Jurnalis (Zionis): Negara Kami Menuju Kepunahan
Surat kabar Ibrani “Haaretz” menerbitkan sebuah artikel oleh penulis Zionis terkenal, Ari Shavit. Dia memulai artikelnya dengan mengatakan: Tampaknya kita telah melewati titik yang tidak bisa kembali lagi, dan Israel tidak mungkin lagi mengakhiri pendudukan, menghentikan pemukiman, dan mencapai perdamaian. Tampaknya tidak mungkin lagi mereformasi Zionisme, menyelamatkan demokrasi, dan membagi masyarakat di negeri ini.
Ia menambahkan: “Jika situasinya seperti ini, maka tidak ada lagi selera untuk tinggal di negeri ini, tidak ada lagi selera untuk menulis di “Haaretz”, dan tidak ada lagi selera untuk membaca “Haaretz.”
Kita harus melakukan apa yang disarankan Rogel Alpher dua tahun lalu, yaitu meninggalkan negara ini, jika “keIsraelan” dan keYahudian bukan merupakan faktor penting dalam identitas, dan jika setiap warga negara “Israel” memiliki paspor asing, tidak hanya dalam arti teknis, namun juga dalam arti psikologis, maka permasalahannya sudah selesai.
Penulis menekankan bahwa (orang-orang Israel) sejak mereka datang ke Palestina, mereka telah menyadari bahwa mereka adalah korban dari kebohongan yang diciptakan oleh gerakan Zionis, yang selama ini menggunakan segala kelicikan karakter Yahudi sepanjang sejarah, dengan mengeksploitasi dan membesar-besarkan apa yang disebut sebagai Holokaus, yang dilakukan Hitler. Gerakan tersebut mampu meyakinkan dunia bahwa Palestina adalah “Tanah Terjanji, Promised Land”, dan juga klaim tentang kuil yang terletak di bawah Masjid Al-Aqsa. Demikianlah, serigala berubah menjadi seekor domba yang disusui dari uang pembayar pajak Amerika dan Eropa hingga menjadi monster nuklir.
Dalam hal ini penulis berargumentasi dengan hasil riset para arkeolog Barat dan Yahudi, yang paling terkenal adalah Israel Finkelstein dari Universitas Tel Aviv, yang menegaskan bahwa “Kuil juga merupakan kebohongan dan dongeng yang tidak ada, dan semua penggalian telah membuktikan bahwa kuil tersebut sepenuhnya menghilang ribuan tahun yang lalu, dan hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam sejumlah besar referensi Yahudi, bahkan banyak arkeolog Barat telah mengkonfirmasi hal ini … ”
Yang terakhir dilakukan pada tahun 1968 M, oleh arkeolog Inggris Dr. Kathleen Kenyon, ketika dia menjadi direktur penggalian di British School of Archaeology di Yerusalem. Dia melakukan penggalian di Yerusalem, dan kemudian diusir dari Palestina karena mengungkap mitos-mitos (Israel), tentang keberadaan jejak Kuil Sulaiman di bawah Masjid Al-Aqsa …
Di mana dia memutuskan bahwa tidak ada jejak Kuil Sulaiman sama sekali, dan dia mengemukakan bahwa apa yang (orang-orang Israel) sebut sebagai “bangunan lumbung Sulaiman” tidak ada hubungannya sama sekali dengan Sulaiman atau lumbung, namun merupakan model arsitektur istana yang lazim dibangun di beberapa wilayah di Palestina. Padahal arkeolog ini datang dari Asosiasi Dana Eksplorasi Palestina dengan tujuan untuk memperjelas apa yang dinyatakan dalam riwayat-riwayat Alkitab. Hal ini menunjukkan aktivitas besar di Inggris pada pertengahan abad ke-19 seputar sejarah “Timur Dekat”.
Dia menegaskan, kutukan kebohongan itulah yang menghantui orang-orang Israel. Hari demi hari, wajah mereka akan ditampar dengan pisau di tangan Maqdisi, Khalili, dan Nabulsi, atau dengan batu komunitas atau sopir bus dari Jaffa, Haifa dan Akka. (orang-orang Israel) menyadari bahwa mereka tidak mempunyai masa depan di Palestina, karena Palestina bukanlah sebuah negeri tanpa masyarakat seperti yang mereka telah dibohongi dan dibodohi. [Alwaie (Arab), edisi No. 447, Tahun ke-38, Rabi’ul Akhir 1445 H./November 2023 M.].