Oleh: Mahfud Abdullah (Direktur Indonesia Change)
Kehidupan saat ini didesain oleh kapitalisme bukan untuk menghidupkan kehidupan manusia tetapi untuk menghidupkan mesin-mesin pemutar uang. Kapitalisme menjadikan sumber daya alam bahkan sumber daya manusia sebagai aset bagi mekanisme putaran pasar/uang semata.
Walhasil intelektual diciptakan untuk menginovasi produk-produk agar laku dijual. Ilmu terdedikasi untuk bisnis: industri global. Peran negara dalam sistem kapitalisme untuk menjaga agar mekanisme pasar tersebut berjalan tanpa perlambatan. Padahal seharusnya negara punya peran untuk mengurus kemaslahatan rakyat, tidak semua hal harus dianggap berdasar kacamata bisnis.
Kita harus bangkit. Jika kita telaah, perkembangan teknologi sipil suatu bangsa tidak lepas dari kemajuan teknologi militernya. Teknologi sipil yang kita gunakan saat ini seperti perangkat seluler, komputer, radar, transportasi, GPS, nuklir, robotika dan lain-lain adalah hasil teknologi militer yang diambil dan dikembangkan sedemikian rupa untuk keperluan sipil. Semakin maju perkembangan teknologi militer suatu negara, perkembangan teknologi sipilnya juga akan mengikuti perkembangannya.
Apa motivasi suatu negara untuk memperkuat teknologi militernya sebenarnya dipengaruhi oleh karakter politik luar negerinya. Apakah negara tersebut adalah negara pembebek ideologi atau pengusung utama deologi. Negara pembebek ideologi pasti negara lemah; politik luar negerinya hanya mengikuti arahan negara pengusung utama ideologi; sedikit sekali rangsangan untuk memperkuat teknologi militernya. Sebaliknya, negara pengusung utama ideologi, politik luar negerinya akan diarahkan demi menjadikan ideologinya sebagai pemimpin atas bangsa-bangsa lain. Negara tipe ini akan berusaha menyebarkan supremasi ideologinya ke negara lainnya atau berusaha mati-matian mempertahankan ideologinya dari gempuran ideologi negara lain. Untuk keperluan visi ideologis, negara ini jelas membutuhkan kekuatan militer. Faktor inilah yang menjadi rangsangan kuat negara tipe pengusung ideologi mengembangkan teknologi militernya.
Kita bisa lihat, hampir semua negara yang pesat perkembangan teknologinya adalah negara-negara pengusung ideologi seperti Amerika Serikat, Uni Sovyet (Rusia), Cina, Inggris, dan Prancis; atau negara-negara yang pernah atau sedang terlibat dalam benturan ideologi baik itu benturan pemikiran atau bahkan perang fisik seperti Jerman, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan.
Umat Islam memiliki kekayaan alam dan sumberdaya manusia intelektual yang melimpah jika disatukan. Modal ini cukup untuk proses perkembangan teknologi. Namun, sumberdaya melimpah itu masih tercerai-berai dan belum dimobilisasi untuk sebuah visi yang jelas. Inilah yang menyebabkan ketertinggalan kita di bidang teknologi. Karena itu, saat ini yang kita perlukan adalah sebuah negara yang memiliki visi ideologi, bukan negara pembebek ideologi.[]