Israel terus Bombardir Gaza, Pengamat: Ini Penjajahan

Mediaumat.id – Tindakan Israel yang terus membombardir Jalur Gaza dinilai Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. sebagai bentuk penjajahan.

“Ini adalah okupasi (penjajahan), pendudukan sebuah wilayah terhadap wilayah lain,” jelasnya dalam Kabar Petang: Gaza membara, Rabu (10/8/2022) di kanal YouTube Khilafah News.

Hasbi menegaskan, Israel adalah negara yang menjajah Palestina sejak 1940-an, namun Israel diakui oleh PBB bahkan sekarang sudah lebih dari 100 negara mengakui Israel.

“Secara de facto bahkan de jure (karena sudah diakui banyak negara) Israel mengontrol segala dinamika Palestina, termasuk identitas warga, mau keluar negeri juga harus izin, wilayah darat laut dan udara semua di bawah kedaulatan Israel,” bebernya.

Karena itu, menurut Hasbi, kalau masyarakat Palestina berjuang memerdekakan diri dari Israel pasti akan dipukuli, diserang, ditembak.

“Peristiwa yang terjadi kemarin berapa puluh orang ditembak oleh Israel dan Israel membombadir Gaza itu kan cerita yang terjadi tidak setiap hari,” tukas Hasbi sembari mengatakan, yang setiap hari terjadi adalah anak-anak mau berangkat sekolah ditembak, padahal mereka tidak salah apa-apa, perampasan tanah, perampasan rumah.

Hasbi lalu menyimpulkan bahwa yang terjadi di Gaza ini hal yang sistemik, struktural dan dibiarkan oleh masyarakat internasional.

“Memang ada banyak aksi. Aksi penolakan di mana-mana, aksi pengecaman, demo-demo, tapi itu tidak efektif, karena hanya dilakukan oleh masyarakat secara lisan,” tutur Hasbi.

Hasilnya tidak terlihat, kata Hasbi, karena solusi terhadap pendudukan Israel tidak cukup dengan demo atau aksi solidaritas.

Dunia Islam

Hasbi mengatakan, sikap dunia Islam sendiri terbagi dua. Pertama, mereka tidak mau bekerja sama dengan Israel, selalu mengecam, hanya saja yang mereka lakukan hanya mengecam atau paling aksi nyata mengirimkan bantuan-bantuan kemanusiaan kepada Palestina saat diserang Israel.

Kedua, mereka melakukan normalisasi terhadap Israel. Ini dilakukan oleh Mesir, Yordan, Uni Emirat Arab, termasuk Sudan dan Maroko.

“Ada opini yang muncul, kerja sama dengan Israel akan lebih bisa merangkul Israel untuk membuatnya lebih manusiawi. Itu alasan mereka!” terangnya.

Menurut Hasbi, opini itu muncul tahun 2020, tapi yang terjadi tahun 2021 Israel sekitar dua pekan menggempur Gaza, ratusan orang meninggal. “Terus apa efektivitas dari normalisasi ini? Tidak ada sama sekali,” kesal Hasbi.

Artinya, simpul Hasbi, normalisasi itu bukan untuk kepentingan Palestina tapi kepentingan Israel dan Amerika.

“Jadi, saya sepakat kalau dikatakan bahwa ini sebenarnya pengkhianatan terhadap Palestina pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip kita sebagai Muslim untuk saling membela satu sama lain,” tegasnya.

Mustahil

Hasbi menilai, usulan two state solution (solusi dua negara) untuk menyelesaikan masalah Palestina itu mustahil terjadi. Ia memberikan alasan, Israel tidak mungkin mau menyerahkan sebagian wilayah Palestina yang sudah dikuasainya sejak 1940-an. Demikian pun Palestina tidak akan mau menyerahkan wilayahnya diambil Israel.

“Kalau yang saya fahami, solusinya itu one state, dengan mengusir penjajah Israel, karena problem Palestina adalah problem penjajahan, bahkan problem peradaban,” tandasnya.

Hasbi menilai, peradaban global hari ini mengajarkan mindset pragmatis, hanya memikirkan kepentingan negara sendiri, mementingkan kekayaan negara sendiri, keselamatan negara sendiri.

“Peradaban hari ini, membiarkan kesewenang-wenangan terjadi, karena mereka memang tidak menjadikan moralitas, tidak menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai hal yang penting, yang penting adalah kepentingan nasional,” tegasnya.

Ini peradaban yang rusak, imbuh Hasbi, celakanya ini diadopsi oleh pemimpin-pemimpin kaum Muslim juga.

“Kenapa mereka tidak cukup berani mengambil sikap terhadap Israel? Karena mereka lebih memikirkan kepentingan nasional mereka masing-masing. Itu yang membuat mereka tidak bisa berpikir efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina,” nilainya.

Solusi

Hasbi lalu memberikan solusi untuk bisa menyelesaikan masalah Palestina, yaitu kaum Muslim harus mengubah cara pandang sempit yang berorientasi materi diubah menjadi cara pandang yang benar yang diajarkan Islam, berpihak kepada kaum Muslim, dan melakukan amar makruf nahi mungkar.

“Amar makruf nahi mungkar itu tidak selalu dibatasi objeknya hanya umat Islam, tapi seluruh dunia. Nah ini yang harus ada dalam benak para pemimpin kaum Muslim,” tukasnya.

Ketika pemimpin umat Islam loyalitasnya sudah kepada Islam maka secara otomatis umat akan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Barat.

“Setelah tidak tergantung lagi pada Barat, kemudian mengembangkan militer sendiri, mengembangkan perekonomian sendiri, pada saat itu kekuatan kaum Muslim akan setara dengan Barat. Dan ketika kita sudah setara dengan Barat bahkan melampaui Barat, maka dengan mudah bisa membebaskan Palestina,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini: