Mediaumat.news – Israel terus menjual senjata ke Myanmar, meski ada kecaman internasional atas tindakan keras negara tersebut terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya. Menurut Haaretz, sebagai tanggapan atas sebuah petisi yang diajukan oleh para sktivis hak asasi manusia terhadap penjualan senjata, Kementerian Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan: “Masalahnya jelas-jelas urusan diplomatik.” Senjata-senjata yang dijual ke Myanmar itu mencakup lebih dari 100 tank, senjata dan kapal yang telah digunakan untuk mengawasi perbatasan negara tersebut dan melakukan banyak tindakan kekerasan terhadap Rohingya, sehingga PBB mencurigai bahwa tentara Myanmar melakukan pembersihan etnis.
Dalam pertemuan Knesset pada bulan Juni, Lieberman menuduh bahwa Israel “Mengabdikan [dirinya sendiri] kepada seluruh dunia yang tercerahkan, yaitu negara-negara Barat, dan pertama-tama Amerika Serikat, eksportir senjata terbesar.”
Sering dianggap sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, kekerasan terhadap Rohingya telah meningkat lagi dalam beberapa pekan terakhir. Di kawasan ini telah terlihat ketegangan yang merebak antara populasi Budha dan Muslim sejak kekerasan komunal meletus pada tahun 2012, meskipun orang-orang Rohingya telah melarikan diri dari penindasan di Myanmar sejak tahun 1990an. Pemerintah Myanmar, yang dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Ang San Suu Kyi, telah menuduh Rohingya secara ilegal berada di wilayah Burma dan menolak tuduhan genosida.
Pekan lalu, Bangladesh melangkah lebih jauh dan menawarkan bantuan militer ke Myanmar untuk menangani militan Rohingya; bantuan yang diyakini banyak orang akan menyebabkan penyerangan terhadap warga sipil. Turki telah menjadi kritikus yang vokal atas tindakan Myanmar dan telah berjanji untuk mengangkat isu Muslim Rohingya ini di Majelis Umum PBB di New York pada akhir bulan ini.[]
Sumber: middleeastmonitor.com (6/9/2017)