Karpet Merah Pembantaian Umat Islam Bosnia Pada 11 Juli 1995
Mediaumat.news – Tragedi mengerikan pada 11 Juli 1995 yang menimpa umat Islam di kawasan Bosnia membuktikan bahwa PBB telah gagal di dunia muslim. Sejarah mencatat bahwa PBB lamban dan penuh penghinaan atas nilai-nilai kehidupan muslim. Dalam sejarah pembantaian umat Islam Bosnia pada tahun 1995 PBB-lah yang telah memberikan ‘wilayah aman’ yang justru menjadi karpet merah untuk membantai Umat Islam Bosnia, setelah mereka meninggalkan wilayah tersebut. Hal ini diungkap oleh Umar Syarifuddin Pengamat Hubungan Internasional.
“PBB adalah entitas yang sama yang memberikan kepada umat Islam “wilayah aman” di Srebrenica Bosnia di mana ribuan umat Islam kemudian dibantai dan diperkosa pada bulan Juli 1995 setelah pasukan PBB meninggalkan mereka,” jelas Umar kepada Mediaumat.news pada Selasa (13/07/2021).
PBB menunjukkan jati diri sebagai lembaga yang tidak efektif, dan hanya merupakan perpanjangan alat kaum imperialis dengan menutup mata pada meletusnya Perang Irak ke-2. AS pun tidak menyembunyikan kenyataan ini. John Bolton, dalam kapasitasnya sebagai Duta Besar AS untuk PBB, mengeluarkan berbagai pernyataan kritis terhadap keberadaan PBB pada 2004: ‘PBB sudah tidak berguna lagi.
“Sekarang yang ada hanya komunitas internasional, yang hanya bisa dipimpin oleh satu-satunya adidaya, yakni Amerika Serikat.,” jelas Umar.
Pada kenyataannya, PBB tak lebih dari alat yang digunakan oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan (AS, Rusia, Inggris, Perancis, dan China) untuk mengamankan kebijakan luar negerinya masing-masing. Masalah sebenarnya berakar pada konsep hukum internasional yang berlaku, yang pada hakikatnya tidak pernah berlaku.
“Hukum internasional sekarang, berlaku hanya sebagai norma dan adat internasional, bukan hukum,” ungkap Umar.
Padahal, Penegakan hukum internasional harus bisa berlaku secara global, pada skala supra-nasional. Namun saat ini hakikatnya hukum ini tidak berjalan.
“Kita hanya bisa berharap bahwa negara-negara kebangsaan ini membuka mata lebar-lebar terhadap berbagai peraturan lembaga-lembaga internasional yang mengikat mereka,” tegas Umar.
Dunia muslim jelas tidak membutuhkan PBB, yang dibutuhkan adalah persatuan dunia muslim, tentu dalam persatuan yang melahirkan sistem yang berdasarkan hukum Islam. Persatuan inilah yang akan memunculkan perlindungan terhadap Umat Islam dan menghentikan penghinaan seperti yang dilakukan PBB terhadap muslim Bosnia.
“Yang dibutuhkan adalah persatuan dunia muslim, dengan bersatunya tentara, di bawah naungan sistem yang berdasarkan al Qur’an dan As Sunah yang mampu menghilangkan rasa sakit dan penghinaan,” tegas Umar.
Umar menjelaskan juga kejahatan-kejahatan yang terjadi kepada muslim Bosnia, Di antara kejahatan adalah pemboman penduduk sipil Sarajevo dan desa-desa lain yang terkepung; Pembantaian, evakuasi paksa warga sipil untuk memodifikasi struktur etnis daerah tertentu; Pemangsaan liar penduduk sipil di kamp konsentrasi; penyiksaan; Eksekusi singkat dengan tujuan tunggal untuk menghilangkan jejak pengaruh non-Serbia di wilayah yang ditaklukkan; Dan kelaparan warga sipil yang menolak tunduk.
“Tahap akhir petualangan brutal diktator ini untuk menghilangkan jejak umat Islam di wilayah Balkan. Sekitar 100.000-300.000 Muslim dibunuh dan 1.000.000 Muslim menjadi pengungsi,” ungkap Umar.
Kampanye teror Milosevic terhadap kaum Muslim, Rezim mengadopsi istilah “pembersihan etnis” dan bukan “genosida”, untuk menyembunyikan tragedi pembantaian mengerikan yang sedang dilakukan di Bosnia. Sepanjang tahun 1993, PBB, Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa tidak mengambil tindakan militer, sementara orang-orang Serbia di Bosnia dengan bebas membantai kaum Muslim.
“Pemimpin Serbia Bosnia yang didakwa sebagai penjahat perang, Radovan Karadzic, secara lantang menyatakan bahwa konflik yang menewaskan ratusan ribu orang di Bosnia, yang mayoritas korbannya muslim itu adalah perang suci,” pungkas Umar. []Fatih Solahuddin