Oleh: M. Wasam al-Athrasyi
Pengantar:
Tidak ada keraguan bahwa dunia maya pada umumnya dan jaringan komunikasi pada khususnya memiliki kemampuan untuk mengakses opini publik dan mempengaruhinya dengan cara yang kadang-kadang tampak ajaib. Pada waktu yang sama, jaringan ini mewakili alat kekuatan lunak ketika mereka memberikan kepada kekuatan berpengaruh secara internasional, kemampuan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui pemasaran, propaganda, daya tarik, dan persuasi. Jaringan komunikasi ini juga merupakan alat untuk melawan perang propaganda atau perang informasi dalam apa yang sekarang dikenal sebagai perang generasi keempat, yang mana perang informasi digunakan bersifat ofensif untuk melemahkan musuh, dan barangkali kita dapat menganggap ini sebagai “soft power yang negatif”.
Apa yang menjadi perhatian kita pada tingkat politik terutama terkait dengan realitas konflik peradaban yang sedang dilancarkan Barat terhadap Ummat Islam yang sedang bersiap untuk menegakkan entitas eksekutif yang mewujudkan peradabannya. Yaitu menempatkan teknologi ini dan penggunaannya saat ini dalam kerangka politik yang benar dan akurat, kemudian mengetahui sejauh mana jaringan komunikasi dapat digunakan untuk memandu pendapat publik atau mempengaruhinya, bahkan mengetahui sampai sejauh mana kita dapat berbicara tentang kontrol pembuat opini publik terhadap pergerakan masyarakat. Dan yang lebih penting bagi kita, bagaimana kita dapat menghadapi kemampuan luar biasa ini untuk menggunakan alat-alat penting ini dalam menghubungkan orang-orang dengan apa yang diputuskan oleh negara-negara besar dan kebijakan mereka. Kemudian pada akhirnya apakah mungkin untuk memiliki alat serupa yang dapat digunakan dalam proses pengerekan pemikiran dan penginderaan ummat, pembentukan kesadaran publiknya, dan menjaga kemurnian dan kejernihan opini publik Islami di tengah ummat?
Jaringan Komunikasi: Pedang Bermata Dua
Setelah dunia memasuki medan perang generasi keempat, perhatian mulai diarahkan ke tingkat paling tinggi untuk pemanfaatan perkembangan di bidang dunia maya, untuk mendukung perang ini, dan kandungan bidang ini berupa ketersediaan berlimpah tanpa batas dalam hal informasi, dan secara khusus, apa yang terkait dengan area yang telah mulai dimanfaatkan oleh pihak militer di bidang ini, meskipun kemampuan militer masih dalam tahap awal, tetapi kekuatan utama yang memiliki kepemimpinan di bidang dunia maya menganggapnya sebagai senjata politik yang sangat efektif. Perang generasi keempat yang konsepsinya diluncurkan oleh para ilmuwan dan pakar militer Amerika pada tahun 1989, merupakan konsepsi yang mengurangi konsepsi pertempuran melalui penumpukan militer dan bentrokan bersenjata langsung untuk digantikan dengan jenis perang tidak langsung yang menargetkan pikiran kolektif masyarakat negara sasaran dengan menyerang spirit rakyat dan membuat rakyat meragukannya dan kepemimpinannya. Juga dengan memicu kekacauan di dalam negara, sasaran untuk merusak stabilitasnya, menggunakan agen lokal. Dan dalam perang ini kekuatan eksternal tidak terlibat langsung dalam perang ini dalam apa yang kemudian dikenal sebagai teori kekacauan yang direkayasa yang tidak lagi berdiri pada penyebaran perusahaan keamanan swasta untuk membawa demokrasi, melainkan upaya-upayanya harus didukung dengan pasukan hipotetis yang berkontribusi untuk menundukkan negara itu keapda pihak-pihak yang mengintai, itulah yang menghindarkan pasukan reguler dari “keburukan pertempuran”.
Meskipun perang informasi bukanlah hal baru, teknologi siber membuatnya lebih murah, lebih cepat dan lebih jauh, dan membuatnya lebih sulit untuk ditemukan dan lebih mudah disangkal. Itulah sebabnya perhatian para ahli strategi beralih ke bidang perang dunia maya, agar didukung dengan sarana untuk jenis perang modern ini. Para ahli ini juga mengembangkan strategi yang telah dikaji dengan cermat di bidang keamanan siber, dan mempekerjakan pasukan nyata dari para pakar yang bekerja di bidang ini, serta tentara virtual.
Mari kita coba membahas ide ini dengan sedikit detail dan penyederhanaan: jelas bagi setiap orang yang memonitor bahwa disorotinya kejahatan rezim-rezim, skandal para politisi dan penguasa, berbagai tindakan negara dan pelanggarannya terhadap bangsa-bangsa, penumpahan darah dan pelanggaran berulang-ulang terhadap unsur paling dasar dari kehidupan yang baik untuk manusia dan semua itu ditempatkan di bawah mikroskop dan kemudian dipompakan secara kumulatif melalui berbagai publikasi dan beragam kumpulan orang, jelas akan menciptakan suatu kebencian dan ketersumbatan di tengah bangsa-bangsa yang menyebabkan destabilisasi sistem dan menciptakan keretakan di dalamnya atau perubahan dalam formasi pemerintah dan simbol-simbol rezim ini dan dengan demikian menciptakan lahan yang tepat untuk menancapkan dan memaksakan model Barat dalam hal pemerintahan, terutama karena jaringan global ini memungkinkan akses seluruh dunia kepada informasi segera setelah informasi itu dirilis dengan cepat, mengglobal, dan eksplisit. Satu hal yang membuat setiap berita yang terkait dengan urusan publik dan tokoh masyarakat memiliki nilai penting dari sisi kredibilitasnya, bagaimana penyusunannya, dan penentuan waktu publikasinya bagi semua orang yang ingin membocorkan berita kepada audiens penerima. Perusahaan multinasional telah lama mengakui bahwa mereka rentan terdevaluasi saham mereka melalui kampanye pengeksposan keburukan dan telah mengembangkan strategi untuk mengatasi hal itu sebelum munculnya kebocoran seperti Wikileaks dan Swissleaks.
Di sisi lain, para pembuat opini publik dan mereka yang mampu mengarahkan masyarakat dan mempengaruhi pilihan pemilu dan politik, mereka mengadopsi jaringan dan saluran komunikasi yang sama untuk pencitraan penguasa atau untuk merekayasa munculnya tokoh alternatif dan pemimpin baru yang melayani keberlangsungan sistem kapitalisme global tetap bertengger menguasai umat manusia, yang mana presiden yang gambarnya menyerang jaringan komunikasi dan didukung oleh perusahaan yang siber yang terpilih “secara demokratis” karena dia telah memenangkan jutaan like virtual.
Namun, jaringan-jaringan yang beraneka ragam ini tidak berhasil dalam mengalihkan pandangan ummat dari proyek kebangkitannya dan dari menyerukan pembebasannya dari ikatan kolonialisme dan sistem-sistemnya. Jaringan-jaringan itu juga tidak mungkin untuk memprediksi pergerakan ummat. Bahkan beberapa pejabat Amerika tidak menyembunyikan ketakutan mereka berubahnya jaringan-jaringan ini menjadi alat di tangan “kaum fundamentalis” yang mereka eksploitasi untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka yang menentang peradaban Barat. Lisan keadaan mereka mengatakan: Jangan telanjangi kepalsuan peradaban kita dengan alat yang dibuat oleh tangan kita. Begitulah, mereka khawatir teknologi ini akan berubah menjadi senjata nyata dan efektif untuk melawan mereka, menargetkan pemikiran-pemikiran mereka sehingga menjadi jelas kebatilan mereka, menelanjangi kepalsuan peradaban mereka dan skala kemunafikan politik global lintas benua mereka.
Di antara pernyataan paling penting yang secara jelas menjelaskan ketakutan ini adalah apa yang dinyatakan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Ray Odierno, selama ceramahnya di the Royal Institute of International Affairs “Chatham House” pada 6 Juni 2012, yang berjudul: Militer Amerika dalam Fase Transisi. Di situ dia berkata:
“Mari kita melihat-lihat dunia, dan apa yang kita lihat di dunia. Dan bagian dari dunia ini adalah, apa yang telah saya pelajari, dan saya pikir apa yang telah kita semua pelajari dari perspektif militer selama lima atau enam tahun terakhir adalah ikatan ini. Kemampuan global untuk berkomunikasi yang memungkinkan informasi ditransfer secara instan di seluruh dunia, telah memengaruhi keamanan dan akan memengaruhi cara berpikir kita tentang wajibnya memberikan keamanan di masa depan. Dan kita telah melihat bahwa ini telah memainkan peran dalam Musim Semi Arab, baik di Libya, Mesir, atau di Tunisia. Dan Anda lihat masih sedikit berperan hari ini di Suriah. Ketika kita membahas ini, kami akan memberitahu Anda bahwa Musim Semi Arab belum berakhir. Maksud saya, ini baru permulaan, dan sekarang kita telah memasuki tahap ketidakpastian”.
Kemudian dia menambahkan: “Kontrol virtual adalah kepemimpinan operasi virtual di tingkat operasi strategis global. Kami memiliki kepemimpinan virtual untuk tentara, yang kami pasang dan kami terus bekerja tentang cara mengaturnya. Menurut pendapat saya, dari sudut pandang militer, kami mendukung kepemimpinan virtual dengan kemampuan nasional strategis, kemudian kami juga memiliki kontrol operasional virtual, saat ini secara taktis, dari mana dapat memimpin operasi di masa depan, bagaimana ini dimasukkan ke dalam informasi taktis, dan kami sedang mengerjakan hal itu sekarang”.
Begitulah, jelas bagi kita bahwa transfer informasi yang segera dan cepat dengan kadar tertentu adalah penting dan bermanfaat bagi pihak-pihak imperialis, dan sebaliknya mempercepat erosi sistem Barat jika ditempatkan di tangan lawan-lawan Barat. Oleh karena itu sangat penting untuk membatasi area penggunaannya dan memungkinkan intelijen internasional untuk mengontrol penyebaran informasi dan memperoleh data pribadi dengan cara yang mencegah keluarnya situasi dari kontrol kekuatan-kekuatan besar. Perkara itulah yang mendatangkan kekhawatiran nyata terhadap rezim-rezim imperialis yang memaksakan keberpihakan perusahaan-perusahaan terkemuka di bidang ini ke dalam agenda mereka dan menyelamatkan mereka dari keruntuhan.
Cukup untuk disebutkan dalam hal ini, perjanjian yang terjadi pada akhir 2019 antara Inggris dengan Facebook dan WhatsApp. Perjanjian itu mewajibkan kedua platform itu untuk berbagi pesan pengguna terenkripsi dengan polisi Inggris, untuk mendukung investigasi individu yang menghadapi tuntutan pidana serius, di antaranya terorisme. Hal itu muncul setelah pernyataan menarik dari Menteri Dalam Negeri Inggris, “Pretty Patel”, yang mana ia memperingatkan bahwa rencana Facebook untuk memungkinkan pengguna mengirim pesan terenkripsi penuh akan menguntungkan para penjahat. Ia menyerukan “pengembangan back door” untuk memungkinkan agen intelijen mengakses platform pesan”.
Contoh Manipulasi Opini Publik Melalui Jaringan Komunikasi
Facebook berkontribusi melalui aturan teknis “Algoritma” yang digunakannya untuk menampilkan pesan kepada pemenjaraan orang-orang di ruang tertutup yang secara ideologis dan politis konsisten dengan tidak ada tempat untuk keanekaragaman bagi apa disebut “echo rooms”. Hal ini langsung mengarahkan kita ke konsepsi hakiki demokrasi yang keberadaannya menjadi seni menipu masyarakat.
Arahan media langsung kepada pemilih tidak lagi disembunyikan untuk semua followers. Misalnya, surat kabar Prancis “Le Monde” mengungkapkan pada 7 Maret 2019, bahwa orang-orang kaya Amerika membiayai kampanye iklan politik di Eropa. Pada bulan Februari 2019, Parlemen Inggris mengeluarkan laporan tentang penyesatan dan berita palsu (Disinformation and fake news). Di situ perusahaan-perusahaan media digambarkan sebagai “geng digital”.
Pemilu AS
Mungkin skandal data Facebook-Cambridge Analytica merupakan salah satu skandal politik terbesar di dunia. Skandal ini meledak pada awal 2018 ketika terungkap bahwa Cambridge Analytica (sebuah perusahaan konsultan politik Inggris yang mengkhususkan diri dalam studi opini publik dan pengaruhnya terhadap pemilih dalam kampanye pemilu) telah mengumpulkan Data pribadi “sekitar lebih dari 50 juta orang di Facebook tanpa persetujuan mereka sebelum menggunakannya untuk “iklan politik” kampanye presiden Trump yang mana cara dan metode yang akurat digunakan untuk menargetkan pemilih Amerika dan memengaruhi sikap pemilih dengan memproses informasi tentang mereka yang tersedia di media.
Skandal itu telah digambarkan oleh banyak orang sebagai “momen penting” dalam pemahaman umum tentang data pribadi. Juga telah menyebabkan penurunan signifikan harga saham global Facebook Inc., sementara yang lain menyerukan “regulasi yang lebih ketat” tentang penggunaan data pribadi oleh perusahaan teknologi. Hal itu juga menyebabkan “kemarahan publik yang besar” yang mengakibatkan jatuhnya nilai pasar Facebook lebih dari US$ 100 miliar dalam beberapa hari, dalam hal ketika sejumlah politisi di Amerika dan Inggris meminta jawaban CEO Facebook Mark Zuckerberg, yang akhirnya dipaksa setuju untuk bersaksi di hadapan Kongres AS pada 10 April 2018, tetapi Facebook hanya didenda sekitar 500.000 Poundsterlling atau 640 ribu dolar AS.
Pemilu Tunisia
Pada tanggal 5 Januari 2020, Unit Penelitian Digital DFRLab yang berafiliasi kepada pusat penelitian Amerika “The Atlantic Council” menerbitkan sebuah laporan setebal 31 halaman dalam bahasa Inggris yang disebut “The Carthage Process: Bagaimana sebuah perusahaan Tunisia menjalankan suatu proses yang mempengaruhi pemilihan presiden di negara-negara Afrika”. Laporan itu mengungkapkan bahwa sebuah perusahaan “UReputasi” Tunisia menyediakan layanan bimbingan dan penyesatan untuk kepentingan kliennya para politisi di Tunisia dan di negara-negara Afrika lainnya, dengan tujuan mempengaruhi pemilih”.
Laporan itu muncul setelah perusahaan Facebook pada akhir Mei lalu mengumumkan penutupan total hampir 900 akun dan grup, baik di jaringan Facebook atau Instagram, yang pemiliknya berafiliasi kepada kelompok negara-negara Afrika, termasuk Tunisia, dan dan yang dihimpun oleh hubungan mereka dengan perusahaan UReputation.
Perusahaan ini, yang mengidentifikasi dirinya sebagai agen yang menyediakan layanan yang mencakup perlindungan, pengaruh dan bimbingan, berbasis di Tunisia, ternyata menggunakan akun-akun ini untuk kepentingan partai-partai politik di Tunisia dan luar negeri untuk mempengaruhi pemilu. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh laporan Unit Penelitian Digital DFRLab “The Atlantic Council” yang mengkhususkan diri dalam penyelidikan dan audit data yang dikirimkan kepadanya oleh Facebook untuk menghentikan penyalahgunaan atau penyesatan sesuai dengan apa yang dikenal “perilaku mencurigakan pengguna”.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa agensi ini mampu menargetkan audiens 3,8 juta orang di 10 negara Afrika, melalui laman dan akun pribadi dan grup tertutup dalam kerangka layanan pengaruh yang disebut “Operasi Carthage” yang mana agensi ini menghabiskan sekitar US$ 331 ribu dalam bentuk iklan Facebook, artinya sekitar 1 juta dinar Tunisia dihabiskan untuk menargetkan 3,2 juta orang.
Audiens yang ditargetkan melalui 446 laman di jejaring Facebook, di antaranya laman-laman yang didedikasikan untuk menargetkan audiens Tunisia. Laman-laman ini dikelola dari akun pribadi, beberapa di antaranya telah dihapus, dan sekitar 182 akun pribadi, di samping menghabiskan dana iklan untuk grup-grup tertutup sebanyak 96 grup dan 209 akun Instagram, yang sebagian besarnya telah dihapus pada akhir Mei lalu.
Akun-akun yang memberikan jasa penyesatan (disinformation) dan menyebarluaskan informasi keliru tentang pribadi-pribadi politik Tunisia, selain melakukan proses untuk mengelabuhi pengguna dengan meluncurkan laman sebagai laman (sosial) atau hiburan yang tidak menyentuh topik-topik politik dengan cara yang membantu pemasarannya dan memastikan pelanggan bergabung sebelum mereka mengubah nama dan bidang kegiatan mereka menjadi politisi. Beberapa diciptakan dengan periode kampanye, mirip dengan laman “Tunisian Election 2019” yang mengorganisir banyak proses menyebar pandangan yang mengunggulkan kemungkinan kemenangan Nabil Qarawi dalam pemilu presiden. Dan salah satunya adalah publikasi hari pemungutan suara di putaran pertama pemilihan presiden dengan tujuan mempengaruhi suasana hati pemilih agar memilih Karoui sebagai pemenang.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa kita temukan dia menjadi pesaing utama di babak kedua bagi Profesor Qais Sa’id, yang secara mengejutkan muncul puluhan laman yang mendukungnya selama kampanye pemilihan yang mentransmisikan semua kegiatan hariannya. Meskipun sebagian besar laman ini dan publikasi terarah ini didanai, dan meskipun ia terus memimpin jajak pendapat selama berbulan-bulan sebelum hari pemilihan, hanya saja media massa pemilihan resmi terus membujuk para pengikutnya bahwa profesor hukum konstitusional itu telah memenangkan pemilihan presiden tanpa dana, dan modalnya hanyalah apa yang dihitung termasuk kopi di tempat-tempat populer.
Karenanya kami prihatin dengan “algoritma” yang berfungsi untuk menciptakan mobilitas dan mempromosikan konten yang akan diterbitkan di antara pengguna, yang diperkirakan lebih dari 3 juta terpapar bahan itu, diterbitkan melalui puluhan akun palsu dan laman-laman yang dikelola oleh tim spesialis yang bekerja kepada perusahaan ini, untuk membatasi persaingan antara dua orang, Qais Sa’id dan Nabil Qarawi. Yang pertama dikenal sebagai tokoh bersih dan zuhud di pemerintahan dan kebersihan tangannya bahwa ia dengan tegas menolak campur tangan asing dalam urusan negara. Sedangkan yang kedua ditampilkan sebagai simbol korupsi, mafia, dan meminta bantuan asing, bahkan hingga Zionis, untuk sampai ke pemerintahan. Dan hasilnya adalah wajar, lebih kuatnya bobot Qais Sa’id terhadap bobot Qarawi.
Bagaimana menghadapi manipulasi opini publik
Apa yang harus dipahami oleh setiap politisi saat menggunakan jaringan komunikasi adalah bahwa ia berurusan dengan salah satu alat intelijen internasional yang paling penting dalam mengarahkan, menyesatkan, dan menipu orang. Dan bahwa alat-alat ini berkembang hari demi hari dengan memanfaatkan teknik kecerdasan buatan (artificial intelligence-AI). Oleh karena itu, adanya ribuan akun palsu dan algoritma akumulasi like dan komentar otomatis melalui program serta aplikasi tambahan dan pelaporan laman secara otomatis untuk memblokir dan menutupnya dengan imbalan pembiayaan jutaan laman merupakan hal wajar dan setiap hari. Hal itu membuat perilaku kolektif di dalam tempat-tempat virtual ini diarahkan dengan cara yang sulit untuk lepas dari dampaknya, yang mana rumor di tempat ini hampir menjadi berita meyakinkan yang tidak ada ruang untuk menafikan dan menyangkalnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap orang yang ingin mempengaruhi melalui jaringan-jaringan ini untuk mempersenjatai diri sementara waktu dengan sejumlah tindakan sampai alternatifnya siap. Dan mungkin langkah-langkah paling penting adalah:
– Gunakan email yang valid dan tautkan ke nomor telepon.
– Hindari nama alias dan perlunya meletakkan foto nyata yang dapat mengkonfirmasi identitas orang tersebut.
– Upayakan memasang foto acara resmi dan membaginya dengan teman di dalam jaringan, yang mengkonfirmasi bahwa itu akun resmi itu asli dan tidak palsu, seperti kafe politik atau gambar dari forum politik atau lainnya.
– Mempersiapkan laman-laman alternatif untuk laman resmi yang kadang dipandang mempromosikan seruan kebencian atau anti-Semitisme, dan mempersiapkan terjadinya penutupan otomatis setiap saat, yang mana laman ketiga diaktifkan setiap kali laman pertama ditutup, dan langsung menggunakan laman kedua, dan seterusnya.
– Membackup konten laman secara berkala, sehingga konten tidak hilang saat laman ditutup.
– Letakkan publikasi laman yang sama itu di situs resmi.
– Letakkan postingan yang membicarakan urusan publik dengan kalimat umum yang dapat dipahami oleh masyarakat umum.
– Letakkan publikasi yang berbicara tentang urusan publik dengan kata-kata yang khusus untuk sebagian kalangan dan ilmuwan disertai pengkhususan pada kelompok yang ditarget dengan publikasi itu (fiqhiyah, intelektual atau politik).
– Upayakan meringkas ide yang ingin dipromosikan dan menyoroti rasa yang sesuai dengan realita sedapat mungkin, seraya meletakkan gambar yang ekspresif dan mencolok.
– Mencoba menggunakan tagar yang paling terlihat sedapat mungkin, dan menggunakannya demi ide yang akan dipublikasikan.
– Pastikan untuk mempublikasikan ulang berita tertulis dan visual dengan komentar yang memancar dari sudut pandang Islam, dengan mempertimbangkan bahwa video adalah bahan yang paling dapat disebarkan.
– Pastikan bahwa penilaian yang sesuai dengan kenyataan paling mempengaruhi orang daripada yang lain, bahkan jika itu tidak mendapatkan jumlah like yang sama, dengan perlunya memperhatikan fakta bahwa publikasi lain pada laman yang didukung dengan mesin dan mekanisme yang tidak selalu mencerminkan realita hakiki untuk mendapatkan like dan interaksi.
– Pantau gema dari upaya media ini di tempat-tempat virtual dan cobalah untuk menuai manfaatnya di dunia nyata, melalui komunikasi yang disengaja.
Langkah-langkah ini, dan jika beberapa darinya dipandang memberikan informasi atau data kepada intelijen rezim yang ada, perjalanan pengemban dakwah dan tantangannya tidak membuatnya bersembunyi atau mengemban dakwah dari balik tirai, tetapi hukum asalnya adalah keluar untuk memimpin ummat dan di dalam hal itu tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Oleh karena itu yang diperlukan adalah pengemban dakwah itu hendaknya hanya memilih data yang memenuhi kelaparan Facebook, bukan berlebihan dalam memberikan laporan gratis kepada intelijen, terutama melalui percakapan pribadi yang telah terbukti secara meyakinkan tanpa keraguan bahwa itu sepenuhnya direkayasa oleh rezim. Bahkan Facebook telah menambahkan fitur yang memungkinkannya untuk memata-matai penggunanya bahkan setelah pengguna meninggalkan jaringan ini, yang mana fitur itu melacak semua penggunaan internet lainnya dan mencatat semua kata pencarian yang digunakan pada perangkat apa pun yang terhubung ke email yang sama.
Ini, dan cara yang paling benar dan lurus untuk melawan pengaruh dari jaringan-jaringan ini adalah apa yang akan dilakukan oleh negara Khilafah ketika itu berdiri, insya Allah:
Pertama: merekayasa dan membuat jaringan, aplikasi, dan perangkat lunak lainnya sehingga komunikasi elektronik tidak menjadi monopoli terbatas perusahaan asing dan sesuai dengan persyaratan dan perjanjiannya dengan berbagai sistem seperti yang berlaku saat ini. Melainkan, itu terbuka untuk Ummat Islam dengan alat-alat buatan ummat sendiri sehingga memenangkan pertempuran teknologi sebagai bagian dari memenangkan pertempuran politik.
Kedua: menggunakan semua itu demi dakwah menyeru umat manusia kepada Islam sebagai risalah rahmatan lil ‘alamin dan untuk mencampakkan kapitalisme yang membuat umat manusia menderita siksaan yang buruk. Sebagaimana bahwa perlakuan Daulah Khilafah terhadap rakyatnya tidak akan sama dengan perlakuan rezim-rezim saat ini yang menggunakan semua jaringan ini untuk memata-matai bangsa-bangsa mereka sendiri.
Kami memohon kepada Allah Yang Mahakuasa agar hal itu terealisir segera, bukan nanti, agar memberi kita taufik kepada apa yang Allah sukai dan ridhai dan agar Allah menggunakan kita utnuk menolong agama-Nya dan mengunggulkan agama-Nya di muka bumi agar Allah memuliakan kita semua dengan Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.[]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info