Oleh: Ilham Efendi (Direktur RIC)
Israel telah mencaplok 85% tanah Palestina. Sementara solusi damai yang ditawarkan oleh para penguasa Arab dan Liga Arab ini sangat aneh dan impoten. Padahal yang terjadi di sana adalah pembantaian, pendudukan dan perampasan hak atas penduduk Gaza. Yang terjadi adalah Yahudi Israel melakukan serangan dengan persenjataan yang lengkap dan canggih melalui darat, laut dan udara. Sebaliknya, penduduk Gaza, termasuk Hamas, adalah pihak yang mempertahankan diri dan membela hak-hak mereka.
Kalaupun di sana ada dua pihak yang saat ini saling menyerang, sungguh kekuatannya sangat tidak seimbang. Kekuatan yang dimiliki penduduk Gaza tidak sampai satu persen dari kekuatan yang dimiliki Yahudi Israel. Jadi, jelas solusi menghentikan peperangan adalah penyesatan yang dilakukan oleh para penguasa Arab.
Solusi yang mereka tawarkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Dalam hal ini para penguasa Arab kalah hebat dari solusi yang pernah ditawarkan oleh Hugo Chavez ketika menjadi Presiden Venezuela. Chavez mampu berbuat lebih jauh daripada para penguasa Arab. Sebagai protes terhadap Israel, Chavez mengusir Duta Besar Israel dari negaranya. Sungguh, jika dibandingkan dengan tindakan Chavez, perbuatan para penguasa Arab sangatlah memalukan.
Hal ini mereka lakukan karena sebenarnya pemerintahan negara-negara Arab sudah kehilangan kedaulatan. Negara-negara Arab kini hidup dalam jajahan Amerika dan negara-negara Barat, baik dalam bidang ekonomi, budaya, militer maupun politik. Karenanya sangat wajar jika sikap mereka dalam permasalahan Palestina dan masalah-masalah lainnya yang menimpa Dunia Islam selalu mengikuti arahan dan keinginan Amerika, Eropa atau Dewan Keamanan PBB; seolah-olah mereka bukan bagian dari umat ini.
Pada kenyataannya mereka memang tidak merepresentasikan umat. Mereka bukan bagian dari umat. Bahkan mereka benar-benar telah terpisah dari umat. Pemikiran dan perasaan mereka berbeda dengan pemikiran dan perasaan umat. Tidak ada satu penguasa pun yang menyelesaikan permasalahan demi rakyat mereka. Mereka justru menyerahkan permasalahan tersebut kepada negara-negara berpengaruh baik itu Amerika, Uni Eropa, Rusia atau PBB.
Lebih jauh lagi, para penguasa Arab telah menipu umat selama puluhan tahun. Berkali-kali mereka telah merekayasa berbagai peperangan dengan Israel dengan tujuan untuk menunjukan kepedulian mereka terhadap Palestina. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pengkhianatan mereka terhadap Islam dan kaum Muslim. Pasalnya, yang terjadi sebenarnya bukanlah peperangan sunggguhan. Semua peperangan tersebut berakhir dengan intervensi dunia internasional sehingga berakhir dengan cepat. Dari peperangan yang direkayasa ini kemudian dibuat kesan bahwa Israel tidak pernah terkalahkan. Karenanya, menurut mereka, solusi satu-satunya adalah perdamaian dengan Israel. Padahal inisiatif perdamaian demi perdamaianlah yang selama ini semakin mengokohkan eksistensi Israel.
Kaum Muslim seharusnya menyadari bahwa Yahudi sebenarnya lemah dan pengecut. Mereka tidak akan mampu berhadapan dengan kaum Muslim jika saja kaum Muslim bersatu. Jika kita menelaah nash al-Quran tentang kaum Yahudi, jelaslah bahwa Kaum Yahudi sebenarnya kaum yang lemah. Mereka tidak akan pernah memiliki kekuatan jika berhadapan dengan umat Islam yang bersatu di bawah satu komando kepemimpinan. Allah Swt. berfirman:
لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأدْبَارَ ثُمَّ لا يُنْصَرُونَ، ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
Mereka tidak akan membahayakan kalian, kecuali hanya dengan kata-kata mereka yang menyakitkan. Jika mereka memerangi kalian, niscaya mereka akan mundur kocar-kacir, kemudian mereka tidak akan mendapatkan kemenangan. Mereka akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia (QS Ali Imran [3]: 111-112).
Dua ayat ini menjelaskan posisi Yahudi di hadapan umat Islam. Setelah Allah menjelaskan posisi umat Islam sebagai umat terbaik (khayra ummah) pada ayat sebelumnya (ayat ke-110), pada dua ayat ini Allah menjelaskan bahwa Yahudi seharusnya tidak berkutik, lemah dan tidak berdaya jika berhadapan dengan umat Islam. Mereka baru akan mendapat kemuliaan jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tali Allah adalah transaksi dzimmah (yaitu menjadi kafir dzimmi) dan membayar jizyah kepada pemerintahan Islam. Adapun yang dimaksud dengan tali manusia adalah: perdamaian, perjanjian dan suaka dari umat Islam. Kedua ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa umat Islam akan ada pada posisi kuat jika mereka memiliki pemerintahan yang mandiri. Pemerintahan inilah yang akan memberikan perlindungan (dzimmah) dan jaminan keamanan kepada Yahudi. Jika kaum Yahudi tidak mau menjadi ahl adz-dzimmah dan tidak meminta suaka kepada umat Islam maka mereka tidak akan ada dalam posisi aman. Dimana saja mereka berada akan selalu terusir dan dihinakan.[]