Kegagalan Penerapan Prinsip Satu Cina Pada Tiga Etnis Minoritas

Mediaumat.id – Kabar seorang pria Tibet di Cina ditahan akibat menentang kebijakan pengajaran bahasa Mandarin di sekolah-sekolah menggantikan bahasa lokal di Tibet, dinilai merupakan kegagalan penerapan prinsip “One Cina” atau satu Cina.

“Rupanya prinsip ini gagal dalam mengintegrasikan kawasan-kawasan tersebut, karena memang kegagalan tata nilai dan ideologi Cina secara internal,” ujar Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Fika Komara kepada Mediaumat.id, Senin (17/1/2022).

Menurut Fika, Cina menjadikan tiga etnis minoritas sebagai target persekusi karena merupakan bagian dari cita-cita dan prinsip “One Cina” atau satu Cina untuk seluruh kawasan Tiongkok daratan, termasuk Taiwan, Mongolia, Tibet dan Xinjiang.

Fika memandang, pemaksaan budaya dan bahasa mandarin dari etnis Han kepada etnis-etnis lain jelas akan menemui kegagalan karena ditempuh dengan paksaan, tanpa dialog rasional dan miskin kekayaan nilai budaya. Ditambah tiga etnis tersebut memiliki keunikan masing-masing dan merupakan kawasan yang kaya dan strategis. Berbagai faktor ini semakin memperkuat aksi-aksi separatisme terhadap Cina.

“Wajar integrasi sosial menjadi sulit, apalagi pendekatannya represif,” ucapnya.

Untuk menghadapi persekusi tersebut, Fika menilai, para tokoh dan pemuka etnis tersebut harus menyadari bahwa Cina adalah negara kapitalis dengan ekonomi sebagai kepentingan utamanya, sementara di sisi lain Cina tetap mempertahankan nilai-nilai komunisme di dalam negerinya. Sehingga hegemoni Cina terhadap tiga kawasan tersebut jelas tidak tulus.

Menurut Fika, integrasi sosial dalam suatu negara tidak bisa dilakukan secara represif dengan tangan besi atau pun dengan kekuatan uang dan ekonomi. Tetapi harus dimulai dari kekuatan ideologi itu sendiri yang membangun ruang dialog peradaban.

Terakhir, Fika mengatakan, pelajaran yang bisa diambil dari peradaban Islam adalah kemampuannya dalam melakukan peleburan masyarakat secara alami dan mengakar.

“Tanah dan negeri yang dibebaskan oleh pasukan Muslim tidaklah hancur lebur, justru penduduknya dengan sukarela masuk Islam dan mendakwahkannya, bahkan di antaranya menjadi pusat peradaban Islam seperti Mesir dan Syam,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: