Kejahatan Seksual Meningkat, Perempuan Merasa Semakin Tidak Aman

Mediaumat.id – Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengungkapkan semakin meningkatnya tingkat kejahatan seksual yang menimpa kaum perempuan menyebabkan perempuan saat ini merasa semakin tidak aman.

“Pantas ya bila hari ini perempuan merasa semakin tidak aman karena tingkat kejahatan seksual yang menimpa perempuan semakin meningkat,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (31/5/2023).

Iwan memberikan contoh beberapa kasus kejahatan seksual yang cukup tragis yang pernah terjadi di Indonesia. Contoh kasus-kasus kejahatan seksual tersebut di antaranya seorang remaja putri yang mendapatkan kejahatan seksual dari 11 orang pelaku, kemudian remaja putri di Bengkulu yang diperkosa, dibunuh, lalu dibuang jasadnya ke dalam jurang.

“Komnas Perempuan sendiri melaporkan pada tahun 2016 setiap 2 jam ada 3 perempuan di Indonesia diperkosa atau menjadi kejahatan seksual,” ucapnya.

Empat Faktor Penyebab

Ia menjabarkan setidaknya ada empat faktor penyebab kenapa kejahatan seksual semakin meningkat.

Pertama, semakin banyak laki-laki yang otaknya semakin kotor dan bejat kelakuannya. “Laki-laki seperti ini terkontaminasi virus liberalisme dan hedonisme, terutama karena konten pornografi. Maka jangan mengatakan menonton film porno tidak bermasalah. Laki-laki yang terpapar demikian akan menempatkan perempuan hanya sebagai objek pelampiasan seksual, bukan sebagai manusia yang mestimya dihormati sebagaimana ibunya, saudara perempuannya, dan juga anak perempuannya,” bebernya.

Kedua, tidak sedikit perempuan yang membuka celah kejahatan seksual. “Perempuan mau saja diundang bertemu dengan laki-laki di kamar hotel, rumah, tempat indekos, tempat sepi sehingga terbuka kesempatan laki-laki yang sudah rusak otaknya untuk melakukan kejahatan seksual,” ujarnya prihatin.

Ia mengingatkan bahwa kejahatan bukan hanya karena niat tapi seringkali juga karena ada kesempatan.

“Buat perempuan jangan buka kesempatan laki-laki melakukan tindakan kejahatan seksual pada Anda. Sekalipun laki-laki itu orang yang Anda kenal, misal teman, guru atau mungkin tetangga Anda. Waspadalah!” serunya.

Ketiga, hari ini tidak ada yang memberi perlindungan yang menyeluruh untuk kaum perempuan.

“Banyak perempuan mendapatkan pelecehan dan kejahatan seksual di mana-mana, seperti di mal, perkantoran, tempat kerja, bahkan tempat umum. Kita masih ingat ada serombongan perempuan yang diikuti laki-laki sampai ke dalam toilet, ada juga seorang karyawati yang dipaksa atasannya melakukan staycation dengan iming-iming diperpanjang kontraknya. Belum lagi guru wanita yang pulang malam atau pagi. Mereka juga rawan menjadi korban kejahatan seksual,” imbuhnya.

Empat, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku sangat ringan, yaitu hanya di penjara atau hanya dikebiri yang tidak memberikan efek jera kepada para pelakunya.

“Dalam Islam, seorang pelaku kejahatan seksual diancam dengan sanksi. Bila masih bujangan maka pelakunya diberikan sanksi pencambukan 100 kali jilid. Sanksi ini disaksikan banyak orang sehingga orang tahu tahu laki-laki ini adalah predator seksual. Namun bila pelakunya sudah menikah maka sanksinya adalah rajam sampai mati,” jelasnya.

Ia bertanya secara retoris jika dengan hukuman yang keras seperti ini, kira-kira apakah orang masih mau melakukan tindakan kejahatan seksual?

“Apalagi bila kemudian pelaku melakukan kejahatan tambahan seperti menculik, menganiaya, menyiksa, apalagi membunuh, maka sanksi yang diberikan bisa berlipat-lipat sesuai dengan syariat Islam,” tambahnya.

Gagal

Menurutnya sudah sangat jelas jika sistem kehidupan hari ini gagal melindungi perempuan karena mereka sering menjadi korban kejahatan seksual dan sering dieksploitasi. Selain itu, ia menambahkan di sisi lain juga laki-laki banyak yang dirusak akalnya dengan konten-konten pornografi ala kehidupan masyarakat Barat yang liberal.

“Sanksi yang sangat ringan juga tidak memberikan perlindungan dan pembelaan pada korbannya yaitu kaum perempuan. Jadi bila ingin perempuan hidup aman dan selamat hanya ada satu pilihan. Sudah jelas kan? Pasti tahu jawabannya,” pungkasnya.[] Erlina

Share artikel ini: