Kebrutalan Polisi dan Agresi Militer AS: Dari Kulit Hitam Amerika Hingga Dunia Muslim

Oleh 5Pillars

Hakeem Muhammad, dari Black Dawah Network yang berbasis di AS mengatakan Amerika Serikat telah mengekspor kebrutalan yang diderita oleh orang-orang kulit hitam Amerika dengan kegiatan militernya di dunia Muslim.

Ahmaud Aubrey, Breonna Taylor dan George Floyd adalah nama-nama orang kulit hitam terbaru yang terbunuh secara tragis karena rasisme dan kebrutalan polisi.

Jadi apa yang ditanggapi oleh orang-orang Afro-Amerika dalam demonstrasi di negara itu yang kemudian menjadi terkenal adalah karena kepolisian yang menduduki komunitas kulit hitam mirip seperti tentara asing yang menduduki negara jajahannya.

Dan ada hubungan yang tidak terpisahkan antara kebrutalan polisi dalam negeri yang dilakukan terhadap orang kulit hitam Amerika dan kekerasan militer AS yang dilakukan terhadap umat Islam di luar negeri.

Jika seseorang ragu dengan pernyataan ini maka mereka harus melihat bagaimana pemerintah AS telah mengirim para perwira polisi rasis yang awalnya ditugaskan untuk berpatroli kepada orang-orang kulit hitam untuk kemudian memimpin penyiksaan dan perlakuan kejam kepada para tahanan Muslim di Abu Ghraib dan Teluk Guantanamo.

Abu Ghraib

Gambar-gambar yang muncul dari kamp penyiksaan penjara Abu Gharib menunjukkan bahwa Muslim Irak yang ditelanjangi diikat dengan tali seolah-olah mereka adalah binatang; Tahanan orang-orang Irak itu ditumpuk; dan Muslim Irak menjadi sasaran penyiksaan berat termasuk dengan waterboarding dan sodomi.

Gambar-gambar itu hanya yang diambil dari kamp-kamp yang kita ketahui dan yang telah bocor ke publik. Umat Muslim bisa membayangkan tindakan penyiksaan dan penderitaan yang tidak berprikemanusiaan di tempat-tempat lain yang tidak terungkap ke publik.

Charles Graner, seorang penjahat perang dan mantan anggota cadangan Angkatan Darat AS dihukum karena penyalahgunaan tahanan sehubungan dengan skandal penyiksaan para tahanan Abu Ghraib tahun 2003-2004. Sebelum menjadi perwira militer AS di Irak, ia adalah perwira lembaga pemasyarakatan di Green County, Pennsylvania di mana mayoritas narapidananya adalah berkulit hitam. Para tahanan di sana mengeluh bahwa dia adalah seorang sipir penjara yang tidak manusiawi.

Dalam satu kasus yang terungkap, seorang pria kulit hitam mengakku dia dipukuli hingga berdarah-darah. Entah bagaimana huruf-huruf “KKK ditulis di darahnya. Seorang tahanan kulit hitam lainnya, Horatio Nimley, mengajukan gugatan yang menyatakan bahwa Charles Graner meletakkan pisau cukur di dalam kentang tumbuknya. Ketika Horatio Nimley menggigit kentang tumbuk, pisau cukur yang tersembunyi itu memotong mulutnya. Petugas pemasyarakatan Charles Graner kemudian menertawakan kejadian itu.

Ketika Horatio Nimley mulai bercucuran darah dan meminta tolong, Charles Graner memikul di wajahnya dan menendangnya. Lalu dia berkata Graner mengatakan kepadanya, “Diam, negro, kami akan membunuhmu.” Tahanan kulit hitam lainnya menyatakan bahwa mereka menjadi korban paksa sodomi dan penyerangan fisik di penjara ini.

Ini adalah latar belakang Charles Graner yang kemudian akan mengawasi kamp tahanan Abu Gharib di Irak.

Teluk Guantanamo

Richard Zuley ditugaskan oleh Menteri Pertahanan untuk menginterogasi para tahanan Muslim di Teluk Guantanamo. Zuley dikenal karena memaksa para tahanan untuk duduk berjongkok untuk waktu yang lama dan bahkan mengancam anggota keluarga mereka. Secara khusus, Zuley mengawasi interogasi atas Mohamedou Ould Slahi.

Taktik interogasi dari interogasi Richard Zuley termasuk mengatakan kepada Slahi bahwa ibunya akan dibawa ke Teluk Guantanamo di mana dia akan diperkosa. Kemudian, seekor anjing gembala Jerman dibawa ke sel Salahi di mana dia ditutup matanya, dipukuli wajahnya, tulang rusuknya, sebelum akhirnya dibuang ke bagian belakang truk.

Sebelum Richard Zuley mengawasi penyiksaan terhadap umat Islam di Teluk Guantanamo, dia bekerja sebagai detektif di Departemen Kepolisian Chicago selama hampir 40 tahun di mana dia mengawasi gedung pusat interogasi yang diperbesar. Banyak orang Afrika-Amerika di Chicago yang salah hukum atas kejahatan yang dituduhkan kepada mereka dan telah disiksa oleh Zuley agar mengakui kejahatan yang tidak mereka lakukan.

Boyath Lathierial adalah salah satu dari para korban ini. Dia adalah seorang pengusaha Afrika-Amerika yang sukses yang ditangkap dan dijebak oleh Zuley atas tuduhan pembunuhan. Ketika Zuley menggeledah rumah Boyd, dia mengatakan kepadanya, “Seharusnya tidak ada negro yang hidup seperti ini.”

Zuley menyuruh Boyd untuk duduk dalam posisi jongkok selama beberapa jam dan Boyd menyatakan bahwa Zuley menaruh bukti padanya. “Menurutmu apa yang akan dia lakukan kepada seorang negro di kantor polisi Chicago? Saya tidak punya kesempatan, teman. Seseorang yang sakit seperti itu, ”kata Boyd. Setelah 23 tahun dipenjara, Latherial Boyd kemudian dibebaskan.

Penyiksaan orang kulit hitam oleh Departemen Kepolisian Chicago termasuk menyengat listrik pada alat kelamin untuk memaksa pengakuan, menggunakan rokok hingga membakar kulit, mati lemas, serangan seksual, serangan fisik, dan eksekusi pura-pura.

Realitas kebrutalan polisi

Malcolm X, ikon besar Muslim Afrika-Amerika, adalah seorang kritikus vokal tentang kebrutalan polisi yang dihadapi orang Afrika-Amerika.

Dalam satu pidato, Malcolm X menyatakan: “Pers yang dikendalikan telah mengobarkan publik kulit putih dalam melawan orang negro” sehingga menyebabkan “taktik Gestapo, menghentikan setiap pria kulit hitam yang sedang berjalan di trotoar, apakah dia bersalah atau tidak … publik kulit putih menganggap bahwa polisi kulit putih dibenarkan masuk ke sana dan menginjak-injak hak-hak sipil orang itu dan hak asasi manusia orang itu. ”

Dan janganlah kita lupa bahwa banyak polisi yang menempati lingkungan hulit hitam berlatih di bawah Angkatan Bersenjata Israel.

Apa yang dikatakan bahwa Charles Graner (sebelum mengawasi penyiksaan Muslim di Abu Gharib) adalah seorang petugas pemasyarakatan di penjara dengan mayoritas Afrika-Amerika? Apa yang dikatakan bahwa salah seorang tahanan Afrika-Amerika tersebut menyatakan bahwa dia disebut sebagai seorang “Negro” oleh Zuley dan tahanan Afrika-Amerika lainnya menyatakan bahwa dia dipukuli di fasilitas tahanan itu dengan “KKK” tertulis dalam darahnya?

Apa yang bisa dikatakan bahwa Richard Zuley (yang ditugaskan oleh Menteri Pertahanan untuk mengawasi penyiksaan Muslim di Teluk Guantanamo) sehingga menjabat sebagai detektif polisi Chicago selama lebih dari 40 tahun di mana banyak orang Afrika-Amerika menyatakan mereka menjadi sasaran penyiksaan?

Fakta bahwa kaum rasis aktif direkrut sebagai pemimpin inti dari tempat-tempat penyiksaan Muslim yang paling terkenal sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah karier mereka sebelumnya dalam mengawasi orang-orang Amerika Hitam memberi mereka daya tarik tertentu kepada orang-orang yang mempekerjakan mereka.

Jika umat Islam dapat mengakui tindakan tidak manusiawi di Teluk Guantanamo dan Abu Ghraib, lalu apa yang Anda kira dialami oleh orang-orang kulit hitam ketika mereka memulai kariernya dengan menjadi polisi atas orang-orang kulit hitam dan dipilih untuk peran mereka di Teluk Guantanamo dan Abu Gharib dengan riwayat hidup karena telah menjadi polisi komunitas kulit hitam ?

Janganlah kita melupakan nasib orang-orang Afrika-Amerika. Banyak yang dibawa ke sini (AS) sebagai Muslim yang tertangkap. Dan polisilah yang pertama ditugaskan di Amerika Serikat untuk menangkapi kembali orang-orang Afrika yang menjadi budak dan melarikan diri dari perbudakan dan yang merencanakan pemberontakan kaum budak.

Sejarawan Joa Jose Reis menulis bahwa “Agama-agama kaum budak adalah ilegal. Mereka lebih merupakan urusan polisi daripada masalah hukum konstitusional. ” Polisilah yang ditugaskan untuk memerangi Muslim Afrika yang diperbudak yang kemudian melancarkan pemberontakan kaum budak yang monumental di Bahia, Brasil. Itu karena supremasi kulit putih yang memperbudak Muslim Afrika tidak bisa meneruskan agama mereka kepada keturunan mereka akibat undang-undang rasis yang memerintahkan kaum Muslim Afrika yang diperbudak untuk dipaksa masuk agama Kristen.

Mengingat sejarah ini, umat Islam seharusnya tidak terkejut jika ada petugas polisi yang brutal terhadap orang kulit hitam kemudian direkrut untuk menyiksa umat Islam di sini (AS) dan di luar negeri.

Bagaimana umat Islam dapat mendukung komunitas kulit hitam?

Ketika orang Afrika-Amerika bangkit untuk mengambil sikap menentang kebrutalan polisi, kita harus mengingat kata-kata yang disampaikan oleh Malcolm X dalam wawancara terakhir hidupnya di mana dia mengatakan: “Banyak yang mencemaskan saya, hingga sekarang, dunia Muslim tampaknya mengabaikan masalah orang kulit hitam Amerika, dan sebagian besar Muslim yang datang ke sini dari dunia Muslim lebih memusatkan upaya dalam upaya mengajak orang kulit putih Amerika untuk masuk Islam daripada mengajak orang kulit hitam Amerika. ”

Sebagai Muslim, kita seharusnya satu tubuh yang ketika satu bagian tubuh sakit maka seluruh tubuh juga sakit. Semua Muslim baik di sini maupun di luar negeri harus berdiri dalam solidaritas bersama komunitas Afrika-Amerika ketika mereka berdemonstrasi menentang kebrutalan polisi melalui cara-cara yang nyata. Dunia Muslim tidak bisa lagi berpaling dari masalah yang dihadapi orang kulit hitam Amerika ketika perjuangan kita saling terkait.

Malcolm X menyatakan bahwa “dunia Muslim akan menyadari bahwa wilayah yang paling subur bagi Islam di Barat adalah orang kulit hitam Amerika,” sambil menunjukkan keyakinannya bahwa Islam akan memainkan peran monumentalnya dalam perjuangan pembebasan orang-orang Afrika-Amerika.

Black Dawah Network adalah organisasi Islam yang mempromosikan nilai-nilai dan etika Islam di pusat kota dengan enduduk kulit hitam Amerika. Hal ini mengikuti tradisi Malcolm X yang keluar-masuk wilayah pemukiman kumuh di Detroit dengan mengajak semua komunitas kulit hitam untuk masuk Islam.

Visi Black Dawah Network adalah untuk menghasilkan generasi Muslim berikutnya yang akan berdiri kokoh di atas tali Allah untuk bisa menyampaikan dakwah kepada orang-orang yang sangat membutuhkan apa yang ditawarkan Islam, keadilan dan orang-orang yang tidak mengenal rasa takut, dengan menyampaikan pesan Nabi Muhammad SAW yang diterima dari Tuhan.

Black Dawah Network mengikuti tradisi Malcolm X, yang menanggapi Said Ramadan pada tahun 1965 setelah dia menyatakan keprihatinannya bahwa Malcolm X masih terdengar seperti seorang nasionalis dalam pidatonya. Dia mengatakan kepada Ramadhan “bahwa sebagai seorang Afrika-Amerika, dia merasa ‘tanggung jawab pertamanya’ adalah kepada ’22 juta rekan saya yang berkulit hitam yang menderita penghinaan yang sama karena warna kulit mereka sebagaimana yang saya alami.’”

Hakeem Muhammad adalah seorang yang bergelar Sarjana Hukum Kepentingan Umum, yang telah membantu litigasi untuk memerangi kebrutalan polisi kepada komunitas Afrika-Amerika, dan telah memulai berbagai litigasi untuk memerangi rasisme institusional dalam sistem hukum pidana. Muhammad telah mengajar Teori Ras Kritis dan Studi Hukum Afrika-Amerika dan merupakan pendiri Black Dawah Network, sebuah organisasi Muslim Afrika-Amerika yang mempromosikan nilai-nilai Islam kepada komunitas-komunitas kulit hitam di wilayah dalam kota.[]

Sumber: 5pillarsuk.com

Share artikel ini: