Berita:
Dalam sebuah wawancara dengan The Economist, Ahmed al-Sharaa mengatakan, “Jika para ahli menyetujui Syariah, kewajiban saya adalah untuk melaksanakannya. Jika mereka tidak setuju, kewajiban saya adalah melaksanakan keputusan mereka.”
Komentar:
Peribahasa Arab, ‘Jika sup terlalu asin, mengganti sendok tidak akan membantu’, mengungkapkan bahwa solusi dangkal atau sementara tanpa mengatasi akar masalah tidak akan efektif dan sia-sia. Jika faktor utama yang menyebabkan rasa asin pada sup tidak dihilangkan, mengganti sendok tidak akan memberi manfaat. Ungkapan ini menekankan kebodohan mengambil jalan pintas tanpa menyelesaikan masalah secara langsung. Hal ini menjelaskan bahwa mengabaikan masalah nyata dan membuang-buang waktu dengan langkah-langkah sementara hanya mengarah pada pemborosan waktu dan mengalihkan perhatian dari solusi utama. Setiap intervensi tanpa perubahan permanen dan mendasar hanya menciptakan ilusi dan mencegah penyelesaian masalah yang sebenarnya.
Sejak runtuhnya Khilafah, partai-partai politik telah dibentuk berkali-kali di negeri-negeri Muslim, pemerintah dan pemimpin telah berganti; namun, masalah struktural dasar terus ada dan menjadi kronis. Mengganti pemimpin ibarat mengganti sendok, namun selama supnya, sistem sekuler-demokrasi kapitalis, tetap ada, masalah akan terus berlanjut. Perubahan sejati akan tercapai bukan hanya dengan mengganti orang, tetapi juga dengan melakukan transformasi radikal menuju inti sistem itu sendiri.
Suriah: Hanya Sendok yang Berubah!
Selama bertahun-tahun, umat Muslim di Suriah telah berjuang dengan pengorbanan besar untuk menggulingkan rezim sekuler Ba’athis. Mereka mengorbankan nyawa, harta, dan anak-anak mereka. Tapi apa yang berubah? Hanya sendok yang berubah. Rezim tetap ada, dan unsur-unsurnya tetap sama. Syariah Islam tidak diterapkan dan tampaknya tidak mungkin diterapkan. Faktanya, dalam wawancara dengan The Economist, Ahmed al-Sharaa mengatakan, “Jika para ahli menyetujui Syariah, kewajiban saya adalah untuk melaksanakannya. Jika mereka tidak setuju, kewajiban saya adalah melaksanakan keputusan mereka,” dan ini mengungkapkan kebenaran.
Sekali lagi, dalam wawancara eksklusif dengan Televisi Suriah, Al-Sharaa membuat pernyataan penting tentang proses politik yang akan diikuti negara tersebut di masa depan. Dengan menyatakan bahwa sistem republik dijadikan dasar model pemerintahan yang stabil, Al-Sharaa mengklaim bahwa kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif akan bekerja secara harmonis. Namun, kenyataannya, mengingat hanya nama-nama dalam pemerintahan yang berubah dan sistem dasarnya tetap dipertahankan, jelas bahwa pernyataan ini tidak lebih dari sekadar mengalihkan perhatian rakyat.
Pergantian tiran Assad dengan Ahmed al-Sharaa tidak mengubah rasa sup yang asin. Demikian pula, umat Muslim di negeri-negeri Muslim telah mendukung beberapa pemimpin selama bertahun-tahun dengan harapan mereka akan membawa Syariah berkuasa, dan contoh Erdoğan adalah contoh yang nyata. Namun, mereka selalu kecewa.
Saatnya Mengubah Rasa Supnya!
Daripada mendukung sistem-sistem non-Islam yang gagal menyelesaikan masalah, tidak menerapkan hukum Islam, dan menghabiskan semua kekuatan mereka untuk menyenangkan penjajah kafir, umat Muslim sekarang harus bertindak untuk mengubah sup itu sendiri. Ini dimungkinkan dengan memperjuangkan perjuangan politik dan intelektual untuk mendirikan Khilafah, yang merupakan satu-satunya sistem administrasi Islam. Agar mereka dapat meminum dari Islam, umat Muslim harus mendirikan Khilafah. Dengan demikian, mereka tidak akan perlu mengganti sendok sekali lagi.
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir oleh
Yılmaz ÇELİK
Sumber: hizb-uttahrir.info