Jubir HTI: Rezim Jokowi Mengidap Sekulerisme Radikal

Mediaumat.news – Sekularisme itu ada sekularisme yang ramah dan ada sekularisme yang tidak ramah. “Kita kalau ke negara-negara Eropa Barat, itu semua negara sekuler, tapi itu relatif ramah. Nah, (rezim) ini (mengidap) sekularisme radikal, yang tidak ramah, tidak terdidik dan tidak berakal,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto dalam Diskusi Tabloid Media Umat: Masa Depan Umat Lima Tahun ke Depan, Kamis (31/10/2019) di Gedung Joang, Jakarta.

Ia pun menjelaskan lebih lanjut dengan tanya jawab monolog. Tidak ramahnya kepada siapa? Kepada mayoritas penduduk ini. Tidak terdidik? Tidak terdidik untuk memahami apa sebenarnya yang substansi dari seorang Muslim itu. Yang substansi sebagai seorang Muslim itu ketundukkannya kepada Allah SWT. Jadi tidak terdidik dia. Karena itu lucu pernyataan-pernyataannya. Salah satunya pernyataan yang mau melarang cadar.

“Menteri Agama itu mau melarang rok mini, itu masuk di akal, ini kok??? Iya kan!? Sejelek-jeleknya bercadar itu tetap pendapat agama. Tetapi rok mini, sebaik-baiknya rok mini itu bukan pendapat agama. Mustinya Menteri Agama itu berpikirnya ke sana. Jadi ini tidak terdidik. Karena tidak terdidik akhirnya tidak berakal karena tidak menggunakan akal,” tegasnya.

Fobia Islam

Ismail juga menyayangkan di negeri mayoritas Muslim ini bisa terpilih pemimpin seperti itu. “Ini sangat ironis, bagaimana bisa di negeri mayoritas Muslim, persoalan praktek dan paham Islam itu ditempatkan sebagai masalah yang paling besar dan dijadikan prioritas yang paling tinggi?” ujarnya.

Sehingga, memerangi radikalisme (baca: memerangi syariat Islam dan pengembannya) menjadi kata pertama (first words) rezim ini.

Publik tidak mendapati di dalam first words presiden soal korupsi, keadilan, HAM, pemerataan.

“Itu tidak ada, enggak ada itu. Enggak ada. Padahal kita tahu bahwa negeri ini sedang menghadapi persoalan yang luar biasa terkait korupsi, ratusan orang meninggal dalam Pilpres 2019, kerusuhan di Papua, soal ketidakadailan ekonomi, soal ketidakadilan hukum,” ujarnya.

Justru yang muncul di dalam first words adalah radikalisme. “Kalau itu yang muncul maka kita bisa mengatakan bahwa memang rezim ini menempatkan itu sebagai persoalan. Ketidakadilan bukan persoalan. Maraknya korupsi bukan persoalan. Dari sana kita bisa meraba ke mana kita akan dibawa dan bagaimana hal tadi itu mau diselesaikan,” bebernya.

Menurutnya, ini hanya mungkin terjadi jikalau otak para pemimpin negeri ini dan para kroninya mengidap fobia Islam. “Rezim ini adalah rezim (sekuler) yang Islamophobia,” pungkasnya.

Dalam acara yang dihadiri 250 peserta tersebut hadir pula pembicara lainnya yakni Abdul Chair Ramadhan (Ketua Umum HRS Center) dan Prof. Dr. Suteki (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro) serta keynote speaker Farid Wadjdi (Pimred Tabloid Media Umat).[] Joko Prasetyo

Share artikel ini: