Kapitalisme, Kelaparan… Penderitaan Sistematik tak Berujung

 Kapitalisme, Kelaparan… Penderitaan Sistematik tak Berujung

Oleh: Ainun Dawaun Nufus (Muslimah Care)

Sekitar 2 Miliar manusia di bumi menderita kelaparan terselubung alias kurang gizi. Perang saudara, pengusiran dan pengungsian berdampak dramatis pada situasi pangan global. Sedikitnya 800 juta manusia di 16 negara menderita kelaparan serius. Tambahan lagi sekitar 2 milyar lainnya di seluruh dunia menderita kurang gizi, sebuah bentuk kelaparan yang tidak kasat mata. Demikian laporan indeks kelaparan yang pernah dirilis oleh organisasi bantuan pangan Jerman “Welthungerhilfe”.

Parameter terpenting penentu indeks kelaparan adalah, tingkat kematian balita, jumlah balita kurang gizi dengan bobot kurang dari normal serta persentase orang yang kekuarangan gizi dari seluruh populasi warga. Penyebab utama kelaparan adalah kemiskinan yang diperparah oleh konflik bersenjata lokal maupun regional.

Konflik seperti di Suriah dan Irak serta Sudan Selatan makin memperparah situasi kurang pangan di negara-negara bersangkutan. Pengungsi menghadapi ancaman bahaya lebih tinggi untuk mengalami kekurangan pangan atau penyakit. Irak yang dilanda konflik berkepanjangan menunjukkan penurunan kualitas drastis, menempati posisi kedua terbawah indeks kelaparan dunia. Aksi kekerasan yang terus berlanjut, jumlah pengungsi domestik yang terus meningkat ditambah arus pengungsi dari Suriah, menyebabkan kuota warga kelaparan dan kurang gizi di Irak berlipat dua dibanding indeks tahun 1990.

Wabah penyakit endemik yang pernah melanda beberapa negara di Afrika Barat seperti Sierra Leone dan Liberia telah memperburuk penyediaan pangan dan meningkatkan ancaman bahaya kelaparan di bulan-bulan mendatang.

di Afrika kemiskinan dan kelaparan masih menjadi penderitaan tak berujung. Bahkan di tahun ini, diprediksi kasus kelaparan atau malnutrisi  atau gizi buruk masih akan membayangi negara-negara miskin di Afrika. Sementara negara-negara di Afrika sebelah timur dan Afrika sebelah selatan masih akan menghadapi gejolak kelaparan dan penyakit yang menerpa jutaan jiwa anak-anak akibat kasus gizi buruk. Adapun bencana alam yang diakibatkan oleh anomali cuaca di tahun ini bisa jadi akan semakin memperburuk kondisi kelaparan dan risiko gizi buruk.

Tak hanya di Afrika, kelaparan merupakan kejadian alami di Indonesia, Pakistan, Irak dan seluruh dunia. Namun struktur politik-ekonomi kapitalistik dan campur tangan pihak asing telah memperparah masalah kemiskinan dan kelaparan di penjuru dunia.

di Indonesia demokrasi selalu digembar-gemborkan. Setiap persoalan yang ada selalu saja penyelesaiannya didasarkan pada demokrasi. Bangsa ini sejatinya telah berganti-ganti pemimpin. Namun, kesejahteraan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat belum tercapai sebagaimana diharapkan. Mulai rezim Orde Lama disusul rezim Orde Baru sampai era reformasi, kemiskinan masih terus mendera rakyat banyak. Utang luar negeri terus menumpuk.

Ironisnya, semasa reformasi perilaku korupsi serta manipulasi anggaran terus berlangsung di kalangan pejabat publik. Padahal janji kesejahteraan dan perbaikan negara ke arah lebih baik dari para calon pemimpin saat kampanye, berlangsung secara masif. Namun setelah terpilih sebagai pemimpin nomor satu, janji kesejahteraan dan perbaikan negeri ini tinggal slogan kosong.

Demokrasi yang ditegakkan di manapun akan selalu mensyaratkan sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan, dan pemisahan agama dari pemerintahan. Semangat liberalisme juga mendorong lahirnya berbagai undang-undang yang berpihak pada berbagai kepentingan asing, termasuk perusahaan raksasa transnasional. Lolosnya UU Migas, UU Perbankan, UU Sumberdaya Air, dll adalah sekian bukti bahwa DPR memang mengusung semangat liberalisme, bukan membela kepentingan rakyat.

Kelaparan di Indonesia dan seluruh dunia merupakan masalah bagi seluruh umat Islam di dunia. Solusi untuk masalah ini terletak pada Pemerintah. Syariah akan mengakhiri pemiskinan sistemik yang dilakukan kapitalisme demokrasi.[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *