Jet Tempur Cina Masuk Zona Udara Malaysia, Pengamat: Hanya Manuver Political Front Stage
Mediaumat.news – Ketegangan Malaysia dengan Cina usai 16 jet tempur Negeri Tirai Bambu masuk ke zona udara Negeri Jiran di kawasan sengketa Laut Cina Selatan (LCS), Senin (31/5), dinilai Pengamat Politik dan Militer Dr. M Ryan, M.Ag. sekadar manuver political front stage.
“Konflik udara ini hanyalah manuver yang ada di panggung depan politik (political front stage) kedua belah pihak. Sementara di panggung belakang politik (political back stage), sebenarnya tidak ada masalah yang serius,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Kamis (03/6/2021).
Menurutnya, konflik itu sudah sering terjadi, termasuk di wilayah laut yang diklaim oleh kedua belah pihak di LCS. Hal itu ia buktikan dengan tidak ada follow up atau tindakan konkret yang mengarah kepada eskalasi konflik lebih serius. “Artinya, konflik ini masih dalam tahap controlled (terkendali),” tegasnya.
Perlu dipahami, ungkap Riyan, konflik LCS bermula dari klaim sepihak Cina pada tahun 2014 dengan nine dash line (sembilan garis putus-putus) yang membuka potensi konflik antara Cina dengan negara sekitarnya (Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, Vietnam).
Menurut Riyan, intensitasnya justru meningkat ketika Amerika serikat mengintervensi dengan membantu negara-negara sekutu di LCS. Sehingga tambahnya, memaksa Cina untuk semakin meningkatkan eksistensinya di laut, udara maupun darat.
Sikap Tegas
Terkait kehadiran Amerika serikat dan Cina di kawasan LCS, Indonesia, ia harapkan untuk terus bersikap tegas. “Tidak boleh bersikap lemah, kepada semua pihak, terutama kehadiran Amerika dan Cina. Dan tidak berpihak atau ‘main mata’ ke salah satunya,” harap Riyan.
Sikap tegas tersebut, menurut Riyan, apabila dilihat dari perspektif Islam, sebagai bagian dari rangka memosisikan koordinat politik Indonesia di kawasan LCS, khususnya perairan Natuna secara diplomatik maupun militer. “Menjaga kedaulatan tapal batas negara dan menolak, serta mengusir berbagai hegemoni, dominasi dan intervensi asing dan aseng,” pungkasnya.[] Zainul Krian