Kelaparan di Gaza Adalah Genosida Sistematis, Bukan Bencana Alam!

 Kelaparan di Gaza Adalah Genosida Sistematis, Bukan Bencana Alam!

Penduduk di Jalur Gaza bagian utara terpaksa bersusah payah mencari makanan apa pun yang bisa dimakan, dan mereka sampai pada titik menggiling pakan ternak dan unggas untuk dimakannya, serta mencari dedaunan yang tumbuh di lahan pertanian.

Pada hari Rabu (28/2/2024), Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza mengkonfirmasi terjadinya kematian akibat kelaparan, sementara peringatan mengenai penyebaran kelaparan yang lebih luas tak henti-hentinya disampaikan baik di dalam maupun di luar negeri.

Sementara itu, Ammar Ammar, Direktur Media Regional UNICEF untuk Timur Tengah, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera menyerukan masuknya bantuan secara aman dan berkelanjutan ke seluruh wilayah Jalur Gaza, serta mencatat bahwa sekitar 90% anak-anak Gaza menderita kekurangan gizi (aljazeera.net, 20/2/2024).

**** **** ****

Kelaparan di Gaza merupakan bagian dari agresi dan blokade, tidak terpisah dari tindakan militer yang bertujuan memusnahkan masyarakat Gaza dan berupaya menggusur mereka, hal ini terlihat jelas melalui pernyataan para pemimpin entitas Yahudi. Hanya 48 jam setelah dimulainya agresi di Gaza, Menteri Pertahanan entitas Yahudi, Yoav Gallant, mengumumkan keputusannya untuk mencegah masuknya “makanan, air, dan bahan bakar ke Jalur Gaza,” “sehingga keputusan tersebut merupakan momen aktual di mana pendudukan mulai menerapkan pemblokadean untuk menciptakan kelaparan di Jalur Gaza.”

Sehingga mengatasi kelaparan itu sebagai bencana kemanusiaan atau ekonomi adalah tindakan yang menyesatkan dan merupakan sebuah konspirasi terhadap rakyat Gaza. Kelaparan tersebut bukanlah akibat dari gempa bumi atau bencana alam, melainkan sebuah rencana sistematis yang diumumkan dengan segala keterusterangan dan arogansi di hadapan mata dunia dan umat Islam.

Umat yang negerinya penuh dengan berbagai potensi dan kekayaan sedang menderita kelaparan buatan, sehingga hal ini mencerminkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh umat yang tidak memiliki kedaulatan dan pengambilan keputusan politik yang bersumber dari akidah dan budayanya. Jadi bagaimana sebuah negara yang kaya akan sumber daya dan kekayaan dikuasai oleh kolonial Barat, sehingga mereka yang menikmati kekayaan, minyak, gas, dan buah-buahan dari negeri kita … Bagaimana umat ini bisa bertahan dalam ketidakmampuan menyediakan makanan bagi sebagian besar penduduknya ketika mereka melihat mereka memakan pakan ternak dan anak-anak mereka mati kelaparan?

Kelaparan buatan dan sistematis di Gaza adalah untuk menundukkan rakyatnya agar menyerah pada solusi Amerika yang menjamin stabilisasi kaum Yahudi yang terpuruk, dan upaya untuk mengintegrasikan mereka ke dalam lingkungan melalui normalisasi. Sedangkan rezim boneka Barat di negeri kita berpartisipasi dalam hal ini, memblokade rakyat Gaza, sebaliknya mereka memasok sayuran, buah-buahan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan entitas Yahudi melewati koridor aman dan mudah.

Isu kelaparan di Gaza mencerminkan ketidakberdayaan yang dibuat-buat di negeri kita, dimana ketergantungan para rezim boneka yang berkuasa di negeri ini selalu siap untuk membakar negeri, membuat rakyat kelaparan, serta menjadikan mereka tunduk pada kepentingan penjajah dan pendudukan demi menjaga takhta mereka yang sudah usang.

Sementara para rezim, penguasa, dan lembaga-lembaga internasional adalah alat di tangan Barat dan Amerika. Lembaga-lembaga internasional meninggalkan Gaza pada awal perang, menyebabkan rakyatnya menderita kelaparan, penyakit, dan kehancuran. Tidak ada bantuan yang masuk kecuali atas perintah dari entitas Yahudi dan pengawasan dari mereka, ketika Program Pangan Dunia berkata, “sampai kondisi aman tersedia,” yaitu ketika entitas Yahudi mengizinkan mereka untuk melakukan hal tersebut! Dengan demikian, semua klaim hak asasi manusia untuk hidup, makan, dan menerima obat-obatan yang selalu dinyanyikan dan diusung oleh negara-negara Barat dengan slogan-slogan yang menutupi kebrutalan dan barbarisme kolonial mereka, maka semua itu menjadi berguguran di Gaza.

Kelaparan di Gaza menggambarkan keadaan sebuah umat yang kelaparan, tidak berdaya dan terbelenggu, tang melihat dengan mata kepala sendiri kemunafikan dan kebohongan para rezim, serta melihat film-film propaganda murahan tentang bantuan yang menumpuk di penyeberangan, dan menjatuhkannya melalui udara di perbatasan sebagai sandiwara lucu yang menari di atas kepedihan rakyat Gaza yang kelaparan, terluka, kelelahan, dan berduka, serta kemarahan umat yang menyadari bahwa solusi atas kelaparan dan pembunuhan secara sistematis ini bukan dengan sandiwara lucu yang justru menambah kesedihan ini.

Solusi atas kelaparan di Gaza dan hasrat umat yang kuat untuk menolongnya tidak bisa lain kecuali dengan mencabut para penguasa pengkhianat ini dari akarnya, dan memulihkan kekuasaan umat yang telah dicuri, serta mendirikan Khilafah ‘ala minhājin nubuwah yang akan membebaskan tanah dan mengembalikan kekayaan. Sehingga tidak akan ada lagi kelaparan, penghinaan, atau sandiwara lucu yang dilakukan oleh para penguasa kerdil, namun yang ada hanyalah seorang Khalifah yang akan memimpin tentara, menyerbu perbatasan, membuka pemblokadean, memberi makan anak-anak, dan menyelamatkan seluruh umat dari kezaliman para tiran yang membuat dunia diselimuti kegelapan. [] Dr. Musab Abu Arqoub

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 2/3/2024.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *