Jejak Model Pendidikan Dasar Era Khilafah Utsmaniyah

Oleh: Agung Wisnuwardana

Dalam artikelnya yang dipublikasikan oleh Jurnal internasional Humaniora dan ilmu sosial pada tahun 2013, Professor Dr. Selami Sonmez dari Universitas Atatürk di Turki, menyusun daftar dari tujuan sistem pendidikan dasar Kekhilafahan Usmaniyah sebagai berikut :

1. Mengajar anak-anak Turki dan anak-anak kaum muslimin agar mampu membaca al-Quran dengan lancar dan menulis dalam bahasa Arab dengan sebaik-baiknya
2. Mengajarkan dasar-dasar Islam
3. Mengajarkan bentuk-bentuk ibadah dalam Islam
4. Mengajarkan prinsip-prinsip etika dalam Islam dan adat istiadat
5. Mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai moral yang benar dalam Islam
6. Mengidentifikasi kemampuan dari anak
7. Mempersiapkan anak anak untuk masuk ke madrasah

Sekolah disponsori secara langsung oleh negara sendiri atau dibangun dan didanai oleh individu-individu yang kaya atau kelompok-kelompok yang kaya di dalam komunitas yang berbagi tanggungjawab untuk mendidik generasi muda. Adalah sesuatu yang umum untuk memiliki sekolah yang berhubungan erat dengan sebuah masjid.

Ergin Osman, dalam bukunya pada tahun 1977, Sejarah Pendidikan Turki, menulis betapa pentingnya mendidik semua tingkatan masyarakat bagi pemerintahan Utsmaniyah, sehingga Sultan Muhammad Al Fatih mempelopori ide untuk pendanaan khusus bagi sekolah yang hanya membolehkan anak-anak dari keluarga miskin atau yatim piatu untuk bisa datang ke sekolah, sehingga bisa memastikan, bahwa tidak ada individu yang membutuhkan, terselip dari jaring untuk mendapatkan hak pendidikan. Dia mendokumentasikan protocol khusus yang diadopsi untuk pendidikan dasar:

1. Pendidikan di Sekolah Dasar bebas biaya
2. Diberikan uang saku harian sebesar 2 akche
3. Baju, topi fez, kemeja, celana, tali atau sabuk, sepatu dan topi didistribusikan pada semua anak
4. Diberikan makanan
5. Perjalanan liburan diorganisir setiap tahun sekali

Adalah sesuatu yang umum, keluarga yang lebih kaya juga menyokong anak-anak dari keluarga miskin, karena hal itu dapat menggalakkan terjadinya kohesi sosial di negara Islam.

Dia juga mengatakan bahwa hari pertama anak di sekolah merupakan peristiwa sosial yang signifikan secara budaya hingga orang tua, baik kaya maupun miskin, akan menyelenggarakan sebuah pesta khusus dan parade jalanan untuk memperingati peristiwa mulia tersebut. Istilah resmi untuk itu dikenal sebagai “Parade Amen Anak-anak”. Ahmed Rasim dalam karyanya pada tahun 1927, Falaka Istanbul, menjelaskan upacara tersebut meliputi pemberian makan keluarga dan teman-teman, dimana anak-anak akan diberi hadiah dan memakai baju baru yang indah dan akan dipanjatkan doa untuk kesuksesan mereka.

Perayaan yang kompleks dari hari pertama anak di sekolah memiliki fungsi sosial sebagai berikut:

1. Untuk mendorong orang tua untuk mengirim anak mereka ke sekolah
2. Untuk mendorong ayah dari anak–anak yang lain di lingkungan sekitar sekolah untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah
3. Untuk mendorong anak-anak memulai sekolah
4. Untuk mendorong kakak perempuan atau laki-laki bahkan yang sudah dewasa, dan anak-anak tetangga mereka untuk mulai bersekolah
5. Untuk memberikan kehormatan bagi keluarga dari anak-anak

Mengutip penemuan dari penelitian Osman Ergin 1977, bahwa kepentingan sosial semacam itu dalam pendidikan tidak dapat ditemukan “di sejarah pendidikan negara lain manapun!”

Dr. Selami Sonmez (2013) mendokumentasikan bahwa gaya mengajar yang fleksibel pada saat itu membuat anak-anak belajar berdasarkan kecepatan mereka, dan murid yang memiliki kemampuan yang lebih didorong untuk berprogres lebih cepat dan murid yang memiliki kemampuan kurang diberikan waktu lebih untuk menyelesaikan dengan baik. Kelas yang lebih besar didukung oleh murid-murid yang paling cerdas yang ditunjuk sebagai asisten mengajar bagi murid yang lain, fenomena yang saat ini, menjadi perkembangan terkini di dalam sistem sekolah Barat.

Menimbang dari bukti sejarah dan sosiologi yang luar biasa ini, dapat kita menyimpulkan bahwa Model Pendidikan Dasar Negara Kekhilafahan Usmaniyah benar benar menghilangkan mitos bahwa Sistem Politik Islam sama sekali tidak menghargai pengetahuan, kemajuan dan pendidikan untuk anak anak perempuan. Sebaliknya, keterbatasan akses pendidikan bagi warga negara yang tinggal di negara yang di dalamnya tegak sistem demokrasi, karena faktor kekayaan, gender, etnis, dan kelas sosial, sudah diketahui secara luas, dan semua negara negara barat menghadapi krisis yang berkelanjutan dalam mewujudkan kesetaraan bagi warga negaranya.

Pada artikel yang sama tahun 2013, disebutkan sebelumnya, Dr. Selami Sonmez berkomentar bahwa karakteristik luar biasa dari Sistem Pendidikan Kekhilafahan Ottoman adalah:

“…Bahkan dibandingkan dengan dunia pada saat ini, karakteristik dan fungsi sekolah dasar… adalah sebuah kemewahan, dan banyak negara yang masih belum bisa mencapai konsep ini.” (Sistem Pendidikan Dasar di Kekhilafahan Usmaniyah, asisten Prof. Dr. Selami SONMEZ, Universitas Atatürk 2013).[]

Share artikel ini: