Mediaumat.news – Dalam muhasabah akhir tahun 2020, Cendekiawan Muslim Prof. KH Didin Hafidhuddin mengajak seluruh umat agar menjadi pemain dalam dakwah bukan sekadar penonton.
“Kita harus menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kita inilah pemain di dalam dakwah, bukan sekadar penonton,” tuturnya dalam acara Forum Sinergi Muslim: Muhasabah Akhir Tahun untuk Indonesia, Rabu (30/12/2020) di kanal YouTube Sulthan Channel.
Menurutnya, di mana pun dan apa pun posisi umat Islam, umat harus menjadikan dakwah sebagai amaliah. “Dakwah itu bukan pekerjaan samping. Dakwah itu wujud amal kita. Saya dai, sebelum jadi dosen. Saya dai, sebelum jadi karyawan. Saya dai, sebelum jadi kepala keluarga,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa yang paling penting dari amaliah dakwah adalah gerakan dan kegiatannya bukan hasilnya. “Hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Hasil itu bukan bagian dari tujuan dakwah. Kita sering mengukur sesuatu selalu dengan hasil sebagai indikator keberhasilan. Mungkin urusan duniawi kita boleh mengukur sesuatu dengan keberhasilan, tapi ketika kita bicara dakwah maka yang menjadi ukuran adalah sejauh mana amaliah yang kita lakukan,” bebernya.
“Kalau kita bicara hasil mungkin kita akan putus asa dan frustasi. Kapan kita berhasil? Kapan turun kemenangan? Padahal Allah sudah menjawab bahwa kemenangan itu qarib. Jadi, janganlah kita mengukur kemenangan. Itu yang membuat kita frustasi dan putus asa. Kita menjadi bingung dengan apa yang kita lakukan. Padahal pihak lain, berbuat terus. Mereka tidak pernah bicara kemenangan. Mereka tidak pernah bicara bahwa umat Islam harus jadi minoritas. Tidak pernah. Mereka terus kerja, walaupun dengan cara-cara yang tidak benar. Cara-cara yang haram mereka lakukan dengan berbagai fasilitas yang ada,” tambahnya.
Ia juga mengajak seluruh umat untuk menjadikan tahun depan sebagai tahun dakwah. “Semangat dakwah 2021 harus kita bangun dengan tahun dakwah. Bukan bicara tentang hasil karena dikhawatirkan kita akan putus asa dan frustasi. Kita laksanakan saja tugas kita. Tugas kita intinya ada tiga,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it