Oleh: Irfan Abu Naveed
Ada oknum majhul berpendapat: bahwa “kewajiban mengadakan kelompok dakwah itu hanya kewajiban ulama, dan menegakkan Khilafah itu hanya kewajiban ahlul halli wal ‘aqdi“, dari asumsi ini lalu disimpulkan secara fatalistis “orang awam tidak perlu ikut-ikutan kelompok dakwah dan tidak perlu ikut menegakkan khilafah”.”
Bagaimana menjawab kesimpulan fatalistis tersebut? Ada penjelasan menarik dari Imam al-Alusi berkaitan dengan taklif dalam kefardhuan yang kifayah, ketika menafsirkan QS. Ali Imran [3] 104:
واختلفوا في أن الواجب على الكفاية هل هو واجب على جميع المكلفين ويسقط عنهم بفعل بعضهم أو هو واجب على البعض، ذهب الإمام الرازي وأتباعه إلى الثاني للاكتفاء بحصوله من البعض ولو وجب على الكل لم يكتف بفعل البعض إذ يستبعد سقوط الواجب على المكلف بفعل غيره، وذهب إلى الأول الجمهور وهو ظاهر نص الإمام الشافعي في الأم، واستدلوا على ذلك بإثم الجميع بتركه ولو لم يكن واجبا عليهم كلهم لما أثموا بالترك.
Perhatikan penjelasannya pada kalimat ini:
هو واجب على جميع المكلفين ويسقط عنهم بفعل بعضهم
“(Fardhu kifayah) itu kewajiban atas seluruh mukallaf, dan gugur dengan perbuatan sebagian lainnya”
Yakni jika telah sempurna terlaksana kefardhuan tersebut oleh sebagian orang (lalu bagaimana jadinya jika kefardhuan belum terlaksana?). Imam al-Alusi menegaskan bahwa ini pendapat jumhur ulama dan zhahir dari nas Imam al-Syafi’i dalam al-Umm:
وذهب إلى الأول الجمهور وهو ظاهر نص الإمام الشافعي في الأم، واستدلوا على ذلك بإثم الجميع بتركه ولو لم يكن واجبا عليهم كلهم لما أثموا بالترك.
Bahwa fardhu kifayah pada prinsipnya, merupakan kewajiban yang dibebankan kepada seluruh mukallaf, dan gugur ketika sudah dilaksanakan oleh sebagian orang lainnya. Sebaliknya, berdosa seluruh mukallaf meskipun bukan fardhu ‘ain atas seluruh individu mukallaf, ketika kefardhuan tersebut diabaikan.
Lalu bagaimana dengan asumsi-asumsi fatalistis di atas? Dimana sejumlah oknum zaman now, menolak eksistensi “kelompok dakwah” dan menolak “bombastisasi” perjuangan penegakan khilafah yang menyeru umat secara umum, dengan dalih fatalistis:
“Itu semua fardhu kifayah untuk golongan khusus”
Asumsi fatalistis ini jelas salah alamat, bahkan bisa berbahaya, terutama jika pada akhirnya semua orang merasa tidak punya kewajiban menegakkan kefardhuan tersebut dan mengabaikannya, padahal taklif fardhu kifayah pada prinsipnya ada di pundak seluruh kaum Muslim, sebagaimana tanggung jawab dakwah dan membela Din Allah, serta menegakkan syari’at Islam kaffah yang bisa sempurna penegakan hanya dengan Khilafah, itu semua tanggung jawab bersama kaum Muslim.
Lebih asasi lagi, asumsi fatalistis di atas menabrak pemahaman para ulama dan zhahir dari pendapat Imam al-Syafi’i dalam al-Umm. []
Referensi:
Al-Alusi, Syihabuddin Mahmud bin Abdullah. 1415 H. Rûh al-Ma’âni fî Tafsîr al-Qur’ân al-’Azhîm wa al-Sab’u al-Matsani. Cet. I. Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyyah.