Mediaumat.id- Terkait banyaknya mahasiswa berutang pinjol dan terseret komunitas pelangi, Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana mengatakan mahasiswa jika memiliki visi ideologis tidak akan mudah terseret arus kapitalisme, maupun arus pergaulan hedonisme.
“Kalau mahasiswa sudah memiliki visi ideologis mereka tidak akan mudah terseret arus kapitalisme, terseret arus pergaulan bebas, terseret arus pergaulan hedonisme,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Kamis (27/7/2023).
Salah satu arus hedonisme yang banyak menjerat mahasiswa salah satunya adalah maraknya mahasiswa yang terjerat pinjaman online (pinjol).
Menurut Erwin, mahasiswa yang seharusnya berkesempatan untuk meningkatkan kapasitas, kemampuan, bakat, karya dan lain sebagainya justru melakukan hal-hal di luar yang seharusnya mereka lakukan.
“Mereka enggak harus melakukan itu sebab bagaimanapun mahasiswa itu kan generasi yang masih dalam tanggungan keluarga, kan umumnya seperti itu,” ujar Erwin.
Karenanya, itu sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan. Tak hanya terjerat pinjol, dikabarkan ternyata mereka juga terjerat atau tergabung dalam kelompok ‘kaum pelangi’, kelompok yang hari ini cukup menjadi perhatian publik yang terakhir akan mengadakan konferensi di Indonesia. Erwin memandang fenomena tersebut merupakan fenomena pergaulan yang kebablasan.
“Ini mengkhawatirkan sebab melalui aktivitas seperti itu, itu nanti penyakit-penyakit menular kelamin itukan mudah terjadi. HIV/AIDS menular melalui kegiatan semacam itu,” bebernya.
“Kalau generasi sudah seperti itu, ya negeri ini akan hancur nanti ke depan,” tegasnya.
Hedonis
Menurutnya, fenomena pinjol yang banyak menjerat mahasiswa itu merupakan akibat dari pola pikir sekuler yang akhirnya melahirkan gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis itu kemudian menuntut kenikmatan-kenikmatan yang bersifat jasadiyah (materi).
“Ada tuntutan gaya hidup di sana, itu yang lebih dari kemampuan mereka, bisa begitu kan. Yang kerena itu menurut pandangan hedonisme misalnya ketika mereka mampu -sebutlah makan makanan yang enak- di restoran-restoran mewah, pakai pakaian branded, nongkrong sana-sini bareng teman-teman itu kan butuh duit semua, lah sedangkan mereka secara ekonomi belum punya pemasukan, akhirnya gimana? Ya Pinjol,” jelasnya.
Karena itu, Erwin memandang bahwa cara untuk mengatasi itu adalah dengan menyingkirkan pola pikir sekuler-hedonis tersebut, kemudian mengganti dengan pola yang lebih ajeg dan mendasar yakni pola pikir Islam yang lahir dari pola pikir akidah Islam.
“Ganti paradigma itu dengan akidah Islam sehingga pola hidup mereka, interaksi sosial mereka, pergaulan mereka itu semuanya adalah yang islami,” pungkasnya.[] Ade Sunandar