Jokowi Dituding Bohong, Dr. Riyan Ingatkan Kerusakan Rakyat Karena Kerusakan Penguasa
Mediaumat.id – Sebagaimana pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyebut kerusakan rakyat terjadi karena kerusakan penguasanya, Pengamat Politik Islam dan Militer Dr. Riyan M.Ag. pun mengingatkan dengan ungkapan yang sama.
“Bila ini dibiarkan dan akan berulang di masa datang, maka apa yang diingatkan Imam Al-Ghazali harus dijadikan pegangan, bahwa kerusakan rakyat disebabkan kerusakan pemimpin (penguasa),” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (4/6/2022).
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan, dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan” (Ihya’ Ulumuddin, Juz II hlm. 381).
Riyan menyatakan demikian ketika menanggapi sorotan banyak pihak yang menduga Presiden Joko Widodo kembali melakukan kebohongan. Kali ini terkait dengan klaim Jokowi yang membawa pesan tak tertulis dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk disampaikan kepada Vladimir Putin, saat bertemu di Istana Kremlin, Moskow, pada Jumat (3/7).
Pihak Ukraina pun membantah klaim Jokowi. Juru bicara Kantor Kepresidenan Ukraina Serhii Nikiforov menyatakan, jika Zelensky punya pesan untuk Putin, ia akan menyampaikannya sendiri secara publik, tidak melalui perantara.
Pun pihak Kremlin, yang merupakan pusat rezim Rusia yang berada di Moskow, tak menjelaskan lebih lanjut kepada publik perihal pesan tak tertulis Zelensky itu.
Namun terlepas dalam hal apa kebohongan dimaksud, bagi Riyan, berbohong adalah hal buruk karena dilawankan dengan kejujuran.
Bahkan Islam telah menegaskan, apabila kebohongan dilakukan secara permanen akan melekat sebagai ciri orang munafik. “Ini merujuk pada ucapan sebelumnya terkait dengan ‘ekonomi meroket’, ‘rindu didemo’, dan lainnya,” bebernya.
Dua Poin
Lantas dikarenakan kebohongan itu dilakukan oleh seseorang, apalagi diposisikan sebagai pemimpin, setidaknya menurut Riyan terdapat dua poin yang patut dipersoalkan.
Pertama, terkait integritas. “Dugaan bohong ini sebenarnya mencerminkan karakter kepribadian seseorang yang diposisikan sebagai pemimpin, tetapi integritasnya patut dipersoalkan,” urainya.
Kedua, berkaitan dengan ruang lingkup panggungnya yang berskala internasional. “Akan menjadi pertaruhan reputasi global dari kredibilitas seorang pemimpin yang mewakili sebuah negara besar seperti Indonesia,” terangnya.
Lebih-lebih yang bersangkutan adalah pemimpin yang berada dalam posisi lemah. “Sikap introvert dan tidak aktif di periode pertama, dan berpidato virtual ketika masa jabatan kedua,” jelasnya, mengenai sosok Presiden Jokowi.
Maka, apabila tidak ada semacam penguatan peran internasional sejak hari ini hingga bulan November 2022, misalnya, pengaruh politik Indonesia bakal makin terpuruk secara internasional. “Diduga kuat berdampak langsung pada saat pelaksanaan pertemuan G20 yang Indonesia sebagai penyelenggaranya,” tegasnya.
Lebih bahaya lagi, kata Riyan kembali menduga, semakin menurunkan kepercayaan publik kepada seorang yang dianggap pemimpin dari sebuah negara besar. “Efektivitas kepemimpinannya, melalui kebijakan dan ketaatan bawahannya akan menurun,” tandasnya.
Sampai-sampai, publik internasional bisa jadi nantinya mengolok-olok atau bahkan mencurigai. Dengan kata lain, bertambah menguatkan keyakinan terhadap inkompetensi sekelas pemimpin Indonesia.
Lalu ia pun mengutip hadits Rasulullah SAW yang artinya, ‘Jika urusan (kepemimpinan) diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu’ (HR Bukhari).
Maknanya, kompetensi dan keilmuan memang menjadi perhatian khusus dalam Islam. Maka, pungkas Riyan, harus ada upaya serius dari publik terutama para ulama untuk menghentikan serta mengubah dugaan kebohongan semacam itu. [] Zainul Krian