Kegagalan Tragis Amerika Dalam Penanganan Virus Corona Adalah Kegagalan Sistem Kapitalisme Sendiri

 Kegagalan Tragis Amerika Dalam Penanganan Virus Corona Adalah Kegagalan Sistem Kapitalisme Sendiri

Peta sebaran Corona di AS per 9 April 2020

Oleh: Ust. Ahmad Al-Khuthwaniy

Kegagalan tragis Amerika dalam menangani virus corona adalah bukti konkrit atas kegagalan kapitalisme, sistem dan langkah solutifnya. Meskipun Amerika memiliki kapasitas fisik yang mumpuni, hanya saja ia begitu lemah selemah-lemahnya dalam menghadapi sebuah penyakit. Pernyataan tersebut terlihat dari langkah penanganannya terhadap corona, ia layaknya negara bagian ketiga di dunia (negara berkembang). Pertanyaan  yang patut dilontarkan dengan tegas di sini adalah: Apa penyebab kegagalan ini?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat beberapa aspek mengenai kemampuan Amerika dalam bidang kesehatan, berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh media massa Al-Jazeera dalam wawancaranya bersama pakar Amerika Serikat, Mahmud Al-Minshawi, inilah ringkasan pernyataannya: “Amerika memiliki sejumlah rumah sakit terbaik di dunia, yang banyak dituju oleh konglomerat mancanegara. Berbagai teknologi maju kedokteran digunakan disana. Ia sangat maju di bidang penelitian ilmiah kedokteran dan memiliki peluang meraih nobel penghargaan di bidang kedokteran tanpa pesaing.

Yang lebih penting dari semua itu adalah Amerika menggelontorkan sebanyak 3,6 miliar USD untuk sektor pengelolaan kesehatan. Jumlah yang begitu fantastis ini senilai 17% pendapatan bersih Amerika dan setara lima kali lipat dana yang telah dialokasikan pada angkatan militernya.

Dana besar ini dialokasikan dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

  1. Dana asuransi kesehatan: 2,1 miliar USD
  2. Dana obat-obatan: 540 juta USD
  3. Dana insentif bagi sejumlah rumah sakit, dokter dan perawat: 800 juta USD
  4. Dana peralatan medis: 160 juta USD

Pemerintah federal dan pemerintah Amerika menanggung biaya 1,8 miliar USD, sedangkan para penduduknya menanggung 1 miliar USD. Begitu pula lembaga-lembaga lainnya menanggung sisanya, yaitu kurang dari satu miliar USD.

Biaya asuransi kesehatan (BPJS) di Amerika pun mulai bertambah sejak tahun 1983, senilai 74% saat upah di masa itu mencapai 24% saja, sedangkan asuransi kesehatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat melainkan hanya 50% penduduk Amerika”.

Inilah ringkasan pernyataaan beliau dengan sejumlah fakta penting di dalamnya, yaitu kegagalan Amerika dalam menangani virus corona tidaklah muncul dari masalah minimnya dana dan kapasitas, akan tetapi muncul karena permasalahan pendistribusian dana –secara khusus–, serta buruknya pengurusan masyarakat yang bersandar pada ideologi kapitalisme secara umum.

Amerika mengalokasikan lebih dari 53% dari anggaran belanja sektor kesehatan pada perusahaan asuransi yang telah menguras porsi besar dari anggaran belanja. Sedangkan  perusahaan farmasi mendapat porsi 15% dari anggaran belanja. Bisa dikatakan lebih dari 75% anggaran belanja ini dikuasai oleh perusahaan yang hanya mencari keuntungan. Ia memperjualbelikan kesehatan manusia melalui spekulasi anggaran belanja di pasar modal, juga melalui kepemilikan hak cipta produksi obat dan berakibat pada lonjakan harga obat serta biaya berobat.

Perusahaan-perusahaan asuransi dan farmasi telah mengambil keuntungan atas dana pemerintahan dan penduduk ini. Ia pun tidak memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan karena tujuannya hanyalah mengumpulkan pundi-pundi uang dengan memberikan pelayanan kesehatan terendah bagi mereka yang memilki asuransi. Dengan porsinya yang begitu besar atas dana tersebut, ia memiliki kesempatan untuk melipatgandakan hartanya melalui perjudian dalam bursa saham. Maka, tidak mengejutkan apabila sejumlah rumah sakit di Amerika –dalam menangani virus corona– justru kekurangan peralatan dasar medis yang tidak membutuhkan teknologi tingkat tinggi –dalam produksinya–, seperti alat bantu pernafasan, masker, alat pelindung diri (APD) dan sarung tangan medis.

Fenomena ini menggambarkan kenihilan pengelolaan kesehatan pada hal yang paling ringan sekalipun. Penyebabnya tidak lain adalah karena perusahaan-perusahaan asuransi dan farmasi tidak memedulikan apapun kecuali kepentingan dan keuntungan berlipatnya. Ia juga tidak mementingkan kesehatan masyarakat.

Akar permasalahan ini dalam sistem kapitalis bukan muncul dari minimnya dana atau kurangnya tenaga ahli, akan tetapi akar masalahnya adalah tidak adanya tanggung jawab negara dalam pengelolaan. Hal tersebut dikarenakan negara telah mengoper permasalahan urgen ini, yaitu pengeloaan kesehatan pada bagian khusus, lalu ia mencairkan dana fantastis tersebut kepada perusahaan-perusahaan asuransi kesehatan dan farmasi yang tidak memedulikan apapun kecuali menimbun keuntungannya.

Negara menyerahkan pekerjanya pada bagian khusus, yang dalam istilah kapitalis disebut dengan privatisasi. Negara lantas memberlakukan beragam peraturan untuk melindungi hak-hak perusahaan yang memegang sahamnya yang didapat dari konglomerat yang memanfaatkannya. Hal ini memuluskan masuknya sebagian besar dana tersebut ke kantong mereka tanpa perlu memberikan pelayanan kesehatan setimpal dengan dana yang ada dalam genggaman mereka.

Maka, penyebab tunggal bencana dan kerusakan ini kembali pada masalah privatisasi yang telah membelokkan anggaran dana masyarakat dan negara ke bagian khusus, dimana operasional belanjanya dilakukan dengan cara yang semakin menambah timbunan dana ini pada segelintir orang sesuai kadar yang paling banyak membayar, mengerahkan kemampuan dan berkorban. Namun tidak mencapai pengelolaan yang diharapkan. Selama dana privat itu terus betambah untuk pengelolaan kesehatan, ia tetap akan berada di bawah kendali bagian khusus yang tidak pernah mementingkan kepentingan umum layaknya ia mementingkan keuntungannya dan pertumbuhan kekayaannya.

Dari sinilah bencana paling besar terhubung dengan masalah ini, yaitu masalah privatisasi sektor kesehatan. Karena privatisasi tersebut menyebabkan penggelapan dana khusus dan penyalahgunaannya.

Solusi tuntas dari masalah ini sangatlah mudah, yaitu dengan mengembalikan peran bagian tersebut kepada negara dan pencabutan privatisasi secara keseluruhan. Yang berarti penghapusan sistem kapitalisme dan pelengseran penguasanya. Hal ini tidak akan bisa diterima dengan mudah oleh penguasa kapitalis dan antek-antek mereka. Maka dari itu, dibutuhkan revolusi atas kapitalisme dan penghapusannya untuk mencabut kezaliman pada masyarakat.

Ada pengganti yang tepat dari sistem buruk kapitalisme ini, tidak lain ialah Islam yang melarang privatisasi dan membatasi pengelolaan urusan masyarakat hanya di tangan khalifah. Karena  seorang khalifah adalah pemimpin dan ia bertangggung jawab atas apa yang ia pimpin. Tidak ada celah bagi bagian khusus dalam pengelolaan kenegaraan. Bagaimana tidak, sedangkan Rasulullah SAW telah memberikan dokter khusus untuk melayani setiap masyarakat muslim. Rasulullah SAW juga mengirimkan dokter pada Ubay bin Kaab ketika ia sakit untuk membedah penyakitnya. Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari ayahnya ia berkata, ”Aku pernah sakit di zaman Khalifah Umar bin Khattab r.a kemudian ia memanggilkan untukku seorang dokter yang kemudian merawatku”.

Negara dalam Islam melakukan pengelolaan kesehatan secara langsung dan tidak mengizinkan bagian khusus lain untuk ikut campur dalam pengurusan kenegaraan. Maka, pengobatan dalam negara pun digratiskan, begitupula pendidikan, dan tidak diizinkan adanya privatisasi di dalamnya. Negara juga tidak memberikan individu kesempatan untuk menggantikan posisi negara sebagaimana yang dilakukan oleh  sistem kapitalisme. Dengan ini, maka kemampuan negara sangat tinggi, pelayanan sangat baik dengan tanggungan biaya yang begitu ringan. Hanya dengan Islam saja, kita dapat menuntaskan bermacam permasalahan, di antaranya masalah pengelolaan kesehatan dengan kapasitas yang mumpuni. Hanya dengan negara Islam saja kita bisa menyelamatkan kembali masyarakat dari kebrutalan kapitalisme, eksploitasi dan hegemoninya.[]

 

Sumber: Surat Kabar Ar-Rayah, Edisi 281, terbit tanggal 15 Sya’ban 1441 H/8 April 2020 M

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *