tingginya kematian akibat Covid-19 di Indonesia hingga melebihi rata-rata dunia, pakar biomolekuler Ahmad Rusydan Handoyo Utomo, Ph.D. mengajak semua pihak terutama pemerintah untuk introspeksi.
“Sebetulnya di sini masing-masing pihak harus introspeksi, tidak ada rahasia dari penyakit ini, mekanismenya sudah terang benderang, tinggal pemerintah serius atau tidak melakukan 3 T (testing/pengujian, tracing/penelusuran, treatment/perawatan),” jelasnya kepada Mediaumat.news, Rabu (16/9/2020).
Dari sisi treatment, Ahmad menilai sudah kelebihan batas, dari banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal, ICU di banyak tempat sudah penuh, seperti kasus di Jakarta dan Surabaya yang mempunyai keadaan gawat karena wabah ini.
“Parameter yang dipakai jangan jumlah kamar perawatan yang memadai, tapi juga nakesnya, kamarnya ada tapi yang jagain kamar siapa? Kan nakesnya,” jelasnya.
Kalau Indonesia dari sisi testing-nya sudah ada kenaikan namun yang menjadi masalah menurut Ahmad bukan itu, salah satu penyebab kenapa Indonesia mempunyai kasus kematian yang tinggi bahkan dari rata-rata dunia adalah tracing atau kontak telusur yang masih sangat kurang.
“Penyebar dan tertular harus kita ketahui, ditambah kalau tidak ada gejala, oleh karena itu satu-satunya cara dari kontak telusur itu, dari orang yang positif dicari telusurnya, itu kenapa kalau naiknya luar biasa, dan kematiannya juga,” ungkap Ahmad.
Dalam kondisi seperti sekarang, pemerintah saat ini harus betul-betul serius melakukan edukasi kepada masyarakat, lalu melakukan pengawasan yang ketat terhadap penerapan aturan dan tentu harus konsisten.
“Anggap nanti ada Pilkada, harus dipikirkan resiko ketika masih ada kerumunan, di Jakarta saja tidak boleh ada kerumunan lebih dari 5 orang. Nah apakah mungkin pilkada hanya menghadirkan 5 orang dengan larangan itu?” kata Ahmad.
Menurutnya, pemerintah sudah sangat wajib konsisten dalam menangani wabah ini, ketika sudah paham secara biologi bagaimana mekanisme virus Sarcov-2 ini, maka pemerintah harus bisa memetakan, seperti anggaran dan urgensitasnya.
“Ini kembali lagi ke biologi dari si virus ini, kalau kita betul-betul memahami biologi ini, pemerintah seharusnya banyak melakukan adjustment, dari anggaran berapa yang dibutuhkan, aktivitas politik baiknya ditunda dulu, bukan mengatakan tidak boleh Pilkada ya, kalau harus ya silakan, akan tetapi itu bukan urgensi saat ini, karena kita berada dalam situasi kalau kita harus menghentikan penularan,” tegas Ahmad.
Menurutnya, jika saat ini publik menganggap pemerintah gagal dalam menangani pandemi ini adalah wajar karena bagaimana dikatakan berhasil apabila saat ini saja sudah di-lockdown oleh hampir 60 negara.[] Fatih Solahuddin