Mediaumat.info – Terkait gelagat Presiden Jokowi yang bersiap pindah partai politik dari PDIP ke Golkar, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki menyatakan isu perpecahan di berbagai parpol sekuler adalah keniscayaan.
“Kalau kita lihat, isu perpecahan di berbagai partai politik sekuler yang ada, saya pikir, itu adalah keniscayaan,” ujar Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki dalam Kabar Petang: Jokowi Coba “Kuasai” Golkar dan Perbesar PSI? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (9/3/2024).
Karena di dalam sistem demokrasi, menurut Wahyudi, parpol sekuler dibangun atas dasar kepentingan bersama bukan atas dasar basis ideologi tertentu.
“Sehingga kalau kepentingan sudah tidak sama pasti akan menimbulkan perpecahan di partai politik, jadi itu kalau potensi perpecahan di sebuah partai sekuler itu hal yang keniscayaan atau hal yang biasa atau hal yang lumrah saja,” bebernya.
Di dalam sistem demokrasi sekuler, katanya, parpol itu menganggap bahwa kepentingannya itulah yang diutamakan daripada visi misi maupun ideologi parpol tersebut.
“Jadi ukurannya bukan kebaikan, bukan urgensitas visinya, tetapi yang paling penting adalah kepentingan apa saat ini terjadi, sehingga saat ini terkait isu perpecahan itu sudah biasa saja,” tuturnya.
Jadi, lanjutnya, jika publik disuguhkan informasi bahwa Presiden Jokowi dikabarkan akan masuk Partai Golongan Karya (Golkar) saja, misalnya, itu sudah hal lumrah.
“Dan ketika itu terjadi di saat Presiden Jokowi masih berkuasa, itu saja, saya pikir ada benefit yang besar buat Partai Golkar, selanjutnya Golkar juga memberikan benefit pada Presiden Jokowi, dan kalau kita lihat Jokowi sudah tidak terlalu merasa happy, tidak merasa nyaman, tidak merasa banyak kepentingan dengan partai lamanya yaitu Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDIP) yang telah mengusung 2 kali untuk jadi presiden, saya pikir itu yang akan terjadi ke depan,” ungkapnya.
Dengan kekuasaan yang dimiliki Jokowi, kata Wahyudi, itu menarik bagi Golkar, karena merasa diuntungkan dengan berbagai kekuasaan Jokowi, kemudian Jokowi juga diuntungkan dengan rumah barunya dan akan berteduh di bawah partai pohon beringin itu.
“Jadi saya pikir itu hal yang biasa, apalagi kalau kita lihat anak Pak Jokowi sudah bilang kan akan masuk ke dalamnya untuk dicalobkan menjadi cawapresnya melalui partai koalisi itu dan ini sangat dekat, apalagi kubu Partai Golkar ada di dalam koalisi pemerintahan,” ungkapnya.
Sehingga, bebernya, akan mudah dikendalikan oleh Presiden Jokowi. “Selama dia (Jokowi) nasih punya kewenangan, kekuasaan, dan pengaruh yang cukup signifikan dalam perpolitikan di negeri ini,” tuturnya.
Membangun
Wahyudi juga mengimbau perlu adanya membangun kesadaran politik dan pemahaman politik yang baik sehingga masyarakat semakin cerdas dalam melihat fenomena politik di negeri ini.
“Jadi tugas kita mencerdaskan masyarakat soal politik supaya bisa memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan juga sebagai Muslim yang baik di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang kehidupannya semakin otoriter, semakin sekuler, semakin jauh dari nilai-nilai keagamaan,” imbuhnya.
Maka dari itu, lanjutnya, perlu adanya upaya untuk terus melakukan pembinaan dan dakwah serta menyampaikan nasihat kepada para pemimpin, penguasa, kepada masyarakat, yang ada untuk memahami hak-hak dan kewajiban dalam bernegara, baik berkehidupan masyarakat maupun kehidupan keagamaan.
“Apalagi kita sebagai Muslim semestinya melaksanakan aktivitas yang amanah sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang tentu hukum-hukumnya wajib diterapkan,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi