Mediaumat.id – Rencana Presiden Joko Widodo akan ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv, untuk bertemu Presiden Volodymyr Zelensky di tengah perang dengan Rusia yang masih terus berkecamuk dinilai Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi ingin menunjukkan seolah-olah netral sebagai tuan rumah Group of 20 (G20).
“Jokowi ingin menunjukkan seolah-olah peran yang netral sebelum ke Rusia bertemu dengan Putin,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (25/6/2022).
Di sisi lain, Jokowi disebut terus mendorong spirit perdamaian antara kedua negara tersebut. Namun, Farid mempertanyakan bisakah peran tersebut dilakukan oleh Presiden Jokowi?
Menurutnya, harapan akan perdamaian tersebut sah-sah saja akan tetapi perlu dilihat bagaimana realita atau posisi pengaruh Indonesia di dunia internasional.
“Posisi kita sebagai —sebutlah bukan negara besar,— juga bukan negara satelit seperti Jepang ke Amerika atau Korea Selatan ke Amerika. Jadi peran Indonesia dalam konstelasi politik internasional ke negara-negara Barat itu lebih pada posisi negara pengekor yang mengikuti kebijakan,” ungkapnya.
“Sebagai negara pengekor, tentu pengaruh negara Indonesia itu sangat lemah,” tegas Farid.
Karenanya, dalam posisi Indonesia seperti itu, Farid menilai, sangat kecil harapan Indonesia akan bisa mendamaikan Ukraina-Rusia. Kecuali, lanjut Farid, peran tersebut sengaja diciptakan negara-negara besar untuk Indonesia.
“Jadi seolah-olah Indonesialah yang berperan di dalamnya tapi sebenarnya di belakangnya adalah negara-negara besar,” jelasnya.
Ia mengatakan, cara-cara seperti itu lazim dilakukan negara-negara besar dalam konflik-konflik ketika ingin dihentikan dan dianggap lebih menguntungkan jika dihentikan.
“Seringkali menggunakan tangan negara ketiga untuk kemudian membangun jembatan perdamaian padahal itu semua sudah diset sedemikian rupa,” pungkasnya.[] Ade Sunandar